8
Inggris 2018
"Jongin?"
Matanya yang hangat itu menatapku dengan terkejut. Mataku juga tidak jauh berbeda dengannya. Ada apa ini? Kenapa dia bisa di sini? Bagaimana ia bisa menemukanku di sini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Aku tidak ingin berlama-lama bertatap wajah dengannya. Meskipun aku sudah melupakan apa yang terjadi di masa lalu, tapi tetap saja melihatnya membuatku semakin membencinya. Dengan ragu, aku melangkahkan kakiku menjauh ke laki-laki yang memanggilku tadi. Jika aku bisa berlari, aku akan lari. Tapi kakiku tidak kuat menahannya, tidak kuat hanya karena pandangannya mampu menarikku.
Tanganku ditarik, dia mencegahku. "Ri Hae," panggilnya lagi.
Aku menebas pegangan tangannya. Mendengar suaranya memanggilku lagi membuat dinding pertahanan yang kubuat bertahun-tahun runtuh begitu saja. Meskipun aku membencinya karena apa yang ia lakukan, namun aku tidak bisa menyangkal kalau aku merindukan suaranya memanggilku.
Tidak, Ri Hae. Kau tidak boleh tertipu untuk kedua kalinya.
Sebelum ia kembali berbicara, aku melangkahkan kakiku lagi untuk pergi jauh darinya. Aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama. Aku tidak ingin berharap kemudian di lempar jatuh dan di injak-injak lagi. Tidak.
"Kau harus kembali ke Korea." kalimat singkat untuk mampu membuatku kakiku berhenti melangkah.
Aku kembali menatapnya. Tidak percaya apa yang ia katakan.
"Apa? Kembali ke Korea, katamu?" Aku tertawa sinis. "Setelah apa yang kau lakukan, itu kalimat pertama yang kau lontarkan kepadaku?"
Jongin membuang tatapannya karena tidak sanggup menatap mata sinisku. "Kau akan menyesal jika tidak kembali ke Korea sekarang."
"Kau datang jauh ke sini hanya untuk mengatakan itu?"
"Tidak. Sebenarnya, banyak yang ingin kukatakan. Aku ingin meminta maaf, menanyakan bagaimana kabarmu, dan menanyakan pertanyaan -pertanyaan basi yang orang-orang lain katakan," jedanya. "Tapi, aku tau kau tidak ingin melihatku. Aku tau kau sangat membenciku hingga ingin membunuhku," dia menggantung perkataannya.
"Lalu?" tanyaku.
"Ini bukan saatnya untuk berbasa-basi."
Aku menaikkan alisku. Apa maksudnya?
"Kakekmu... dia sakit. Tepatnya beliau sekarang sedang koma di rumah sakit," ujarnya.
Apa?
Seluruh badanku langsung lemas, waktu rasanya berhenti, otakku berhenti bekerja dan kepalaku terasa berat. Kakiku tidak sanggup menahan badanku, dan aku pun runtuh.
Tetapi sebelum aku terjatuh ke lantai, tangannya menariku dan suaranya meneriakku untuk kembali sadar. Aku memandang wajahnya yang panik dan matanya menunjukkan rasa khawatir. Badanku digoncang kencang olehnya namun pikiranku masih kosong.
"Ri Hae, sadarlah! Ri Hae!" panggilnya. Ia melepaskan masker di wajahnya dan topinya lalu kembali memanggilku.
"Ri Hae, lihatlah aku. Ini aku, Jongin. Aku ada di sini. Aku... di sini."
Entah mantra sihir apa yang Jongin katakan namun suaranya menyadarkanku. Mataku menemukan wajahnya yang bersih dan terawat itu sedang terlihat panik. Aku kembali bernapas dengan normal, pendengaranku dan penglihatanku kembali seperti semula.
"Jongin." tanpa kusadari, aku memanggil namanya.
Jongin menatapku dalam-dalam.
"Lepaskan," lanjutku. Dengan canggung, Jongin melepaskan genggaman tangannya di kedua lenganku.
Aku menarik napasku dalam-dalam dan berkata, "Aku... Apa yang harus kulakukan?"
~~~
Jika yang satu berhasil menemukan orang yang ia cari karena ketidaksengajaan, yang satunya lagi berusaha dua kali lipat agar dapat menemukan orang yang di carinya.
"Hyung, sudah berapa jam kita berjalan dan mencari Ri Hae? Tidak bisakah kita istirahat sebentar?" ujar Doyoung sambil menundukkan kepalanya lelah.
Taeyong menghela napas sebentar. "Baiklah, kau istirahat dulu. Aku akan cari minuman dulu."
Doyoung mengangguk senang lalu duduk di kursi terdekat. Lalu Taeyong pun pergi mencari minum untuknya dan Doyoung. Jika dulu Taeyong sangat mengutamakan Ri Hae, namun sekarang banyak yang harus ia jaga. Belum lagi, ia adalah seorang leader di grupnya jadi mau tidak mau dia harus bersikap tanggung jawab kepada semua orang yang ia kenal.
Taeyong kembali dengan dua gelas plastik berisi minuman segar. Ia pun lalu duduk di sebelah Doyoung dan berdiam untuk berpikir.
"Apa kita bisa menemukan Ri Hae?" lirih Taeyong.
Doyoung berhenti menyedot minumannya dengan sedotannya dan perlahan melihat wajah sedih Taeyong. "Hm? Di mana Taeyong yang selalu menemukan jalan keluar di setiap masalah? Ayolah, Hyung, aku yakin kita bisa menemukan Ri Hae,"
"Aku yakin dia ada di sekitar sini. Ri Hae tidak sepintar itu, ya kan?" lanjut Doyoung sambil bercanda.
Tapi yang dia katakan tidak salah juga, Ri Hae adalah salah satu orang yang tidak kreatif. Dia tidak mungkin bersembunyi di tempat yang sangat terpencil. Dia sangat tidak nyaman dengan lingkungan baru tanpa ada orang yang ia kenal.
Karena itulah sekarang Taeyong dan Doyoung sedang berada di perumahan rumah yang dulu ibunya Ri Hae pernah tinggali.
"Ayo, kita cari Ri Hae lagi!" ajak Doyoung bersemangat karena sudah beristirahat sebentar.
Taeyong berdiri dengan senyuman singkatnya. Lalu mereka berdua kembali berjalan dan mencari Ri Hae lagi dengan cara menanyakan kepada semua orang di sini dengan foto yang ia pegang.
"Permisi, apa ada yang kenal dengan wajah ini?" tanya Taeyong dengan dua orang asing di depannya.
"Wajahnya tidak asing. Ini... mirip siapa ya?" balas salah satu orang itu.
Taeyong langsung tersenyum bahagia, akhirnya dia menemukan satu celah.
"Bisakah kalian ingat-ingat di mana kalian melihat orang ini?" tanya Taeyong lagi.
Tiba-tiba seorang perempuan menghampiri Taeyong dan Doyoung. Matanya langsung terbentuk O sempurna saat melihat foto Ri Hae.
"Ini, kenapa kalian mencarinya? Apa dia semacam buronan? Tidak mungkin, selama bertahun-tahun aku---" dia tiba-tiba berhenti berbicara dan terlihat seperti orang yang sedang berpikir keras.
"Jangan-jangan kalian..." dia terkejut sampai mulutnya terbuka menganga.
Taeyong dan Doyoung sangat bingung dengan reaksi wanita di depan mereka ini.
"Jadi sebenarnya kau mengenal Ri Hae atau tidak?" Taeyong berbicara.
"Tidak!" dengan cepat wanita itu menjawab pertanyaan Taeyong.
Setelah menjawab pertanyaan Taeyong, wanita itu langsung jalan pergi meninggalkan mereka berdua dengan ekspresi paniknya.
Taeyong yang merasakan ada yang janggal langsung mengikutinya dari belakang. Ia merasakan wanita itu mengetahui sesuatu atau mungkin dia memang kenal dengan Ri Hae.
Taeyong berhenti di depan rumah besar berwarna putih. Wanita yang ia ikuti langsung memasuki rumah itu tanpa ragu. Ini rumahnya dia? Tidak mungkin seorang Ri Hae mengenal seseorang yang mempunyai rumah besar seperti ini, bukan?
Suara pintu mobil terbuka pun terdengar, Doyoung yang dari tadi mengikuti Taeyong langsung terkejut melihat dua orang yang ia kenal keluar mobil yang sama.
"Ri Hae Noona?"
Mata Taeyong langsung berpindah ke mobil itu dan menemukan perempuan yang ia cari keluar dari mobil yang kelihatannya tidak asing diingatannya. Tidak mungkin... itu mobil... Kai?
Ya, Ri Hae baru saja keluar dari mobil Kai.
"Taeyong? Doyoung? Bagaimana kalian bisa--"
"Kenapa kau turun dari mobilnya?" potong Taeyong.
Ri Hae melihat mata Taeyong dengan seksama, dia tidak berubah.
"Tadi aku bertemu dengannya di super--"
"Apa selama ini sebenarnya kau sudah tau keberadaan Ri Hae?" Taeyong kembali memotong perkataan Ri Hae tapi kali ini ia berbicara kepada lelaki yang sangat ia benci, Kai.
Kai mengerutkan alisnya. "Tadi kita kebetulan bertemu di--"
"Wah, kalian berdua memang luar biasa," sarkas Taeyong. "Aku tidak menyangka akan dipermainkan oleh kalian berdua seperti ini, lagi."
Taeyong dengan ekspresi super kecewa dan emosi itu pergi menjauh dari kedua orang itu. Ia tidak percaya ia jauh-jauh ke sini hanya untuk mendapat perasaan seperti ini.
Doyoung yang bingung dengan situasi ini hanya diam melihat adegan ini. Saat Doyoung ingin mengejar Taeyong yang sudah semakin menjauh, tiba-tiba Ri Hae memanggilnya.
"Doyoung," panggilnya.
"Hm, ya? Ada... apa? Kenapa?" balas Doyoung bingung.
"Kalian semua, kenapa tiba-tiba ada di sini? Jongin, Taeyong lalu kau."
"Anu, Noona. Hm, gimana ya jelasinnya?" Doyoung bergumam.
Kai menghela napas. "Doyoung, kejar temanmu. Ri Hae biar aku aja yang urus."
"Eh? Oke, Hyung." Doyoung pun menundukkan kepalanya, tanda salam perpisahan.
Ri Hae melihat ke arah Jongin. Apa tujuannya kesini hanya ingin memberitaukan tentang kondisi kakek? Atau ada yang lain? Dia sudah pergi sudah lama, bahkan bertahun-tahun sudah lewat. Kenapa tiba-tiba mereka datang dan terkesan tergesa-gesa untuk membawanya kembali ke Korea? Apa yang sebenarnya terjadi di Korea?
~~~
update again!~
March 15, 2020
Indonesia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro