I knew you were trouble
.
.
.
.
.
Perkenalkan namaku Sakura Senju. Di kisah ini aku ingin menceritakan kisahku yang memiliki seorang yang membuatku selalu dalam masalah besar. Jika dia berada di dekatku, masalah selalu datang. Tapi di samping itu, Ia yang selalu membantuku untuk menyelesaikan masalahku.
Pada suatu hari, seperti biasa aku berangkat pergi ke sekolah. Seperti biasa, di jalan aku banyak di sapa orang-orang yang ku kenal. Hari-hariku selalu berjalan indah setiap harinya.
Teman-temanku juga baik, mereka selalu menjadi cerita indah sekolahku.
"Eh, apa kalian tahu kalau akan ada siswa baru di sini?" kata temanku yang bernama Imari Yukasa.
"Benarkah?" tanya temanku yang bernama Manaka Odaru. Matanya sedikit berbinar-binar mendengar kata -siswa baru-
"Hei, kau sudah punya Shijima!" seru temanku yang lain, Hikari Futa menyenggol bahu Manaka. Sedangkan Manaka mendelik ke arahnya.
"Sudahlah," ucapku untuk melerai pertengakaran mereka yang mungkin akan terjadi.
Sepertinya, Dewi keberuntungan berpihak padaku, karena bel masuk sudah berbunyi. Selang beberapa menit pak guru yang mengajar datang bersama seorang murid di belakangnya.
Dapat kulihat, hampir seluruh teman-teman perempuanku terpana menatap ketampanan siswa baru itu.
Ternyata, namanya Kaito Yamazaki.
Tiba-tiba, dia melihat ke arahku membuatku beku seketika di tempat.
'Tapi, kenapa matanya malah mengarah padaku? Ah mungkin Ia sedang menatap dinding, jendela atau sudut ruangan karena aku tepat berada di sudut ruangan dan dekat jendela. Tapi dia menatapku dengan pandangan datar membuatku takut.' ucapku dalam batin. Hikari yang berada di sebelahku menyenggol bahuku dan berbisik.
"Hei, Sakura. Kenapa siswa baru itu terus menerus melihat ke arahmu?" tanyanya bingung.
Tunggu, ternyata benar apa yang kuduga. Tapi sebisa mungkin aku bersikap biasa saja.
"Mungkin saja, ia melihat sudut ruangan atau jendela bukan aku," jawabku agak berbisik, dan di jawab anggukan polos Hikari.
'Astaga, anak ini!' ucapku dalam batin gemas pada Hikari yang begitu polos.
Dan tanpa di duga, sebuah bunyi brak terdengar dan aku merasakan sakit pada tangan kiriku.
Semua orang menoleh ke arahku yang berusaha menahan sakit. Ternyata tanpa kusadari tanganku terjepit jendela di sebelahku.
"Arghhh!" ringisku menahan sakit. Hikari di sebelahku menanyakan apakah aku baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja," jawabku sambil meringis sambil menahan sakit di tangan kiriku.
"Lain kali hati-hati Sakura!" ucap pak guru yang mengajar dan aku hanya bisa tersenyum malu dan mengangguk.
"Kau boleh duduk," ucap pak guru pada siswa baru itu.
Dapat ku lihat ia berjalan ke arahku.
'Ah. Apa yang kupikirkan, tentu saja ia akan duduk di belakang bangku ku bukan berjalan ke arahmu Sakura. Sadarlah,' lagi-lagi aku membatin.
Tanpa di duga, tangan seseorang menyodorkan sebuah salab berwarna putih ke arahku. Aku mendongak dan menemukan siswa baru itu yang menyodorkan salab itu untukku.
"Ini bisa meredakan rasa sakitnya, jadi oleskan secara rutin ya," ucapnya di sertai senyuman manis.
Aku terpana dengan senyuman pertamanya padaku, dengan kikuk aku mengambilnya dan mengucapkan terimakasih. Lalu ia duduk di bangku yang berada tepat di belakangku.
Aku melihat saleb itu, lalu melihat ke depan di mana teman-temanku menatap jail kepadaku. Terutama dapat aku lihat seringai jail teman seperkumpulanku, Hiro Akira, Shijima Gamma, Imari Yukasa, Manaka Odaru, Nao Taichi dan si polos Hikari Futa pun juga ikut-ikutan.
'Hah dasar mereka!' ucapku dalam batin.
Keesokkan harinya, aku sedang duduk nyaman di bangku ku dengan ibu guru yang akan memulai pelajarannya. Tetapi sebelum di mulai, seorang siswa mengetuk sepertinya ia terlambat. Karena ibu guru sedang baik, ia mempersilahkan siswa itu masuk. Ternyata, siswa baru itu terlambat masuk di hari kedua ia sekolah di sini.
'Ah benar-benar,' batinku sambil mencari pulpenku dalam tas.
'Astaga, kemana pulpenku? Kalau tidak ada pulpen bagaimana aku menulis,' batinku bingung. Aku menanyakan teman-teman terdekatku untuk meminjam, tetapi mereka tidak mempunyai cadangan pulpen. Ah bagaimana ini!?.
Sebuah pulpen tersodor dari belakangku. Aku menoleh dan menemukan Kaito, siswa baru itu meminjankan pulpen untukku.
"Ambillah!" perintahnya.
"Kau membutuhkannya kan?" ucapnya membuatku kikuk mengambil pulpen itu.
Menurutku, ini sangat aneh.
Mengapa di setiap dia berada di dekatku, maka masalah akan selalu datang menghampiriku, entah itu karena kecerobohanku atau orang lain.
Saat di makan siang di kantin.
Aku melihat ia berjalan menuju arahku kami seperti akan berpapasan.
Karena saking gugupnya aku, hampir saja makananku jatuh ke lantai apabila tidak si siswa baru itu menangkap nampanku.
Secara tidak sengaja, tanganku dan tangannya bersentuhan hingga membuat pipiku memerah dan Ia mengucapkan maaf lalu berlalu dari saja meninggalkan aku yang termangun.
Bahkan, Hiro dan Imari harus menggoncang tubuhku agar aku sadar.
Di hari berikutnya, aku sedang berjalan-jalan di taman tempat aku bermain waktu masih kecil.
Ternyata, siswa baru itu juga sedang bermain di saja bersama anak-anak lain. Pandangan mata kami tidak sengaja bertemu membuat tidak sadar ada batu di depanku dan membuatku jatuh.
Aku meringis dan dia datang membantuku, bahkan mengobati lukaku.
Sudah berapa lama dia sekolah dan sudah beribu kali juga aku tanpa sengaja bertemu denganku serta masalah yang selalu muncul untukku.
Hari ini, adalah hari minggu. Di mana aku berdoa agar tidak bertemu dengan siswa baru yang selalu membuatku terkena masalah itu.
"Hah, siswa baru itu seperti malaikat masalah bagiku sekaligus malaikat penolong bagiku," ucapku sembari menghela nafas.
Tiba-tiba, mataku tanpa sengaja menatap seseorang yang seharusnya aku hindari.
'Astaga! Kaito,' batinku sembari bersiap akan keadaan bahaya yang mengintai.
Aku menatap sekelilingku. Tanpa kusadari, ada seseorang yang mencuri tasku.
Langsung saja aku berteriak maling dan mengejar orang itu.
Sesampai di sebuah gang, terlihat maling itu sepertinya terjebak membuatku menyeringai.
"Kau tidak akan bisa kabur!" ucapku.
"Ya, kau tidak akan bisa kabur," ucap orang di belakangku yang berjalan ke depan dan menghajar maling itu sampai pingsan.
Aku ternganga bahkan sampai ia mengembalikan tasku.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya dan aku membalas mengangguk. Ia tersenyum lalu pergi.
"Tunggu!" seruku mencegahnya pergi dan Ia berbalik dan mengangkat alis tanda bertanya.
Di sinilah, aku akan mengungkapkan unek-unekku.
"Mengapa..."
"Mengapa aku selalu bertemu denganmu?" tanyaku sambil menatapnya tajam sedangkan ia memiringkan kepalanya.
"Masalah selalu datang padaku dan selalu kau yang menjadi penolongku!?" seruku bertanya padanya yang menatapku sambil tersenyum.
"Destiny." ucapnya lalu berlalu begitu saja meninggalkan diriku yang termangun menatapnya.
"Aku tau kau akan membuatku terkena masalah, tapi kenapa aku ingin selalu bertemu tanpa sengaja denganmu!" ucapku kemudian berjalan pulang ke rumah.
End
1k ketikkan
.
.
.
.
.
Hai ges, endingnya gantung ya? Heheh sebenarnya author maunya mereka pacaran tapi ketikannya kelebihan nanti:v
Castingnya para pemain LupinRanger vs Patranger. Foto di atas pemain intinya. Maaf gak pakai foto, soalnya sini sinyalnya susah.
Cerita ini terinspirasi dari lagu Taylor Swift yang berjudul i knew you were trouble waked in.
Tag : CreaWiLi
Admin :
MaaLjs / hermonietha
Tangan_Kiri
noviap26_
BETTAFOUR
Tiuplylyn
RGNyamm
NyaiLepetj
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro