Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 8

Kemuning tidak enak badan. Bisa jadi masuk angin karena saat tidur lupa mematikan pendingin udara, sedangkan di luar sedang hujan deras. Paginya, saat bangun merasa menggigil dan perut kembung. Ia mengeluhkan badannya yang memang made in kampung, terkena AC langsung sakit. Padahal, banyak temannya sesama ART yang iri melihatnya tidur di kamar ber-AC.

Selesai berganti baju dan cuci muka, ia turun untuk menyiapkan sarapan. Di ruang makan sudah ada Carlo dan Cairo yang sedang berdiskusi sembari mengopi. Tersenyum ke arah keduanya, ia  membuka kulkas dan mulai memasak. Anak asuhnya suka makanan berat saat pagi, hari ini ia berencana membuat bihun goreng.

“Ning, napa wajah lo pucat? Sakit?” tanya Cairo saat melihatnya.

Kemuning hanya menggeleng, sibuk menata piring di meja.

“Kalau sakit kita ke dokter.” Kali ini Carlo yang bicara.

“Nggak, Kak. Aku baik saja, agak pusing dikit.”

Caesar merasa aneh, saat melihat Kemuning bekerja dalam diam dengan wajah menunduk. Biasanya, gadis itu akan mengomel sepanjang hari. Menggumam tentang handuk basah yang diletakkan sembarangan, jejak kaki kotor di lantai, isi lemari yang berantakan, dan mencereweti mereka tentang pentingnya menghabiskan makanan. Hari ini, Kemuning menutup mulut dan terlihat lesu. Ia menduga, Kemuning kurang tidur saja.

Siang hari, saat anak asuhnya sudah pergi semua. Kemuning merebahkan diri di kamar. Ia memutuskan minum obat. Ponsel di samping bantal menyala, ada pesan dari kerabat di kampung.

“Mbak Yul pingsan, Ning. Sakit.”

Mbak Yul adalah kakak kandung Kemuning. Selesai membaca pesan, ia segera menelepon dan mendapati kabar kalau kakaknya dirawat. Rasa kuatir menghinggapinya saat itu juga. Hingga malam tiba, belum ada kabar lanjutan dari keluarganya. Kemuning memutuskan untuk masak makan malam sembari menunggu kabar.

“Ning Ning, kamu nggak usah masak. Kayaknya kamu capek. Kita makan sushi dan sashimi hari ini.”

Cairo datang membawa bungkusan besar dan membukanya di atas meja makan. “Lumayan, dari managerku ini.”

Kemuning menyiapkan peralatan makan dan menyerahkan pada anak-anak asuhnya yang duduk mengelilingi meja.

“Kamu doyan nggak, Ning. Sashimi ini ikan mentah.”

Saat Cavin membuka penutup sashimi, seketika Kemuning merasa mual.  Ia menutup mulut dan berlari ke arah toilet lalu muntah hingga lupa menutup pintu. Suara muntahnya terdengar hingga ke ruang makan dan membuat empat cowok di sana saling pandang.

Selesai menguras isi perut, Kemuning membasuh wajah dan merasakan ponsel di sakunya berbunyi. Panggilan dari keluarganya di kampung yang sudah ia tunggu dari siang.

“Kemuning, Mbak Yul hamil!”

“Apa, hamil?”

“Iya, hamil.”

“Syukurlah, ada yang hamil. Ternyata muntah-muntah, pucat, dan nyaris pingsan karena hamil.”

Suara Kemuning menembus dinding toilet. Selesai bicara di telepon, Kemuning merasa amat bahagia. Ia menuju dispenser untuk mengambil air minum. Saat berbalik, empat anak asuhnya berdiri berdampingan dan menatapnya tajam.

“Ada apa?” tanya Kemuning sembari minum.

Carlo mendekat dan bicara serius. “Kalau ada sesuatu terjadi, jangan ditutup-tutupi. Terus terang saja sama aku.”

Kemuning mengangguk, masih dengan air di dalam mulutnya.

“Ning, kamu hamil?”

“Anak siapa?”

“Jujur saja sama kami.”

Kemuning menyemburkan air minumnya. Menatap mereka terbelalak.“Bu-bukan begitu, aku hamil eh bukan yang hamil itu--,”

Carlo mengangkat tangan, meminta Kemuning berhenti bicara lalu menatap tiga saudaranya. “Sebagai yang tertua di sini, aku akan mengambil alis masalah. Kemuning hamil, jadi? Siapa yang akan mengaku.”

“Apaaa?” Ketiga saudaranya berteriak bersamaan.

Kemuning mengerjap. “Eh, tunggu!”

“Mengaku saja, jangan ada yang ditutupi,” desak Carlo.

“Jangan-jangan Kakak, “ tuduh Caesar pada Carlo.

“Jangan sembarangan!”

“Aku nggak pernah ada di rumah,” bantah Cairo.

“Apalagi aku,” ucap Cavin.

“Kalau begitu siapaa?” Carlo bertanya sekali lagi.

“Mana kami tahu!”

Kemuning meneguk ludah, berusaha bicara. “Tu-tunggu, bukan begitu.” Namun, tidak ada yang mendengarnya.

“Kita ke dokter,” ucap Cavin.

Cairo menggeleng.“Beli test pack dulu.”

Caesar mengangkat tangan. “Kelamaan, udah ke RS aja langsung. Tes DNA!”

Perdebatan dan saling tuduh terus berlangsung dengan sengit, sementara Kemuning masih berdiri dengan wajah kebingungan. Ia muntah-muntah karena masuk angin, kenapa jadi dituduh hamil? Jengkelnya lagi, empat laki-laki di depannya ribut karena itu.

Memejamkan mata, ia menghela napas panjang lalu berteriak keras untuk mengatasi keributan.

“WOII! AKU NGGAK HAMIIIL!”

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro