Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. Siapa Kita?

"Gland. Gue enggak suka lo dekat sama dia."

"Apalagi Kande, cari perhatian banget tuh anak." Cradela berdecih menunjukkan raut tidak suka disetiap sela pembicaraannya.

"Tapi Kande, 'kan teman lo juga." Gland menaikan naik sedikit mendongak ke arah gadis pendek yang saat ini bersamanya itu.

Masih dengan posisi sama, Cradela melingkarkan lengan tangannya dari bagaian samping pingung Gland, seolah memeluknya dari samping. 

"Pagi, Gland!" sapa gadis-gadis kampus lagi-lagi fokusnya tertuju ke arah Gland menyapa setiap langkah lelaki itu.

"Sore!" Dengan kesal, Cradela memelot tajam tak segan-segan membalas sapaan mereka dengan sinis. 

Gland mengacak rambut gadis itu  gemas selagi modus membenarkan syalnya, Gland lebih mendekatkan badan mungil itu ke dalam dekapannya. "Gemesh banget, gue kalau lo lagi jeles."

"Hstt! Siapa juga yang lagi jeles?" Cradela bertanya balik memanyunkan  bibir cemberut. Enak saja, lelaki itu mengatainya 'jeles'!. Pletakan itu tak sengaja mengenai kepala Gland. "Jadi cowok jangan mata buaya!"

"Mata gue terlahir dari berlian emas," balas Gland terjeda, "Kalau enggak dari biji berlian emas, gue enggak bisa  bedain cewek sexy sama cewek cupu."

Lagi-lagi Cradela berhasil dibuat kesal dengan tingkah laku Gland. Gadis itu mendorong tubuh Gland kasar, "Terserah lo, Gland!" Gland yang belum juga membiarkannya melangkah membuatnya kembali berdecak, "Minggir! Gue mau lewat!"

Tidak lama, Gland memindahkan posisinya yang sadari menghalangi posisi Cradela kini membiarkan gadis itu pergi sejenak. Tunggu-tungu! Gland membiarkannya pergi? Lagi-lagi Gland membuatnya kesal.

"Dasar cowok enggak peka," jerit Cradela lantang. Beruntungnya posisi mereka tida terlalu jauh. "Gland. Iihh!" decaknya lagi merengek.

Lihat! Gland yang tidak terlalu peka!

"Apa lagi?"

Eitss! Jawaban macam itu? 

"Bujuk gue, kek! Biar enggak jadi pergi! Pengertian dikit, kek jadi cowok! Jangan cuma modal banyakin koleksi cewek, doang!" Cradela tak berhenti-hentinya berkicau. Kesal dengan sikap Gland, yang tidak jarang membuatnya kesal setengah mati.

Prinsipnya, kalau cewek lagi ngambek, harus dibujuk. Kalau mau pergi, jangan dibolehin!

"Lo kenapa sih, lagi PMS?" Gland mengerutkan kening tidak peka terhadap gadis yang saat ini sedang mengambek itu. "Kan lo sendiri yang bilang mau pergi? Kenapa gue yang slaah, sekarang?"

Itulah Gland, dengan sifat yang berubah-ubah. Baru kemarin, lelaki itu menjadikan Cradela adalah perempuan satu-satunya. Membawakan sebuah harapan berterbangan hingga ke langit ke tujuh. Beberapa detik yang lalu pula, seolah lelaki itu menganggapnya bukan apa-apa.  

"Gue ini siapa? Kita ini apa, Gland?" Kalimat itu terlalu sulit untuk diutarakan.

"Gue tau, setidaknya alasan lo gampang berubah karena hobby lo cuma main cewek, Gland. Tapi, bisa enggak sih lo perlakuin gue beda?"

Hanya itu, kalimat yang Cradela dapat utarakan sebelum melangkah pergi.

Gland hampir saja bergerak maju, memenangkan gadis itu. Sayangnya, Cradela terlebih dahulu berbalik arah, tanpa Gland melakukan apa-apa.

Sama hal Gland, selang beberapa menit, memperhatikan gadis itu dari kejauhan hingga tak terlihat dari belokan falkultas, Gland kembali melanjutkan langkah menuju koridor falkultasnya.

Jadwal pagi ini, mereka diperbolehkan memasuki ruangan laboratium. Gland yang tidak juga berpindah dari posisinya membuat Fy, gadis yang menjadi teman satu kelasnya selama beberapa tingkat belakangan ini, itu pun menegurnya.

"Lo enggak ke lab? Sekalian bareng sama anak-anak gitu," tegur Fy selagi mengikat rambut panjang berwarnanya, ia menepuk pundak Gland. Dimana Fy telah bersiap mengenakan seragam setelan laboratium.

Gland bangkit dari posisinya sesudah mengenakan seragam laboratium yang ia jadikan sebagai rompi penutup kaos hitam yang dikenakannya. 

Fy tidak diam saja dalam posisinya. Ia mencoba mencari celah denfan mendekat ke arah Gland
mencondongkan posisi lelaki itu ke arahnya beralibi membenarkan kra hem seragam laboratium lelaki itu

"Enggak perlu," Meski Gland menolak, Fy tetap memaksakan kehendak. Beralih ke area kancing, gadis itu membenarkannya sukarela.

Fy dapat menebak suasana lelaki itu tidak dalam kedaan bagus. Beberapa hal, inilah kesempatan yang dicarinya. Selagi tiada reaksi penolakan dari Gland. 

Hampir saja, Fy akan mendekatkan bibirnya ke arah lawan mainnya saat ini. Sayangnya, Gland yang terlebih dahulu mengerti pergerakan itu memalingkan arah.

"Sorry, hampir aja jatuh." Fy mencari alibi yang cocok membenarkan high heels-nya yang sebenarnya tak bermasalah.

Meski tak banyak mengeluarkan suara. Gland ikut menatap alas kaki high heeels sepatu tinggi gadis itu. Memiringkan senyuman tanpa disadari gadis itu.  

Seusai mengancingkan seragam laboratium Gland, sampai ke kancing terakhir, keduanya beriringan memasuki ruangan laboratium yang tidak jauh arah falkultas. Tidak jarang, Fy merekatkan lengan tangannya ke arah lengan tangan Gland--dimana lelaki itu, Gland tidak jarang memasukkan ke dalam saku. 

Fy memposisikan dirinya bergulat lebih dekat dengan lelaki itu. Sedari menempel di tubuh Gland, Fy tampak tak bisa diam. Sedangkan Gland, fokus lelaki itu beralih ke hal lain.

Terlihat jelas, Gland merasakan perbedaan. Ketika bersama orang lain, mereka cenderung lebih agresif terhadapnya. Jika bersama Cradela, ia merasa terlebih dahulu agresif terhadap gadis itu.

***

Bioteknologi, adalah jurusan yang Gland ambil di HighHigh Universitas dengan kecerdasan kapisitas otaknya.

Bola mata lelaki itu berusaha mefokuskan arah pandangannya. Namun, pemikiran lelaki itu kini tidak tertuju ke arah materi yang sedang berlangsung.

Sebagaimana perkataan Cradela beberapa waktu lalu, masih terlintas di pemikirannya.

Tak lama dari ponsel Gland di dalam saku sedari bergetar tanpa terjeda waktu. Membuatnya segera menekan tombol hijau, sesudah ijin keluar kelas laboratium kepada sang dosen. 

"Kenapa, Ma?" Gland menghela nafas panjamg segera memberikan pertanyaan tak berbasa-basi.

Si penelpon, adalah Mamanya. Entah dalam keadaan mendesak, Mamanya sangat jarang menghubunginya jika berada di area kampus.

"Kamu itu! Cradela, tunangan kamu lagi sakit, kamu kemana aja?!" 

Gland buru-buru mengecilkan volume panggilan teleponnya, dimana lawan bicaranya saat ini--sang Mama telah mengeluarkan nada tinggi. Hingga panggilan pun bergeming di telinganya.

"Cradela? Cradela kenapa?" Gland bertanya balik.

Disana, lawan bicaranya di sambungan telepon itu pun mengulang perkatan, "Cradela lagi sakit, Gland! Kamu kemana aja? Itu tunangan kamu loh! Mama bisa cepatin tanggal tayangnya loh, kalau kamu masih seenaknya," ujarnya diseberang telepon.

Terdengar nada menahan kesabaran hanya untuk putra sulungnya, si Gland. Mau berapa kali Vio menegur jika tidak mendapatkan tanggapan?

"Kamu buruan temani dia, dia ruang kesehatan. Mama habis gini nyusul."

Setelah mengatakan itu, Vio--Mama Gland memutus panggilan sepihak.

Dengan langkah cepat, berlarian menuju ruang kesehatan, Gland tak memikirkan apapun, termasuk tugas di laboratium yang telah ditinggalkannya. Fokusnya hanya tertuju bagaimana keadaan gadis itu.

Gland segera membuka pintu ruang kesehatan dengan kasar hingga menimbulkan decitan. Membuat penghuni ruangan saling menatapnya.

Gland tak memperdulikan hal tersebut, beralih ke arah Cradela. Dilihatnya berapa banyak tisu usai dikenakannya, gadis itu tetap menatap datar keberadaannya dengan tisu yang menempel di lubang hidungnya. 

"Mimisan?" dugaan Gland benar diagukan oleh gadis itu.

Cradela tak mengeluarkan sekata kata apapun, seolah tubuhnya memelas kehilangan tenaga. Tidak dipungkuri wajah cantiknya kini menjadi pucat pasi. Gland membantu gadis itu menyumpal peredarahan darah dari lubang gadis itu. Selagi memberikan senderan di posisi duduk tegaknya.

Vio, Mama Gland yang entah kapan telah mengintip interaksi kedua remaja itu dari balik cendela, ikut menebarkan senyum bahagianya.

***


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro