Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 9

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Suasana rumah sakit terlihat lenggang, hanya beberapa pasien dan keluarga yang berlalu lalang. Tidak seperti biasa yang sangat banyak. Kali ini pasien di sini tampak berkurang jauh.

Aku berjalan meninggalkan Eun Woo di ruang tunggu untuk mengambil beberapa barang. Kupilah dokumen yang penting dan yang kurang penting.

Saat aku berberes, jantungku tidak bisa berhenti berdebar, aku masih tidak percaya jika sebentar lagi aku akan pulang diantar sang pujaan hati. Bagai mendapat durian runtuh dalam satu malam.

"Dia memang lelaki yang baik," batinku. Beberapa kali kulirik lelaki bertubuh sempurna itu dari ruang kerjaku.

"Siapa lelaki yang baik itu?" suara berat seorang yang ku kenal menyela gumamanku. Ku tengok asal suara di sana ada dokter Nam. Lelaki itu berjalan santai mendekat ke arahku lalu duduk tepat di kursi di hadapanku.

Yang benar saja, mengapa laki-laki ini ada di mana-mana sih. Apa dia tidak ada kerjaan hingga mengejar-ngejarku seperti ini. Kenapa tidak dari dulu saja, kenapa harus sekarang saat semuanya sudah baik-baik saja.

"Dokter sudah mau pulang?" Lelaki itu memulai pembicaraan namun aku acuhkan.

"Sudah malam. Mari saya antar pulang dokter. Kebetulan jam kerja saya juga sudah selesai."

"Maaf saya sudah ada janji. Lagi pula arah rumah kita berlawanan. Saya tidak ingin merepotkan dokter Nam," kataku mengelak tawarannya.

Kumasukkan beberapa file ke dalam tas. Kulipat jas putihku dan kumasukkan ke loker khusus yang aku siapkan untuk tempat menyimpan beberapa pakaian lalu berbalik dan berjalan pergi. Namun lelaki itu menahan tanganku. Dia menggenggamnya sangat erat seolah tidak mengizinkanku meninggalkannya.

"Saya tidak merasa direpotkan. Lagi pula berbahaya jika perempuan pulang sendirian," jawab lelaki berkemeja hitam itu sedikit memaksa. Wajahnya menggambarkan dengan jelas bahwa dia benar-benar ingin mencoba dari awal. Tapi aku tidak akan tertipu lagi.

Haaahh, malas sekali menanggapi sang mantan yang ga tahu tempat. Sudah di tolak tetep aja ngotot.

"Maaf dok. Tolong lepaskan saya. Saya mau pergi..."

"Bukankah Tzu Yu sudah berkata dia sudah ada janji. Mengapa anda terkesan memaksa sekali," sambung Eun Woo yang tiba-tiba muncul. Kupandang kedatangannya itu dengan pandangan penuh harap. Yah dia satu-satunya yang bisa membantuku keluar dari masalah pelik ini.

Yah dibilang masalah sebenarnya juga bukan. Risih aja bila diikuri terus dan dipaksa paksa seperti ini.

"Maaf dokter Nam. Sepertinya pacar saya sudah menjemput." Kucoba melepaskan genggaman dokter Nam Joo Hyuk dan berjalan mendekat ke arah Eun Woo.

Aku berdiri di belakang barista itu seolah ingin bersembunyi di tempat yang aman. Eun Woo sepertinya sadar gelagat anehku sehingga dia berdiri seperti tembok yang akan melindungi apa yang ada di belakangnya.

"Jika sudah tidak ada urusan lagi, bolehkah kami undur diri. Mari dokter." Eun Woo menggandeng tanganku dengan lembut. Kali ini sentuhannya sangat berbeda dari dr. Nam.

Genggaman Eun Woo sama sekali tidak ada paksaan disetiap sentuhannya. Begitu hangat dan menenangkan.

Kami berjalan melewati lorong panjang rumah sakit hingga ke pintu keluar. Dengan bantuan resepsionis kami berhasil memesan taxi untuk pulang. Kami hanya perlu menunggu beberapa saat.

"Terima kasih dan maaf aku telah lancang mengatakan bahwa kau adalah pacarku," kataku setiba di luar Rumah Sakit. Mau ditaruh mana mukaku, seenaknya saja mengaku-ngaku pacar orang.

Eun Woo hanya tersenyum. Lalu berbisik, " tidak masalah, kau bisa menjadikanku tameng semaumu. Aku sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Toh punya pacar secantik kai membuatku bangga."

"Tapi pacarmu."

"Aku tidak memiliki pacar. Jadi sah-sah saja."

Ucapan manisnya itu membuatku tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Tuhan jika ini mimpi aku mohon jangan pernah bangunkan aku. Aku mau hidup di dunia mimpi saja. Realita terlalu berat untukku.

"Hei, ayo masuk! Taxinya sudah datang." Perkataan Eun Woo menyadarkanku.

"Cubit aku."

"Apa? Ayolah jangan bercanda?"

"Cubit aku."

Teriakan langsung menguar dari mulutku sesaat setelah Eun Woo mencubitku keras sekali. Pria ini tidak punya hati masa mencubil perempuan sesakit ini.

"Sudah sadar?"

"Tentu. Ternyata semua ini bukan mimpi. Dewi Fortuna sedang memihak ke arahku. Mungkin di kehidupan yang lalu aku sudah menyelamatkan nyawa jutaan orang sehingga kebaikan menyertaiku di kehidupan ini," gumamku percaya diri.

Eun Woo mengantarku hingga ke depan rumah kemudian pergi sesaat setelah aku masuk. Untung kak Seon Ho dan Kak Kang Joon hari ini shift siang. Jika dua orang itu melihat aku pulang diantar lelaki, tamat sudah riwayatku. Bisa dipecat jadi anggota keluarga pastinya. Dua kakakku memang over protektif tentang teman lelakiku. Terutama sejak kejadian tidak meyenangkan yang dahulu menimpaku

Kriingggg
Kriingggg

Panjang umur sekali nih orang. Baru diomongin sudah nongol aja. Meskipun hanya melalui panggilan telepon.

"Ya, Chou Tzu Yu. Kau berhutang cerita padaku tentang lelaki brengsek yang kembali bekerja di rumah sakit."

Belum sempat aku menjawab kak Kang Joon langsung menutup teleponnya secara sepihak.

Dasar Kakak aneh. Tahu dari mana dia tentang Joo Hyuk Oppa. Aku belum pernah membahas nama itu lagi di depan kakak-kakakku. Apa dari Chae Young. Memang ya mulutnya itu ga bisa diajak kompromi.

Sebuah pesan masuk dari kak Seon Ho. Isinya tidak jauh beda dengan apa yang dikatakan kak Kang Joon. Mereka berdua sama-sama memojokkanku untuk bercerita. Ihh, bisa-bisa semalaman aku bakal di nasehati nih kalau dibiarkan saja.

Ada dua pesan lagi masuk, pesan dari nomer tak dikenal .

"Siapa ya?"

"Apa kau sudah sampai rumah? Siapa lelaki itu? Apa benar dia pacarmu? Aku tidak percaya. Kau pasti hanya memggertakku saja." Begitulah isi pesan yan pertama. Dari makna si penulis, aku langsung tahu siapa orang di yang menulisnya.

Lalu ia pesan yang satu lagi.

" Hari ini sangat menyenangkan. Aku tidak menyangka pekerjaan dokter iru begitu berat. Jangan lupa makan. Jaga kesehatan. Menolong nyawa manusia itu penting tapi nyawa sendiri juga harus dijaga. Kan ga lucu kalau dokternya meninggal duluan dibanding si pasien karena kelelahan."

Senyum seketika mengembang di wajahku. Dengan sigap kuketik beberapa kata sesuai isi hatiku saat ini.

"Siap laksanakan."

"Cepatlah tidur. Semoga mimpi indah."

"Tapi," Yah padahal aku ingin mengobrol lebih banyak.

"Kita bisa mengobrol lagi lain waktu. Sekarang cepatlah istirahat."

"Baiklah."

Andai saja kami benar-benar berpacaran pasti bahagia sekali.

"Plak," kutampar sendiri pipi kananku untuk mengembalikan pikiran logisku kembali ketempatnya semula.

"Tzu Yu bodoh, dikasih hati malah ngelunjak," omelku menyalahkan duri senduri.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

dr. Nam Joo Hyuk


dr. Chou Tzu Yu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro