18. Dancefloor
BRAK!
Pukulan itu terus menengenai Raka. Sebagaimana si pelaku masih melakukan pukulan berturut. Disana ada Cradela yang masih berusaha menahan emosi tak stabil Gland.
Tinie dan Varrero yang awalnya bersenang-senang kini berusaha memisah pertengkaran yang terjadi dengan teman mereka.
"GLAND! STOP IT!" Cradela berteriak lantang. Sejenaknya itu adalah cara menghentikan perkelahian kali ini.
Mendengar jeritan dari gadis itu, Gland menghentikan aksinya. Yang ia lihat saat ini adalah, lengan tangannnya di gengam oleh Cradela dengan rasa takut, dan juga dihadapannya--Raka, seseorang yang telah dihantam habis-habisan olehnya itu kini telah dijauhkan oleh Varrero.
"Gila, lo! Bukannya malah dapet cewek, tapi malah adu nasib," tegur Varrero yang masih dapat mereka dengarkan menepuk pundak Raka.
Senyum terbit dari Gland kini memperlihatkan musuhnya babak belur.
"Cra."
"Udah, lo urus Raka aja," akhir perkatan Cradela.
Mau tak mau, pada akhirnya Tinie mengangguk. Terlihat jelas rasa bersalah di raut wajahnya. Bagaimana tidak? Raka, adalah teman Varrero, lelaki yang barusaja menjalani tahap pedekate dengannya melakukan lawan aksi dengan Gland, temannya sendiri apalagi keberadaan Gland disini karena ia memanggil lelaki itu yang menyebabkan perkelahian terjadi.
Cradela kembali mengurusi Gland, yang entah datangnya dari mana. Kotak P3K kini telah bersamanya. Meski luka lelaki itu tidak terlalu parah seperti Raka, tetap saja Gland yang manja menyuruhnya untuk mengobati lukanya. Katanya, luka-luka itu akan mengurangi setiap sudut ketampanannya.
"Lo aja enggak suka kalau gue atur kalau lagi dekat Fy. Sekarang kalau gue dekat Raka, kenapa lo marah?" Cradela berdialog sendiri. hanya mengungkapkan bukan memberikan komentar. Sayangnya itu lagi-lagi menjadi kesalahpahaman di antara mereka.
"Kan gue sama Fy real teman. Gak ada kata 'pedekate'."
"Awalnya, Fy juga angep lo teman. Sama kayak gue, anggap Raka cuma teman. Kita juga awalnya sama-sama teman."
"Teman tapi demen, maksud lo?" Gland memincingkan.
Cradela hanya menghentakan kaki kesal memalingkan arah.
"Iya. Gue enggak dekat Fy lagi. Palingan juga dia dekatin gue," goda Gland.
Cradela langsung menekan luka yang saat ini masih dibersihkannya mengenakan betadine dengan kasar. Tak memperdulikan Gland yang menjerit kesakitan.
"Sadis. Sadis. Sadis."
"Ada apa, Ro?" Cradela bertanya menyambut kedatangan Varrero yang tiba-tiba menghampiri mereka.
"Gue mau ngejak kalian ke dancefloor bareng-bareng," pintah Varrero menunjuk teman lainnya--Raka dan Tinie yang masih di meja sama. Belum juga niatnya baiknya mendapat persetujuan, ia erlebih dahulu memalingkan arah ketika Gland menatap tajam ke arahnya, "Kayaknya enggak jadi ..."
Cradela memotongnya cepat, "Enggak apa. Kita ntar nyusul," dengan pukulan mendarat ke arah paha Gland.
Pertemanan Cradela dan Varrero lebih baik dari perkiraan. Sebagaimana yang Cradela tau, Varrero sangat sering berkunjung tempat ini. Tidak jarang pula mereka berada satu kelompok sama dengan beberapa teman lain seperti saat ini. Dia adalah Varrero, lelaki yang sangat suka menghamburkan uang.
"Ayo, Gland!" ajak Cradela.
Gland hanya mengangguk singkat. Mau tak mau, ia menurut. Ia bangkit dari posisi duduknya memeluk pingang ramping Cradela selagi menyamakan langkah.
Tinie pun kini masih bersama Cradela, sedikit acuh tidak acuh dengan keuwuan yang terjadi pada Cradela dan Gland. Tenang! Cradela tak akan akan lupa dengan kulitnya.
"Bro?"
Saat ketiganya melangkah bersaaman, Raka yang berhasil menepuk pundak Gland dari belakang membuat langkah mereka semua reflek terhenti.
Tinie yang mengetahui itu lebih baik terlebih dahulu menjauh menyusul langkah Varrero melebihi beberapa langkahnya. "Kayaknya gue harus duluan," pamitnya berbisik kepada Cradela.
Tatapan tajam dari Gland membuat lawan bicaranya itu bergelik ketakutan. Varrero segera mengalihkan pandangan tertuju ke arah Cradela saat ini. "Gue kesini mau minta maaf."
"Mending sekarang lo pergi jangan ganggu cewek gue lagi."
"Cewek lo?" Raka mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Rupanya ia salah target.
"Hst!".
"Lo juga enggak salah, sih. Cuma karena tampang lo, SKSD. Gue jadi risih," tegur Cradela menghela nafas panjang. "Maaf karena gue kalian berantem," lanjutnya menatap ke arah Gland dan Raka bergantian.
"Enggak! Gue berantem bukan karena lo!" elak Gland sinis.
"Apa?"
Gland mengangkat alis acuh tak acuh. "Ya, karena memang lagi pingin berantem."
Raka tertawa kecil memperlihatkan interaksi kedua pemuda itu. Lalu tak lama, ia berpamitan menyusul teman lain yang telah telebih dahulu mendahui langkahnya. Toh, daripada ia masih disini membuat jiwa jomblonya merontah.
Lampu berkedip teratur dengan lampu sorot sebagai penerangan, sebagaimana Gland dan Cradela telah memasuki dance floor, atau kerap dengan nama 'lantai dansa'. Metode tarian dari ala kadar alkohol, atau sekedar mengerakan tubuh kini keduanya perlihatkan dari sini.
Dengan posis Gland dibelakang, ia juga berusaha menahan keseimbangan tubuh Cradela baik-baik. Jika tidak, ia terjatuh lebih dulu karena bertabrakan dengan berapa banyaknya gadis yang telah dipenuhi kadar alkohol di setiap langkahnya.
Cradela menutup gendang telinganya, dikarenakan ia tidak terlalu terbiasa dengan musik keras yang kini memasuki seluruh sel saraf indra pendengarannya.
Gland yang mengetahui situasi tersebut mendekap tubuh gadis itu dengan berbisik, "Kalau enggak betah disini, kita pulang aja, ya?!"
Sayangnya, Cradela tak mengiyakan. "Gue masih mau disini, Gland!" Terdengar kekeuh, membuat Gland hanya menghela nafas.
Selang detik terus berlalu, Gland pun tak memperlihatkan keberadaan ketiga teman lain dari posisinya saat ini. Berbalik kembali ke arah Cradela, gadis itu masih terdiam pada tempatnya di tengah keramaian.
"Cra. Kalau disini lo harus ikutin irama," pintah Gland mendekat.
"Gue enggak biasa."
Detik itu juga, Gland menuntun gadis itu menari di tengah keraiman lantai dansa. Tak lama, gadis itu pun mengikuti irama dengan sendirinya.
"Anak pinter," puji Gland terkekeh mengacak rambut Cradela dengan gemas.
Sedikit malu, Cradea pun berbalik arah menatap Gland menaikan alisnya sekilas. Tatapan dalam dari keduanya terlihat jelas sebelum Cradela memejamkan mata erat di saat posisi mereka terlalu dekat. Sebagaimana Gland mencondongkan badan ke arahnya selagi membelai anak rambut panjangnya ke belakang dengan sentuhan lembut.
Belum juga ke area start, keduanya terhentikan saat salah satu pecandu alkohol dengan satu gelas minuman di tangannya itu tidak sengaja menyengol posisi Gland. Cradela pun kini terkena imbas.
"I'm sorry!"
Hanya itu yang dikatakan olehnya.
Sedangkan Gland hanya tersenyum tak memperpanjang masalah.
Tidak dengan Cradela yang akan menamparkan tarikan ke arah gadis itu, tidak hanya bermodal maaf saja. Emang modal maaf doang semuanya kelar?
"Biarin. Dia mabuk." Gland menghentikan tingkah sembrono gadis yang masih bersamanya itu.
Pandangan Cradela beralih membersihkan lengan pakaian Gland yang kini menjadi basah mengenakan tisu sambil melayangkan umpatan, "Enggak sekalian ke wajah lo aja, Gland? Biar enggak tebar senyum mulu."
"Gue suka lo jeles, Cra." Gland membuang tisu yang masih digengam gadis itu dengan mengecup bibirnya sekilas sebelum ke tahap berikutnya diiringi dengan bisikan, "Percaya sama gue. Kita berjuang bareng lagi, Cra. Gue akan tunjukin betapa berharganya lo di hidup gue."
Detik itu juga, Gland mendaratkan kecupan di bibir cantik Cradela dengan membelai bagaian lehernya dengan sentuhan lembut.
Keduanya seolah menikmati apa yang telah terjadi. Seolah keduanya sama-sama menunjukkan perasaan terdalam masing-masing meski tampa sebuah kalimat yang keluar. Terkadang mendeskripsikan perasaan, tidak hanya melalui kata-kata.
Lagi-lagi Cradela terlebih dahulu mengakhiri. Lalu berbisik, "Whatever comes next, promise not to leave."
Seharusnya jangan salahkan Cradela jika terlalu terbawa perasaan. Adakalanya cinta karena terbiasa. Salahkan, Gland habitat buaya buntung yang selalu membuat perasaan cewek jatuh kepadanya.
***
so, btw aku lagi
usahin fast update,
ngejar deadline wkwk
maapkeun kalau spam🙏
jgn sungkan-sungkan
kasih saran, krn sangat membantu.
Apresiasi bintang dari kalian,
gomawo🙏✨
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro