Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Nice Dream

07.30 PM

Sangat jarang, Cradela mau-mau menyempatkan waktunya mengerjakan tugas sepuluh soal penuh dengan hitungan angka. Satu soal saja, sudah membuatnya kepalanya berdenyut. Lima soal pertama, saja sudah membuatnya pusing tujuh keliling. Apalagi sepuluh? Masih mending sepuluh, jika setiap hari ia dihadapkan model soal begituan, lebih melambaikan tangan ke kamera.

"Lo tuh bego atau kurang pinter sih, Cla? Anak fakultas MIPA, hadap soal 9x-7I>3(3X-7U) masa belum ketemu juga?" Gland mengetuk spidol white board-nya memijat kepala gadis itu agar otaknya tidak terlalu lemot. 

"Anak pinter! Kasih tau jawabannya, kek! Gue lagi mager, nih!" 

"I love you, more." Gland menyatakan jawaban atas soal yang dibuatnya dimana tawanya seketika meledak. 

"Hahaha! Bengek!"

Garing. Itulah definisi candaan yang Gland buat.  

Hujan deras mengunyur seluruh pelosok kota pahlawan. Suara rintikan hujan menerobos cela tanpa terkecuali. Bahkan tubuh mungilnya, Cradela beri setelan hoodie sangking menggigilnya.

Cradela memeluk badannya yang di rasa menggigil. Meski minuman hangat secangkir kopi dan teh kini menjadi hidangan.

Cradela melanjutkan sisa tugasnya dengan bantuan otak encer Gland. Tidak seperti dirinya, yang bergantung pada rumus. Itu saja masih wegah-wegahan.

Di sela waktu, Gland menempatkan jaket kulit miliknya merongkep setelan hoodie Cradela yang di rasa kurang hangat.

"Sejak kapan tiga kali tiga, jawabannya jadi enam? Lo mau buat penjual permen bangkrut?" alih-alih Gland bertanya membenarkan jawaban. Menghitung kembali dari awal. Jika matematika dasar saja jawabannya kurang tepat, akan lebih sulit melanjutkan ke tahap selanjutnya. 

Tidak ada jawaban dari kicauan gadis cempreng bermulut toak itu. Gland mendongak dimana arah gadis itu berada. Dimana Cradela tertidur lelap di atas tumpukan buku dengan tangan menyangga posisi kepala.

Gland melepas kacamata yang sedari ia kenakan di pelipis hidungnya. Menutup tumpukan buku yang terbuka, selagi menyamakan posisi dengan gadis yang masih tertidur pulas itu. Sama-sama mengenakan tumpukan buku sebagai alas, kini Gland dapat memperlihatkan raut wajah Cradela yang tenang, tanpa umpatan dari bibir cantiknya.

Hidung yang berukuran sempurna--tidak pesek dan tidak terlalu mancung. Sedikit ke bawah, teralihkan bibir cantik gadis itu kini tertutup rapat, Gland merabanya belahan. Dari panjang alis hingga area bibir Cradela, bagaian yang paling ia sukai.

Serasa Gland merasa puas hanya dengan memperhatikan raut wajah Cradela yang masih tertidur pulas itu, Gland menggendongnya, memindahkan ke dalam ruangan kamar gadis itu berada. Tidak terlalu sulit, satu-satunya kamar bernuansa soft pink itu terdapat kapital nama Cradela Vadeline lengkap dengan tanda tangannya. 

Gland membaringkan tubuh gadis itu dengan terlentang meraih selimut bermotif hello kitty menariknya hingga sampai ke leher. 

"Nice dream, Cra."

***

11.30 PM

Cradela terbangun tengah malam dari tidur lelapnya. Bangkit dari ranjang tempat tidur, sedikit membuka gorden kamar memperlihatkan bulan dan bintang di langit-langit malam, kini sebagian tertutup awan.

Dilihatnya, jam dinding kurang dari setengah jam lagi, akan berganti hari. Meski hujan dengan cuaca dingin ini tak kunjung berhenti, Cradela melawan cuaca ekstrim dengan menuruni tangga, mencari camilan sekedar menganjal cacing di perutnya.

Gland yang masih tertidur pulas di sofa ruang tamu, membuatnya tak berniat mengusik mimpi indah lelaki itu.

Setidaknya, sebagai tuan rumah yang ramah, Cradela memberikannya selimut di tengah malam yang dingin ini. Selagi menata selimut, pergerakan Gland tiba-tiba meraih pergelangannya, membuat Cradela tergejolak terkejut. 

"Belum tidur?" alih-alih Cradela menjatuhkan sebuah pertanyaan.

"Gimana tidur lo? Nyenyak?" Gland bertanya balik melepaskan pergelangan Cradela saat gadis itu menyamai posisinya.

Cradela hanya mengangguk menempati posisi sofa di dekat lelaki berada. Meraih remote control menyaksikan tayangan televisi. 

"Enggak tidur?" selagi berusaha mencari topik, Cradela sibuk menganti saluran televisi yang cocok.

"Jarang tidur."

Tayangan horror, kini mereka berdua saksikan. Dengan penerangan lampu kecil seolah berada di bioskop sungguhan. Tak lupa, soundtrack horror yang mereka saksikan, Cradela telah menyetelnya lebih keras agar jauh lebih terasa mencengkram.  

"Hwaaa!" Cradela berteriak lantang, dimana soundtrack horror itu terdengar mengelengar. Ditambah dengan nyanyian mitos mengiringi. 

"Ke kamar sendiri aja masih takut-takut. Pakek nantang nonton film horor," decih Gland mempertegak posisinya.

Cradela bukan malah membalas cibiran, gadis itu reflek merengkuh tubuh Gland menenggelamkan wajahnya yang ketakutan.

Kesempatan dalam kesempitan. Gland mengambil kesempatan itu mendengkap tubuh mungil Cradela menyamankan posisi selagi merekatkan jaket kulitnya yang masih kenakan gadis itu. 

Tidak lama setelah itu, lagi-lagi Cradela kembali terlelap.

"Ngebo!" 

***

"Hoam!" Lagi-lagi, Cradela terbangun dengan posisi pegal-pegal. Jika dirasa tidur malamnya tidak se-nyenyak itu. 

Yang pertama kali dilihatnya, adalah Gland bersedekap di kursi sofa dengan mata terlelap. Tanpa dirasa semalam, ia tertidur di pangkuan lelaki itu. 

Ash, sudahlah. Cradela sejenak tak memikirkannya. Beralih ke rutinitas mandi pagi seperti biasanya.

Ia juga tak mengerti, entah kenapa kebiasaan Gland yang tidak jarang bersamanya seolah tidak terasa asing lagi untuknya. Mungkin karena, Cradela mudah beradaptasi dengan orang baru, itu lebih memudahkannya. 

Sama halnya dengan Gland, tidak lama setelah itu ia terbangun dari alam bawahnya. Menata ketampanannya terlebih dahulu sebelum beranjak melakukan aktivitas pagi. 

***

Gland memeluk leher gadis itu tiba-tiba dari belakang selagi ikut bercemin, Gland tak bisa mepungkuri ketampanan dirinya di pantulan kaca.

Gland itu memperlihatkan apa yang saat ini Cradela lakukan di depan meja rias. Selagi memasangkan cincin pertunangan yang gadis itu tinggalkan, Gland memasangkannya kembali. 

"Lo harus pakai cincin pertunangan kita, Cra. Awas aja, kalau di lepas," tegur Gland memasangkannya sengaja di jari manis sebelah kanan.

Gland pula menunjukkan cincin yang sama dengan cincin yang dipakai gadis itu. Couple, dong! Namanya juga sudah sepasang tunangan. Ck!

Cradela hanya mengangguk patuh. Memandangi cincin yang tidak sengaja, ia tinggalkan kini bertaut kembali di jari manisnya. 

"Pinter!" Gland mengelus rambut panjang Cradela sebelum meninggalkannya menuju lantai dasar.

Kamu tau, cincin jemari di janji manis kanan merupakan simbol pernikahan?

Maka dari itu, seusai kepergian, Gland, Cradela berinisiatif menggantinya di jari manis sebelah kiri. Ukuran yang pas, meski berpindah posisi di jemari manisnya. 

***

entah kenapa,
aku ngerasa malam itu
flat banget ekwk
😭🙌

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro