chapter 13
🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴
POV Eun Woo
"Males banget hari ini," gumam seorang lelaki berbadan tegap dengan apron hitam melingkar di pinggangnya. Ia duduk di salah satu meja di sudut ruangan. Entah mengapa lelaki itu justru memutuskan untuk beristirahat saat semua orang sibuk karena banyak pesanan.
Seorang gadis bercelana jeans dan berbaju casual ala penyanyi muda berjalan menuju lelaki itu. Gadis itu duduk tepat di kursi menghadap langsung sang pria. Membawa dua cangkir minuman manis tapi bukan kopi maupun milkshake.
"Sepinya," kata lelaki itu lagi. Pandangannya tidak fokus entah sedang memikirkan apa saat ini.
"Lah gimana jadi sepi? Rame gini cafenya. Gak salah makan kan bos?" tambah Chae Young.
Gadis cantik itu terus melambai-lambaikan tangannya di hadapan Eun Woo seolah ingin menyadarkannya bahwa matanya kali ini perlu diperiksa.
Lelaki itu nampak melihat sekitar. Memang cafe ini ramai seperti biasa bahkan para waiters sempat kerepotan karena terlalu banyak pesanan masuk. Namun entah mengapa bagi lelaki itu rasanya sepi. Seperti ada seseorang yang dia tunggu kedatangannya.
"Aku kangen kau marah-marah." Kata-kata Eun Woo membuat netra Chae Young terbelalak. Dia gak pernah melihat kakak sepupunya itu bertingkah aneh bin ajaib seperti ini.
"Ngeledek ya bang? Salah makan obat apa gimana sih. Aneh banget. Jelas-jelas biasanya paling gak suka aku marah-marah. Sering motong gajiku juga karena aku adu mulut dengan Tzu Yu. Tumben-tumbenan kangen."
Chae Young menelisik tajam ke arah Eun Eoo, mencari tahu apa yang disembunyikan pria itu darinya. Tidak biasanya lelaki yang gila kerja ini menggerutu.
"Oh iya, temanmu yang biasa ke sini tumben ga kelihatan," kata Eun Woo mengalihkan pembicaraan.
Lelaki itu tampak ingin memastikan sesuatu. Matanya berbinar saat membicarakan Tzu Yu, jauh berbeda dengan beberapa menit lalu yang malas-malasan tidak bersemangat. Entah mengapa rasa sepi itu perlahan menghilang kala nama perempuan itu ia sebut.
"Maksudmu Chou Tzu yu? Apa hubungan kalian sedekat itu sampai kau menanyakannya?" ujar Chae Young penuh tanda tanya.
"Yah, kami berteman. Aku mengenalnya dan dia mengenalku."
"Hah, yang benar saja," gerutu perempuan berlesung pipi itu tidak habis pikir.
"Setahu ku Tzu Yu tiga bulan ke depan bakal jarang ke sini sih."
"Kenapa?"
"Dia sekarang... Hmm... Apa ya sebutannya?" Chae Young nampak berfikir namun ia memutuskan untuk melanjutkan kata-katanya lagi, "gadis itu baru dalam tugas dinas ke luar. Sepertinya pertukaran dokter atau apa gitu selama satu sampai tiga bulan tergantung seberapa butuh rumah sakit itu. Kalau mereka membutuhkan waktu yang lama kemungkinan besar Tzu Yu juga bakal lama di sana."
"Kau tahu banyak ya, sudah lama berteman dengan Tzu Yu?"
"Kami berteman sejak SMA. Eh tunggu kenapa kau juga main panggil nama orang. Emang kenal?"
"Kenal lah. Masa sama pelanggan setia ga kenal sih. Lalu kenapa kalian selalu bertengkar di sini?"
"Ahh, itu. Sudah lah ga penting. Lalu kenapa kamu menanyakan Tzu Yu? Tertarik?"
Pertanyaan Chae Young membuat lelaki di hadapannya sedikit terdiam.
"Hmm, semua lelaki pasti tertarik pada gadis itu lah. Dia cantik, dokter pula. Bodoh jika menolak bibit bebet bobot bermutu seperti itu," canda barista itu garing.
"Wow, Tzu Yu pasti akan menyembahku jika aku menceritakan kata-katamu barusan padanya. Eun Woo, aku tahu kau itu sepupuku. Paling tidak aku tahu sebusuk-busuknya perilakumu kesehariannya. Aku ga akan melarangmu menyukai temanku, tapi aku mohon jangan kau kecewakan dia. Dia berbeda dengan Claire."
Seketika seperti tersambar petir nama itu kembali terucap setelah bertahun-tahun lamanya.
"Sorry banget aku menyinggung masa lalumu lagi." Gadis berambut pendek ini berbalik pergi. "Jika kau ingin bertemu Tzu Yu dia ada di pulau Jeju. Bukankah kau juga akan ada rapat di sana?"
Aku respect banget dengan Chae Young. Mulutnya memang suka kasar tapi kata-katanya mengena sekali. Dan yang paling penting tuh orang tingkat kepekaannya sangat tinggi.
"Aku transfer banyakan bulan ini,"
Senyum mengembang dari bibir penyanyi andalan long last cafe itu.
"Pak ada pesanan khusus." Seorang pelayan datang menghampiri barista tampan itu. Pelayan terlihat agak sungkan meminta bosnya untuk kembali bekerja. Namun hanya bosnya itulah yang bisa membuat pesanan istimewa. Lukisan-lukisan itu hanya bisa dibuat oleh tangan yang bertalenta seperti Eun Woo.
"Baiklah aku akan segera kesana."
Pekerjaan hari ini begitu banyak. Terlihat jelas dari wajah-wajah lelah para pegawai. Jam pulang kerja rasanya seperti pintu gerbang kenikmatan yang hakiki.
"Hei, besok kau jadi ke pulau jeju? Jangan lupa oleh-olehnya ya." Kata seorang waiters kepada barista yang berdiri di samping Eun Woo.
Lelaki itu memang sebenarnya yan akan pergi sebagai perwakilan long last cafe karena Eun Woo malas makanya dia lebih sering memerintahkan anak buahnya untuk dinas ke luar kota.
"Apa bos?"
"Aku bilang. Biar aku yang pergi kepulau jeju."
Senyum kemenangan mengembang di bibir Eun Woo. Beberapa barista serta waiters saling pandang bingung. Mereka tidak salah dengar. Pak bos yang ga pernah sekalipun menghadiri pertemuan kali ini mau hadir. Semua saling melemparkan kode satu sama lain.
"Besok biar saya yang ke pulau Jeju. Kalian urus saja pekerjaan di sini," ulang barista tampan itu.
Chae Young mengamati dari jauh. Dia semakin curiga pada sepupunya itu.
"Aneh. Aneh. Aneh."
PIP PIP, sebuah pesan masuk ke ponsel Chae Young. Dengan sigap gadis manis itu meraih ponsel itu dan membacanya sekilas.
"Panjang umur sekali."
"Ya Chae Young. Aku baru tiba nih di hotel. Kau pasti bakal kangen sama aku." Emot tersenyum memenuhi pesan itu.
"Dih PD gila ni anak. Siapa juga yang bakal kangen. Yang ada noh idolamu nyusulin. Seneng seneng deh," gumam Chae Young dalam hati. Meski dia tau kabar itu akan membuat sahabatnya senang bukan kepalang namun dia mengurungkan diri untuk mengabarinya. Iseng memang.
🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴
Chae Young
Eun Woo
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro