Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2021

Berulang kali aku memijit pelipisku, merutuki diri kenapa tidak bisa menemukan jawaban dari soal fisika di depanku. Aku berdecak kecil, menghela nafas sambil bersandar di kursi belajar, menghilangkan rasa pusing karena berhadapan dengan angka seharian. Aku melamun. Itu merupakan salah satu kebiasaan yang sering aku lakukan setelah belajar cukup lama.

Aku meletakkan pena yang kupegang ke atas meja, lalu melangkah menuju tempat tidur. Duduk di ujung ranjang, meraih handphone yang kusimpan di laci meja samping tempat tidur. Kalau lagi belajar, aku sangat harus menjauh dari benda ini.

Aku menaikkan kedua kaki ke atas ranjang, duduk bersandar, dan membuka chatroom whatsapp. Ada 99+ chat yang masuk, dan tebakanku benar, delapan puluh persen chat tersebut berasal dari grup yang di buat oleh June sebulan lalu. Dengan alasan yang tidak jelas, June tiba-tiba membuat chat grup whatsapp beranggotakan Marsyah, Afrin, Anggita, Eka, Lynd, Yay, dan tentunya aku.

"Kita harus punya chat grup juga! Tadi gue denger anak komplek sebelah gibahin kita di grup chat, sok iye banget. Masa kita mau diem aja?! Kita harus bertindak, wahai para calon emak-emak komplek!"

Ngakak juga keinget wajah julid gak terkalahkan dari junedi. Ya, kami tinggal di daerah per -komplek- an, tepatnya di blok A. Mereka temenku dari kecil, ibu kami sudah jadi sohib dalam pergibahan emak-emak, lalu kami sebagai anaknya harus tetap melestarikan budaya tersebut.

Karena sekarang sudah tanggal 31 desember 2020, dari kemarin kami sudah sibuk merencanakan pesta tahun baru malam nanti.

Eka: IKAN BAKAR AJA WEI!

Anggita: AYAM BAKAR SAMPE AKHIR!

Yay: Eka lu ngalah dulu ye, gue ikut anggita.

Eka: Apa ini bebbb?! KENAPA KAMU MEMILIH DIA!!!!

Lynd: Gausah lebay.

Eka: Diem lu ling-ling!

Lynd: anj-

Masryah: Mohon di sensor bund, banyak bocah di sinii, WKWK

Marsyah: Saya lagi pengen ayam, jadi gue ikut anggita, ehehe:v

Eka: Gue belum kalah! Karena tiga lagi belom milih. Aprinnn kamu ikut mama kan nakk:))))))))

Afrin: Gue barusan makan ikan ka, gue takut ikannya ngamok kalo gue makan lg

Afrin: Afrin ayam bakar, ehehe

Anggita: 1:0 :)))))))))))

Anggita: WIDIRIT! BERHASIL, HORAYY!

Eka: udah ah. ga asik lu pada!

June: PERHATIAN! MOHON SAAT BAHANNYA SUDAH DIBELI, SEMUA BERSEDIA UNTUK MEMPERTANGGUNG JAWABKAN UCAPAN KALIAN DI ATAS, TERIMA KASIH!

Read by 7.

***

Aku keluar membawa piring berisikan ayam bakar mang asep. Ujungnya kami memutuskan untuk beli makanan saja. Karena belajar dari tahun-tahun sebelumnya, june yang selalu marah-marah karena tidak ada yang mau membantunya memanggang sate, kalau makan semua pada cepet.

Aku? bantuinlah. Bantu doa.

Yay dan Afrin sibuk berjalan ke sana kemari, mengarahkan kamera yang mereka pegang ke segala penjuru. Memfoto segala hal tanpa terlewat sedikit pun. Anggita, Eka, dan June menyiapkan kembang api dan petasan. Mereka seperti sedang menyusun rencana jahat untuk menjahili orang-orang dengan petasan yang mereka beli. Sementara aku, Lynd, dan Marsyah menyiapkan makanan di atas meja yang sengaja di letakkan di taman belakang rumahku.

Tahun ini mereka memutuskan membuat acara di rumahku, tanpa persetujuan apapun dariku. Untung saja aku yang sudah hapal dengan rencana mereka, siap-siap saja rumahku di jadikan tempat pengungsian untuk semalam. Sudah ada kamar khusus yang sudah ada sejak lama untuk mereka.

Kami kemudian duduk membentuk lingkaran di atas karpet yang sudah di betangkan. Sambil memakan makanan yang kami beli sendiri. Hal seperti ini bukan sesuatu yang sulit untuk kami lakukan. Aku memandang mereka satu-persatu. Selalu saja ada pikiran aneh yang mengatakan bahwa lambat laun pertemanan ini akan berakhir. Aku meminta kepada tuhan jangan jauhkan mereka dariku. Karena aku sudah sangat terbiasa dengan hadirnya mereka selama ini.

Aku melihat Eka yang berdiri mengambil petasan lalu kembali mendekati kami.

"Ayo, nyalain sekarang, dah gatel tangan gue daritadi pengen main."

"Belom tengah malem eka, sabar dulu!" itu suara Lynd.

"Gausah sok nunggu tengah malem deh, biasa di rumah jam 9 udah pada molor."

"Hayulah, aku juga udah ngantuk nih," ucapku lalu berdiri mendekati Eka yang sudah siap dengan petasan dan korek api di tangannya.

Masing-masing dari kami membawa satu petasan untuk di ledakan. Setelah membakar sumbu yang ada di ujung petasan dengan api, serentak kami mengacungkan tangan tinggi-tinggi ke arah langit malam.

Satu persatu petasan itu mulai meledak, menimbulkan suara yang sangat besar dengan percikan yang indah. Aku memandang langit, ini adalah akhir dari 2020. Aku berharap di 2021 tuhan memberikan banyak kejutan indah dalam hidupku.

"Happy New Year!"

***

Aku menghirup udara segar di pagi hari. Mengendarai sepeda motor di hari minggu memang hal yang harus di coba. Mendengar kicauan burung pagi. Atau jalan yang tidak begitu dipadati oleh kendaraan yang lalu lalang. Atau para pedagang kecil yang sedang menyiapkan jualannya. Setiap hari aku hampir tidak punya waktu di rumah, karena di sibukkan oleh sekolah dan beberapa organisasi yang aku ikuti.

Hari ini adalah pertemuan rutin CreaWiLi, komunitas kepenulisan yang belum lama menjadi bagian dari kesibukanku. Aku berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan bersama Rizka. Dia adalah temanku di SMP. Sekarang kami berada di komunitas kepenulisan yang sama. Saat itu tidak sengaja aku bertemu Rizka di taman, kami berbincang selayaknya teman yang sudah lama tidak bertemu. Rizka menawariku bergabung menjadi member CreaWiLi. Kebetulan saat itu CreaWiLi sedang membuka pendaftaran member baru.

Aku yang memang tertarik dengan dunia kepenulisan tanpa pikir panjang langsung mendaftar melalui Rizka. Melewati masa trainee yang cukup mendebarkan, akhirnya aku diterima sebagai member CreaWiLi.

Setiap hari minggu pagi, CreaWiLi mengadakan pertemuan. Ini adalah pertemuan ke sepuluh setelah aku menjadi member. Hari ini anniversary CreaWiLi yang ketiga tahun, maka dari itu semua member wajib datang.

Ketika memasuki ruang rapat, yang pertama kulihat adalah Kak Lail dan Kak Elsa yang memperdebatkan dimana seharusnya kue untuk perayaan nanti di letakkan.

"Astaga di mana-mana berantem terus, ada apasih? Hm?" ucap Rizka seperti atasan yang memarahi anak buahnya.

"Aku udah jelasin sama Lail, kalo kue nya itu lebih bagus di taro di sebelah kiri, biar lebih kelihatan, tapi dia tetep gak mau denger," jelas Kak Elsa.

"Di sebelah kanan lebih baik El, biar pas pemotongan kue, Kak M gausah capek-capek jalan ke ujung meja," bela Kak Lail tak mau disalahkan.

"Yaudah sih, taro di tengah aja, gitu aja ribet."

"MALAH TAMBAH JELEK!" Aku tertawa melihat perdebatan kecil mereka, aku berjalan menuju kursi meninggalkan mereka bertiga yang sudah saling beradu opini satu sama lain.

Aku bertemu dengan Kak Dhe, Kak Putri, Kak Regi, dan Kak Eve, mereka sudah duduk di kursi lebih dulu. Aku duduk sedikit jauh dari mereka. Walau mereka terkenal ramah dan murah senyum, tetap saja mereka adalah seniorku, dan aku masih terlalu canggung untuk berada dekat dengan mereka. Di tambah lagi dengan banyaknya karya yang sudah mereka hasilkan dengan tangan ajaib mereka, membuatku semakin merasa tidak percaya diri.

Di depan, sudah berdiri Kak April, Kak Riri, dan Kak M. Pertama bergabung di pertemuan CreaWiLi, aku dibuat terkejut dengan nama ketua komunitas yang hanya memiliki satu huruf. Tapi ternyata nama aslinya jauh lebih membingungkan. Jadi agar lebih mudah di ingat, M saja.

Di setiap komunitas pasti ada yang memiliki aura ke -galak- an yang paling menonjol, dan menurutku mereka bertiga adalah orangnya.

Sudah tiga bulan menjadi member dan aku masih merasa tegang ketika berada dekat di antara salah satu dari mereka. Pernah sekali mereka memberikan lolucon saat sedang kelas, aku yang duduk paling dekat dengan kursi mentor merasakan tekanan batin yang amat dalam. Aku tidak menemukan sesuatu yang lucu dari nada bicara mereka. Jadi untuk cari aman aku berpura-pura tertawa sambil menutup mulut.

Acara telah di mulai, Kak M menyampaikan beberapa kata pembukaan untuk hari ini. Kami semua berdiri memberikan tepuk tangan, lalu sampailah pada pemotongan kue, entah bagaimana caranya Rizka memenangkan perdebatan tadi, dan kue itu akhirnya berada di tengah. Kak M memotong kue, dan kami merayakan hari itu bersama-sama.

"Happy Birthday CreaWiLi! Sukses Selalu!"

Terima kasih tuhan, kau telah mengirimkan orang-orang baik untukku.

***

CreaWiLi MaaLjs Tangan_Kiri Tiuplylyn AudyaAprilia RGNyamm NyaiLepetj Quinhiems hermonietha lailiyahh6 Ellme07 vanilla-shawty

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro