Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Bubur Ayam

Ruang Kesehatan.

Itulah yang Cradela perlihatkan ketika pertama kali membuka mata. Dimana aroma bernuasa putih berbau obat-obatan disetiap sudut mengeruak ke indera penciumannya.

Berganti dengan aroma hanler di indera penciumannya, rupaya seseorang memberikan mengulurkan benda yang sangat dibutuhkannya agar Cradela dapat menghirupnya.

"Glen ...?" Cradela ingin bangkit dari posisi tidurnya, usai mengetahui orang itu adalah Glen. Sayangnya, lelaki itu tidak memperbolehkannya dan kembali memposisikan tidurnya.

"Apa? Untung lo masih kena sesak, belum kena marcona."

Doanya jelek banget!

"Enggak suka cewek penyakitan, 'kan? Yaudah, pergi sana--"

Belum apa-apa, Cradela melanjutkan ocehan, lelaki itu menutup mulutnya dengan sapu tangan kompres.

"Beh!" Cradela segera menjauhkannya. "Bego, atau gimana, sih?! Ini tempatnya di kepala gue, bukan di mulut."

***

"Cradela! Gimana keadaan lo? Udah sehat wal-afiat, belum?"

Cradela menatap sumber suara dengan tatapan datar. Ia kira itu adalah Glen. Seketika harapannya musnah seketika.

Seharusnya, Cradela cukup sadar diri, mereka terikat karena pertunangan konyol ala siti nurbaya itu. Setidaknya, ia tidak akan terlalu berharap kepada lelaki itu.

Detik jarum jam telah berada di angka dua belas tepat terganti dengan nada dering jam dinding mengisi keheningan.

"Nyarin siapa?" alih-alih Tinie bertanya spontan membuyarkan pandangan gadis itu masih memandangi pintu masuk.

Sepiring nasi goreng kini tak tersisa, sebagaimana Glen menyuapinya dengan berhati-hati. Kini, lelaki itu tak kunjung kembali. Ia kini hanya menatap pintu masuk, sebagaimana hanyalah kedatangan Tinie yang saat ini bersamanya.

Meski otot-otot masih lemah bangkit dari brankar, Tinie membantu gadis itu bangkit. Ia juga tidak mau berlama-lama di ruangan ini.

Barusaja keduanya melangkahkan kaki keluar dari dalam ruang kesehatan, terhenti dengan adanya beberapa ciwi genit mencari perhatian Gland. Bahkan saat ini posisi Cradela pun mungkin tertutup sebagaian besar mereka-mereka.

Cradela yang memperhatikan hal tersebut, tak bisa menutup indera pengelihatannya. Dalam hati gadis itu berdecih. Nyatanya, lelaki malah sibuk menggoda para siswi sana-sini. Eh ternyata, oh ternyata. Terhenti di sini.

"Cra?! Itu, 'kan, Gland!" Tinie berseru menunjuk lelaki tidak asing tidak jauh dari posisinya saat ini. Sama dengan apa yang sedari tadi diperlihatkan Cradela.

Cradela hanya mengangakat bahu acuh tidak acuh melewati keramaian diikuti dengan Tinie, yang sedari hanya mengekor.

Tanpa mereka sadari, Gland menatap kepergian gadisnya itu dengan sebungkus bubur yang belum sempat diberikannya.

***

Kelas barusaja di mulai, Cradela tetap mefoksukan arah pandangannya ke arah mata pelajaran berlangsung. Meski fokusnya tertuju ke arah lain.

Kepalanya kini tiba-tiba berdenyut, dengan indera penciuman masih mengenakan alat bantu hanler.

Tiba-tiba saja tanpa disadari, sebungkus bubur ayam tertutup keresek di atas mejanya sscara cuma-cuma. Cradela mendongak memperhatikan sekitar dimana bubur ayam berada.

Selagi mendongak ke arah belakang, dilihatnya Gabriel, barusaja memasuki kelas. Sedikit kemungkinan, lelaki itu bisa-bisa saja membawakannya untuknya.

Cradela segera mempertanyakannya dengan bahasa isyarat. Lelaki itu hanya mengangguk-angguk tak sesuai dengan pertanyaan yang ia tanyakan.

"Dari siapa?"

Bukan malah menjawab dengan bahasa bibir, Gabriel hanya mengangguk-angguk. Hingga lemparan kertas mengenai lelaki itu tepat.

Radelyn, si pelaku menyembunyikan ulahnya dengan kembali mensibukan fokusnya terhadap materi yang di ajarkan.

Ia meraih ponselnya di atas tumpukan buku dimana layar pop-up nya terlihat berkedip.

To: Gland
buburnya, udah gue delivery
uda sampek kan?

Cradela hanya mengangguk mengerti. Nyatanya, bubur ayam yang dikirimkan Gabriel, adalah pemberian Gland untuknya. Jika dipikir, Gabriel dibayar berapa oleh Gland karena bersedia menjadi tukang gofood dadakan?

Sekilas hanya membaca pesan tak berniat membalas, Cradela mematikan internet data di ponselnya.

***

Dilihat dari kejauhan, anak jurusan elektro berseragam falkultas sedang berjejer rapi menjadikan kursi panjang di area outdor kampus. Selagi menikmati udara pagi dengan cuaca yang terlihat bersahabat, tidak buruk juga lah, ya!

Cradela tak akan berpaling dengan pemandangan luar biasa itu menarik perhatiannya.

Cradela juga pernah berkhayal, jika jodohnya di masa depan adalah salah satu dari anak elektro. Salah satu alasannya, jika perabotan rumah tangga mereka rusak parah, atau tiba-tiba mati lampu, andalan suami jurusan elektronya itu lah yang akan memperbaikinya. Tak perlu, buang-buang uang lah. Hahaha.

Alasan lain, bagi Cradela dapat dikatakan lelaki jurusan elektro di HighHigh University ini tidak kalah tampan dengan oppa drakor yang selalu dinantikannya di serial. Ya, meskipun gantengan para oppa, sih.

"Cradela!"

Pandangan gadis itu sempat teralihkan ke arah sumber suara.

"Hai!" sapanya balik melambaikan tangan ke arah Bastian, salah satu dari murid falkultas elektro itu kini mengarah ke arahnya. 

"Bye the way, terima kasih buat tadi pagi." Selagi mengucapkan terima kasih, Cradela mempertanyakan apa yang mereka lakukan di outdor kampus. Ya, sekedar berbasabasi dikit, lah.

"Oh, iya? Mau pulang?" Bastian mempertanyakan hal lain mengisi keheningan. 

Cradela mengangguk singkat.

"Bareng aja," alih Bastian pada akhirnya.

Cradela berfikir sejenak sebelum mengiyakan. Mengingat janjinya dengan Gland, sampai saat ini lelaki itu tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Jika dipikir-pikir, tidak ada salahnya pula, Cradela menerima tawaran itu. Toh, daripada menunggu Gland lebih lama lagi. Ya, kalau datang. Kalau, tidak???

"Makasih lagi, ya! Gue jadi enggak enakan, nih!" Cradela tertawa kecil berjalan beriringan saling menyamai langkah.

Bastian, adalah salah satunya lelaki yang pernah menyatakan cinta kepada Cradela. Dan tolak menolak, tidak jarang gadis itu lakukan. 

Penolakan dari gadis itu tak sampai disitu, dimana Bastian pula menginginkan pertemanan yang lebih baik. Perlu di garis bawahi dengan kalimat 'Just friends.' 

"Lo juga, jangan terlalu baik ke gue. Gue enggak cocok di baikin, soalnya." Lagi-lagi Cradela tertawa kecil. Sebagaimana caranya menunjukkan kesan humor. Meski humornya masih berada dalam pro-kontra. 

Perbanyaklah bergurau selagi masih berada di semester satu. Itu lah alasan Cradela masih bersikap ketawa-ketiwi meski area kampus, adalah tempat ter-ekstrim.

***

We're just friends,
what are you saying?
🎶🎵

Selamat Idul Adha,
bagi yang merayakan💛✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro