Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Krrriiinnggggg

Krrriiinnggggg

Krrriinnggggg

"Ya, Chou Tzu Yu. Berisik. Buruan bangun. Dasar pemalas." Suara kak Kang Joon terdengar dari luar kamar.

"Lima menit lagi."

Ku jawab panggilan itu seadanya. Rasanya ngantuk sekali entah kenapa mata ini enggan untuk terbuka. Seperti ada lem yang melekat diantara kedua kelopaknya.

"Matikan dulu alarmmu! Dan segeralah bangun."

Ku lihat ponsel yang tergeletak sembarangan di lantai kamar. Kumatikan alarm lalu ku letakkan lagi di atas nakas di samping ranjang.

"Jangan salahkan aku ya kalau kau terlambat. Kakak sudah memperingatkanmu." Lelaki itu masih bersikeras mengetuk kasar pintu kamar. Ku letakkan bantal tepat di atas kepalaku berharap suara-suara berisik itu segera menghilang.

"Ya, Chou Tzu Yu."

"Biarkan dia Kang Joon." Satu suara berat lagi menyahut. Aku yakin itu suara kak Seon Ho. Dia memang kakak terbaikku.

"Tapi... " Terdengar ada keraguan dari suara Kang Joon. "Haah, Bodo amat. Kalau tu anak nanti marah aku ga mau tanggung jawab. Pokoknya kak Seon Ho biang keroknya."

"Iya iya. Dia pasti lelah setelah operasi tadi malam. Dia baru pulang jam dua pagi. Biarkan saja."

Kakakku ada dua. Satu yang sangat bawel namanya Chou Kang Joon satu lagi Chou Seon Ho. Karakter mereka bertolak belakang yang satu cablak kek radio rusak sementara satu lagi pendiam kek patung Sejong the great.

"Baru juga jam enam. Lima menit lagi tidak akan menjadikanku terlambat masuk kantor."

Setelah perdebatan kedua kakak ku tadi, akhirnya ketenangan kembali datang. Kupejamkan lagi kedua mataku dan terlelap tidur. Berharap memimpikan kejadian kemarin saat Eun Woo berada sangat dekat denganku. Kejadian langka yang akan selalu ku ingat.

"Aku sudah merasa tidak lagi memiliki kecocokan denganmu. Hubungan kita sampai di sini saja, karena aku merasa kau terlalu bergantung padaku. Maaf sejujurnya aku merasa terbebani dengan hal itu."

Samar suara menyebalkan itu kembali. Mimpi buruk yang selalu datang setiap malam. Padahal sudah satu setengah tahun aku tidak memimpikannya. Entah kenapa dia datang lagi di mimpiku. Orang yang sudah aku kubur dalam-dalam.

Ku kerjabkan mataku, bulir keringat dingin mengalir dari dahiku. Matahari masuk dari celah-celah jendela lurus langsung ke mataku. Membuatku sadar waktu sudah berputar lebih dari sekedar lima menit.

"Kak Kang Joon. Kenapa ga bangunin aku."

Bergegas aku berlari menuju ruang makan. Aku yakin kakak ku itu ada di sana. Di jam segini memang jam untuk sarapan pagi bersama di keluargaku.

"Bodo."

"Ih, kak Kang Joon nyebelin kan. Ini jam berapa? Kakak tega ya aku telat lagi."

"Siapa juga yang bilang lima menit lagi tadi? Sudah tau kalau lima menit itu pasti molornya ga tau waktu tetep aja diulang-ulang terus. Gitu juga ujung-ujungnya nyalahin orang. Ck...ck...ck..."

Jleb.
Seperti tertohok. Nih orang memang mulutnya ga ada filter. Suka bener memang. Dia itu sebelas dua belas dengan Chae Young.

Kalau dipikir-pikir, jika kak Kang Joon dan Chae Young nikah anaknya bakal secablak apa coba. Tuh anak mulutnya pasti kek jalan tol. Mulus bebas hambatan.

"Mikirin apa? Muka udah kek bantal gitu masih senyam-senyum sendiri. Udah deh cepet mandi sana. Atau memang sengaja mau bolos sekalian?"

"Kang Joon. Jangan begitu sama adekmu," potong kak Seon Ho.

Dia sedang menyiapkan beberapa sarapan. Chef satu itu memang andalan banget di keluargaku. Semua makanan yang dia buat pasti enak. Tangannya memang luar biasa ajaib.

Ku cicipi beberapa kimchi yang tersaji di meja lalu bergegas menuju kamar mandi. Aku tidak menghabiskan waktu terlalu banyak karena jam sudah terus berputar. Bisa-bisa kena marah Profesor nanti.

"Mandi model apaan lagi, Dek? Singkat, padat dan sama sekali tidak jelas. Jadi anak perempuan kok begini banget sih. Gak kasihan sama suamimu kelak."

Kakak lelakiku ini memang bener-bener ya. Ga ada matinya kalo mau ngatain orang.

"Ish, kak Kang Joon memang mulutnya itu perlu di sekolahkan kalau perlu sekolah sampe s3 biar ada remnya kalo ngomong," gerutuku sambil menyuapkan nasi ke mulut.

"Kalau ngomong pake di rem, nanti orangnya yang disindir ga akan sadar-sadar. Terlalu dibaikin itu ngelunjak. Mending dijahatin tapi bisa merubah sikap."

Haah, ya ya ya. Terserah kak Kang Joon sajalah, daripada waktuku tersita buat debat yang ga berfaedah ini. Mending aku berangkat.

"Kak Seon Ho makanannya selalu luar biasa. Kakak memang titisan Dewa makanan enak." Pujiku ke arah dapur.

"Lalu Kak Kang Joon mulutnya juga selalu luar biasa. Kakak memang titisan Dewa Menyebalkan."

"Apa katamu?"

"Kak, aku berangkat dulu. Mungkin aku bakal pulang telat lagi. Sepertinya nanti malam ada operasi lagi."

Setelah berpamitan kulajukan mobilku ke arah Rumah Sakit Soonchunhyang university Seoul. Tidak memerlukan waktu lama kurang lebih tiga puluh hingga empat puluh menit perjalanan.

Sebelum berangkat aku sudah menghubungi rekanku untuk memintakan izin kepada Profesor Park. Kalau tidak bisa kena tegur lagi. Padahal profesor sudah sangat baik padaku.

Kuparkirkan mobil dengan tergesa. Mengambil tas jinjing kecil serta jas dokter ku tenteng di lengan kanan. Sesekali melirik ke jam yang melingkar di pergelangan tanganku.

GDUBRAK

Ya Tuhan, aku menabrak seseorang hingga tas dan jas dokterku terjatuh. Dan tanpa sengaja orang yang aku tabrak menginjak jas putih itu hingga ada bekas sepatu melekat di atasnya.

"Jas ku."

"Maaf aku tidak sengaja," ujar lelaki tegap di hadapanku.

Karena aku menunduk untuk memungut tas dan jasku maka aku tidak bisa melihat siapa lawan bicaraku tapi sepertinya aku familiar dengan suara itu. Aku pernah mendengarnya entah kapan dan di mana.

"Mau aku bantu berdiri."

Sebuah tangan terjulur di hadapanku. Kuraih tangan itu lalu mencoba untuk berdiri.

Saat aku sudah berdiri sejajar dengan orang itu aku sadar tangan yang aku pegang, wajah yang aku tatap.

"Dr. Nam Joo Hyuk?" kataku terkejut. Lelaki itu bukan orang yang aku harapkan untuk aku jumpai lagi.

"Tzu Yu? Hai, apa kabar?"

Senyum tak berdosa mengembang di wajah lelaki itu.

"Baik. Maaf aku harus segera pergi."

"Ya, Chou Tzu Yu, tunggu sebentar."

"..."

Pertemuan yang tidak terduga dengan lelaki yang sudah aku lupakan. Mantan yang terburuk yang aku miliki.

Ngapain laki-laki itu ada di rumah sakit ini. Jangan bilang dia bekerja di sini juga sekarang. Tidak jangan sampai itu terjadi.

Kehidupan jomlo bahagiaku akan berantakan jika ada dia. Nam Joo Hyuk, si tidak punya perasaan itu.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Chou Seon Ho

Chou Kang Joon

dr. Chou Tzu Yu

dr. Nam Joo Hyuk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro