Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7

Pertanyaan dari wali kelas membuat mereka semua saling pandang. Kemuning mengeluh dalam hati, kalau penyamarannya akan terbongkar. Ia mencolek tangan Caesar dan pemuda itu menggeleng lemah.

“Panjang ceritanya, Bu. Jadi, dia belum menentukan akan menikah dengan siapa.” Cairo menghampiri Kemuning dan mengusap lembut pundak gadis itu. “Tapi, yang pasti. Dia menikah dengan siapa pun, kami akan mendukung.”

Ucapan Cairo diberi anggukan setuju oleh Carlo dan Cavin. Cairo meneruskan ucapannya, melangkah kembali tempat semula.“Terima kasih sebelumnya, sudah mendidik adik saya dengan baik.”

Elusan tangan Cairo membuat dada Kemuning berdebar tak karuan. Ia menghela napas panjang dan berbisik pada Caesar.

“Apa yang terjadi sama kakak-kakak kamu?”

Caesar menggeleng. “Nggak tahu. Udah pada gila kayaknya.”

Kemuning tercengang, memang menganggap kalau tiga laki-laki tampan itu agak keterlaluan. Kini ketiganya melangkah maju dekat meja.

“Sekiranya, Bu Guru yang cantik mau memberi tahu kami. Ada masalah apa dengan adik kami.” Pertanyaan dilontarkan oleh Cavin, dengan senyum tersungging. Membuat para wanita di depannya menunduk dengan wajah memerah.

Carlo mengangguk.“Kalau memang ada tindakan Caesar yang di luar batas, biar kan kami yang menghukumnya.”

“Hei, aku nggak gitu, ya!” protes Caesar.

Cavin menoleh ke arah Kemuning yang sedari tadi  terdiam. “Calon istri kami, bagaimana kalau kamu bawa calon adik iparmu keluar. Tunggu di mobil, biarkan kami selesaikan masalah ini.”

Kemuning mengangguk, menyambar pergelangan tangan Caesar lalu menyeret pemuda itu keluar. Sepanjang jalan menuju parkiran mobil, ia bisa mendengar makian Caesar.

“Tiga kakakku emang udah gila. Bisa-bisanya mereka mengaku suami lo!”

“Emang mereka udah gila!” sahut Kemuning spontan. “Imageku jadi jelek. Pasti para guru itu mengira aku play girl!”

Caesar menghentikan langkah, menepuk dahi Kemuning. “Sadar, Ning. Mereka cuma sandiwara. Jangan baper lo!”

Terlambat, pikir Kemuning geli. Karena dirinya sudah terlanjur baper. Siapa yang nggak senang kalau diakui sebagai calon istri tiga laki-laki tampan. Hah, aku berasa jadi ratu sehari, soraknya dalam hati.

Motor Caesar ditinggal di sekolah dan mereka berlima berada satu mobil keluar dari sekolah. Tadinya, Kemuning mengira akan dibawa pulang untuk diomeli tapi dugaannya salah. Carlo mengarahkan mobil menuju restoran cepat saji dan mereka makan burger serta ayam dan kentang dalam porsi yang luar biasa banyak.

“Kok, kalian tahu kalau aku dipanggil?” tanya Caesar sambil menggigit hamburgernya.

“Kamu lupa kalau wali kelasmu punya nomor kami semua?” Carlo yang menjawab.

“Aku lupa, tahu gitu ngapain nyuruh Ning Ning nyamar?”

Caesar menjerit saat Cavin mengeplak kepalanya. “Dipikir lagi kalau mau bertindak. Untung kami datang, kalau nggak? Bisa malu Ning Ning di sana.”

“Mana ada dia malu. Yang ada dia senang karena punya tiga calon suami.”

Kali ini Caesar berteriak lebih keras karena Kemuning menginjak kakinya.

“Makan yang banyak, Ning. Nggak usah dengarkan dia,” ucap Carlo.

“Kamu cantik pakai baju begitu, Ning,” puji Cavin.

Kemuning mengangguk dan tersenyum malu. Pujian Cavin membuatnya bahagia. Ia menatap Carlo yang  makan kentang, Cavin yang menunduk di atas gelas minuman, dan Cairo yang sedari tadi tak berhenti diminta foto oleh fansnya. Sungguh tidak menyangka kalau drama penyamarannya akan berakhir bahagia seperti sekarang. Ia makan burger dalam porsi besar dan tanpa malu-malu menghabiskannya. Ia juga tidak menolak saat Cairo membelikannya es krim.

“Makan, Ning. Es krimnya enak.”

Kemuning menerima dengan antusias, menyendok dan mencecap dengan nikmat. Dari ujung matanya, ia melihat banyak mata wanita tertuju ke arah meja mereka. Tidak salah memang, dengan empat pemuda tampan berada dalam satu meja, pasti akan menarik perhatian. Di meja sebelah yang berisi enam orang gadis muda, terlihat tertawa-tawa dan menunjuk-nunjuk ke arah mereka dengan tidak sopan. Percakapan dan kikik tawa para gadis itu, terdengar hingga ke telinga Kemuning.

Selesai makan, ia pamit ke toilet untuk kencing dan cuci tangan. Saat keluar dari bilik, di westafel telah menunggu tiga orang gadis yang ia kenali duduk di meja samping.

“Eh, Kak. Mereka itu siapa kamu?” tanya salah seorang dari mereka padanya.

Kemuning tidak menjawab, menyalakan kran dan membasuh tangannya.

“Apa mereka sepupu kamu? Soalnya pada tampan semua. Apalagi Cairo, lebih tampan aslinya ternyata.”

Kemuning masih terdiam, sekarang sibuk mengelap tangan dengan tisu.

“Jangan bilang kalau kamu adiknya. Nggak mirip soalnya.”

Menegakkan tubuh, Kemuning membuang tisu ke tong sampah lalu berucap ramah. “Mereka itu calon suamiku, tunanganku, kekasihku, dan calon adik iparku. Tolong, jangan naksir, ya!”

“Apaaa!”

Mengabaikan seruan tidak percaya para gadis itu, Kemuning bergegas ke meja. Tersenyum dalam hati karena sudah berhasil mengerjai orang. Ia merasa jadi gadis paling keren di dunia, saat melangkah keluar beriringan bersama empat anak asuhnya. Semua mata tertuju pada mereka, dan ia bangga sudah berhasil menjadi pengasuh yang baik bagi empat cowok tampan di dunia.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro