Cranky 31
Jangan lupa komen yang banyak. Ini 3100 kata. Kalo gak komen keterlaluan sih wkwkwk :")
Kalo komen bisa 200, minggu ini ku update lagi~~ kalo gak, yaudah ya update minggu depan lagi~~
#Playlist: Boyz II Men - I'll Make Love To You
(ini lagu cocok memang buat Bangkit wkwkwk)
-
-
Di bawah sejuknya angin, siang ini matahari tidak terik. Sepertinya keberuntungan Kabut telah dipakai hari ini, lantaran langit sedikit gelap, tapi tidak menurunkan hujan atau menampakkan petir. Jadi, tidak perlu repot kipas-kipas dengan tangan atau berharap acara ini segera selesai karena kepanasan.
Sebelum mereka menyatukan kembali cinta dalam ikatan pernikahan, Kabut lebih dulu menginterupsi, mengambil microphone agar semua orang bisa mendengar kalimat yang akan dia sampaikan beberapa menit ke depan. Kabut menatap Bangkit dengan wajah cerah, senyum semringah, dan perasaan bahagia yang mengalir dalam diri.
Sebelum mereka bersampingan seperti sekarang ini, Kabut melihat Bangkit sempat menitikkan air matanya. Kabut tidak tahu mengapa laki-laki itu menangis. Semoga saja bukan karena menyesal akan menghabiskan waktu selamanya dengan menerima perempuan random dan agak-agak sepertinya. Tapi, ya, itu salah Bangkit sendiri mau menerimanya yang seperti ini. Padahal ada istilah 'jangan menerima aku apa adanya' karena ada apanya jauh lebih bagus, kan? Well, ya, Kabut punya banyak hal yang bisa dibanggakan jadi tidak akan membuat Bangkit menyesal sudah memilihnya.
Jika dibandingkan pernikahan mereka dulu, Bangkit kelihatan seperti robot dan datar. Kalau sekarang penuh senyum. Mungkin karena dulu dijodohkan, mereka tidak saling mengenal, tidak punya cukup waktu untuk menolak dan menurut saja pada orang tua. Kali ini pernikahan atas keinginan mereka berdua.
"Mas Bangkit," Kabut membuka pembicaraan. Sambil tetap tersenyum, dia melanjutkan, "I've never said this to you before. I love you so much. I really do. My heart has never changed since the last time we parted. I hope this will be our forever. I will always choose you in every universe, in a million worlds, in any version of our lives. I'll keep choosing you over and over again."
Bangkit cukup terkejut. Iya, Kabut bukan tipe yang senang mengumbar kata cinta dengan mudah, tidak suka pula membuat kalimat semanis ini. Mendengar Kabut mengatakan demikian, hatinya berbunga-bunga dan membuatnya akan meledak sebentar lagi. Bangkit tidak bisa berhenti tersenyum. Tulang pipinya sampai sakit gara-gara senyum berkepanjangan ini.
"You taught me what it feels like to be loved, valued, wanted, and cared for. You taught me so much, especially about love and family. For that, I'm grateful to have once married you and now to be marrying you again for the second time." Kabut tetap menatap Bangkit yang terus menunjukkan senyum padanya. "Thank you for loving me this deeply. I feel so loved. I hope we can keep being crazy together, and most importantly, keep being stubborn with each other about everything, because that's what keeps us united. I love you as much as you love me."
Kalimat Kabut yang terakhir berhasil menciptakan tawa. Memang benar, pertengkaran dan perdebatan tiada akhir mereka, kerandoman mereka, itulah yang menyatukan kebersamaan mereka menjadi lebih sempurna. Tentu saja Kabut tidak akan berubah, tetap menjadi Kabut yang gila dan senang berulah. Ya, paling dikurangi. Sedikit. Iya, hanya sedikit!
"Jangan bales apa pun, karena aku tahu Mas akan jawab hal yang sama seperti yang aku ucapkan tadi," tambah Kabut sebagai pamungkas terakhirnya ketika melihat Bangkit sudah membuka mulutnya untuk membalas ucapannya.
Bangkit tidak mau menyerah begitu saja. Meskipun tangan gatal ingin menangkup wajah Kabut dan mencium dengan mesra sekarang juga, dia menahan dirinya. "Aku akan tetap balas ucapan kamu tadi, tapi nanti, sekarang kita nikah dulu biar bisa manggil kamu istriku sepuasnya."
Detik itu, bukan hanya kedua keluarga yang tertawa melainkan juga Kabut. Tidak disangka ucapan semacam itu akan keluar dari mulut seorang Bangkit Adipranas. Kebucinan semakin terdepan dan orang-orang yang masih jomblo gigit jari gara-gara iri menyaksikan tingkah laku dua insan itu.
Diawali dengan canda tawa, sumpah pernikahan mereka berjalan dengan penuh kegembiraan. Kali ini doa-doa dipanjatkan lebih kuat, berharap semua niat baik mereka akan menjadi hal yang baik dan abadi. Selamanya.
❤❤❤
Seperti Roro Jonggrang yang meminta dibuatkan seribu candi dalam semalam, Bangkit meminta event organizer mengurus pernikahannya dan Kabut dalam waktu satu minggu. Bisa? Tentu saja. Kabut juga turut andil dalam memilih tema pernikahan dan gaun pengantin yang ingin dipakai. Atas izin Bangkit, Kabut bebas menambahkan apa pun dan meminta event organizer untuk mengurus semuanya dengan detail dan sempurna. Walau permintaan Kabut cukup banyak, dalam waktu singkat, event organizer berhasil menyulap ballroom sesuai tema yang Kabut inginkan. Bangkit ikut berkontribusi dalam memberi pendapat saat Kabut bertanya, tapi semua tetap atas keinginan Kabut karena Bangkit ingin pernikahan kedua mereka sesuai keinginan Kabut.
Pesta resepsi dilangsungkan di ballroom hotel bintang lima milik pakdenya Bangkit. Sebelum pesta resepsi dimulai, di luar ballroom dan dipenuhi hiasan yang telah diatur sedemikian indah dengan bunga-bunga hidup yang menemani, kedua mempelai melangsungkan sumpah pernikahan.
Tidak banyak tamu yang diundang. Lebih tepatnya Kabut hanya mengundang dua sepupunya; Traya dan Trevor. Sisa sepupu lainnya tidak diundang. Namun, orang tua dari para sepupunya diundang karena Kabut tidak ada masalah apa pun dengan mereka. Sedangkan keluarga Adipranas diundang semua tanpa terkecuali.
Kabut memakai gaun buatannya sendiri. Gaun bermodel tangan panjang terbuat dari perpaduan brukat dan tile serta dihias dengan corak bunga-bunga penuh mote. Kabut membuatnya dengan bantuan Andine dan beberapa pegawai lainnya sehingga dalam satu minggu gaun itu selesai. Meskipun penuh perjuangan, Kabut senang bisa memakai gaun yang dia inginkan, bukan gaun yang ayah atau ibunya pilihkan pada saat pernikahan pertama dulu.
Pesta resepsi pernikahan mereka mengusung tema hutan. Bukan hutan menyeramkan melainkan hutan yang indah seperti dalam cerita dongeng dengan dipenuhi bunga-bunga berbentuk unik berbahan plastik yang dibuat secara khusus, sebuah pohon besar seolah menjadi sumber kehidupan yang dihiasi bunga-bunga kecil pada juntaian pohonnya, dan warna kelap-kelip dari cahaya lampu beraneka warna. Kabut mengusung tema ini sebagai bentuk perasaannya kepada Bangkit. Walau seperti hutan yang tak berujung, jika mereka menemukan titik pertemuan, maka mereka akan kembali lagi. Juga, Kabut terinspirasi dari cincin berbentuk daun yang Bangkit berikan saat melamarnya dengan cara tidak romantis sama sekali.
Selagi Kabut sibuk berbincang dengan Andine, maka Bangkit sibuk meladeni obrolan ngawur sahabat-sahabatnya.
"Gile, gile, duda kita udah nikah lagi aja. Gue aja belum nikah," mulai Bijaksana.
"Tahu, nih. Gue sekalipun belum pernah. Ini udah diduluin lagi sama Bangkit," sambung Aaron.
"Makanya jangan pacaran mulu, niatin nikah," ceplos Top.
"Heleh ... yang ngomong begini orang yang pernah php sama perempuan nggak diajak nikah akhirnya bubar jalan." Bijaksana mengejek dengan wajah tengilnya. Begitu mendengar decakan Top, dia tertawa. "Lo juga nikahnya dijodohin, Top. Kalau nggak, mana mau nikah lagi sampai sekarang."
"Tapi pernikahan pertama Top atas dasar cinta, Bi. Pernikahan keduanya baru dijodohin dan nikah dengan orang yang berbeda," timpal Anarki.
"Luar biasa, ya, Bangkit sama Top udah nikah dua kali. Bedanya Bangkit masih sama orang yang sama," sambung Aaron.
Bangkit menyahuti, "Berisik, deh, pelayan-pelayan gue."
"Ck! Nyebelin banget," decak Anarki.
"Happy, kan, lo bisa bersatu lagi sama Kabut?" goda Bijaksana.
"Banget, dong. Meski harus terseok-seok dulu," balas Bangkit.
"Gaya lo terseok-seok! Gue yakin siasat lo udah banyak supaya bisa balikan sama Kabut," cetus Aaron.
"Memang banyak. Ada aja, tuh, sampai Kabut kesel sendiri," beber Anarki.
"Oh, ya? Kabut cerita apa?" Bangkit penasaran. Dia sendiri tahu istrinya lebih banyak curhat dengan Anarki ketimbang Andine atau sepupunya yang lain. Walau Marsha juga sering menjadi tempat curhat Kabut, tetapi Anarki yang paling banyak melahap seluruh keluhan Kabut dari awal pernikahan mereka sampai sekarang.
"Mau tahu, ya?" goda Anarki jahil. Seperti biasa, wajah tengilnya terpampang jelas dengan menaikkan kedua alis tebalnya. "Rahasia perusahaan nggak boleh dibeberin. Pokoknya lo selalu bikin Kabut emosi."
"Nanti Bangkit ngamuk nggak lo kasih tahu, Ki. Jangan sampai dia gelayutan di atas pohon buatan dan teriak macam Tarzan," timpal Aaron ikut menggoda.
"Lo pikir gue segila itu?" decak Bangkit.
"Iya. Kalau udah menyangkut Kabut mah lo selalu gila. Bukan cuma gila, tapi sadis banget!" celetuk Bijaksana.
Top menyela, "Bukti sadisnya, Kak Sayang harus turun tangan bantu lo biar nggak dipenjara perkara patahin tangan sepupunya Kabut."
Bangkit nyengir, tidak mau berkomentar apa-apa. Untuk urusan yang satu itu, dia tidak mau mengaku salah, toh, memang salah Mardi berani menyakiti dan mengganggu Kabut. Siapa pun boleh mengusiknya, tapi tidak dengan Kabut. Bersamaan dengan cengar-cengir tidak berkesudahan, pandangannya tertuju pada Kabut, yang juga melihat ke arahnya. Bangkit mengulas senyum lebih lebar, melempar kerlingan genit pada istrinya. Perempuan itu tidak membalas dan menggeleng sebelum akhirnya kembali fokus pada hal lain.
"Ck. Dunia serasa milik berdua, ya, yang lainnya nyewa," usik Bijaksana menyadari tindakan Bangkit barusan.
"Makanya buruan nikahin Takar. Jangan sirik melulu," balas Bangkit.
"Sungguh sulit," kata Bijaksana setengah bersenandung tidak jelas.
Pada saat yang sama, entah kebetulan atau bukan, perempuan yang sedang dibahas mendatangi Bangkit. Perempuan berambut panjang sepunggung bernama Takarina Kavita Bratajaya itu, berdiri di depan Bangkit dan menggamit tangannya. Sebuah foto polaroid diletakkan di atas telapak tangan Bangkit dengan posisi gambar terbalik.
"Happy wedding, Bangkit. Ini hadiah dari istri lo," ucap Takarina.
Bangkit melihat foto yang diberikan padanya dengan cara menutupi dengan tangan lain agar tidak ada yang lihat selain dirinya. Matanya membelalak. Sungguh luar biasa. Foto pada polaroid itu menampilkan Kabut tanpa memakai bra dan hanya dibalut celana dalam berwarna putih. Sudah begitu posenya sedang berdiri dengan mengerlingkan satu mata genitnya sambil memakai bandana pita berukuran besar. Foto itu berhasil membuat Bangkit kaget sekaligus panas dingin. Dia buru-buru memasukkan fotonya ke dalam saku celana. Wajahnya merah padam. Baru sekali ini dia dikirimkan foto nakal Kabut.
"Apaan, tuh, yang lo kasih sama Bangkit, Kav?" tanya Aaron penasaran.
Bijaksana menyela, "Kok, muka lo merah, Bangkit?"
"Bukan apa-apa." Bangkit menggeleng tidak mau memberi tahu.
"Kalian kepo banget macam emak-emak. Urus aja diri sendiri, nggak usah mau tahu urusan orang," ketus Takarina.
"Galak amat, Nyonya," ucap Aaron pelan.
Takarina melirik Bijaksana. Laki-laki itu melempar senyum, tapi dia melengos. "Jangan keseringan main sama mereka, Bangkit. Nanti ketularan sinting. Apalagi sama Bijak, bisa sinting kuadrat."
"Kok, kamu begitu sama calon suami? Fitnah betul," sahut Bijaksana.
Takarina tidak membalas, memilih melenggang pergi meninggalkan kumpulan para cogan itu. Sementara itu, Bijaksana mengejar sambil memanggil nama Takarina berulang kali, yang ujungnya tetap tidak digubris, hingga keduanya menghilang dari pandangan.
Bangkit tertawa geli melihat dua insan itu. Ada saja, deh. Tapi lebih ada-ada lagi istrinya. Apa coba maksudnya kasih foto begitu? Mau bikin dia terangsang di saat mereka menyambut tamu? Kan, gila. Bisa-bisa Bangkit meninggalkan tempat dan mengajak Kabut bermesum ria.
"Bangkiiiiiit!" Marsha dengan suara nyaringnya datang dan segera menggamit tangan Bangkit, lalu meletakkan foto polaroid di atas telapak tangannya. "Happy wedding, Bangkit! Kata Kabut, semoga cinta kalian abadi. Oh, sekalian, semoga suka. Begitu katanya." Lalu, Marsha pergi begitu saja dengan senyum jahilnya.
Sekali lagi, Bangkit mengintip foto yang diberikan. Kedua sudut bibirnya tertarik sempurna. Benar-benar, deh, Kabut memang mau membuatnya menggila. Kali ini Kabut mengirimkan foto memakai bra berwarna hitam dan berbentuk tangan kucing, tapi tidak memakai celana dalam sama sekali. Kalau tadi bandananya pita, kali ini bandana kucing dan memakai ekor palsu sambil bergaya imut seperti kucing di atas sofa. Bukannya imut, fokus Bangkit jadi ke arah lain. Duh, cobaan amat hadiah dari Kabut!
Bangkit berdeham, memasukkan fotonya ke dalam saku celana supaya tidak dilihat yang lain. Suhu tubuhnya jadi panas. "Gue mau ketemu tamu lain dulu, ya," pamitnya cepat, berpura-pura. Padahal dia mau nyamperin Kabut.
Baru beberapa langkah, Bangkit berpapasan dengan Royal. Mau tidak mau dia menyapa omnya lebih dahulu. "Om Royal, makasih udah datang." Lalu, pandangannya beralih pada istri dari omnya. "Madu, terima kasih juga udah datang."
"Iya, sama-sama. Saya harap Kak Bangkit bahagia selalu dengan istrinya," balas Madu dengan senyum tipis.
"Iya, sama-sama, Bangkit. Sekalian Om mau pamit, ya, soalnya habis ini masih ada acara lagi. Nggak apa-apa, kan?" ucap Royal.
"Nggak apa-apa, kok, Om. Hati-hati di jalan, Om."
"Makasih, Bangkit. Sekali lagi selamat, ya. Nanti kita ketemu lagi."
Begitu Royal pergi bersama istrinya, tiba-tiba Traya datang menghampiri Bangkit. Kontan, niat Bangkit untuk mencari istrinya yang mendadak hilang dari pandangan batal. Traya melempar senyum penuh arti.
"Happy wedding, Bangkit! Ini hadiah dari istri lo. Kata Kabut, jangan sungkan buat minta jatah." Traya menahan tawa saat mengucapkannya sambil meletakkan foto polaroid di atas telapak tangan Bangkit dalam keadaan terbalik. "Asli, ini bukan akal-akalan gue, tapi beneran bini lo yang ngomong. Memang rada gila dia. Gue tinggal, ya!"
Bangkit kembali melihat foto yang diberikan setelah Traya pergi begitu saja. Dia kehabisan kata-kata. Bagaimana bisa Kabut selicik ini memberikan foto sedang memakai baju ala-ala suster yang seksi begini? Roknya mini, lalu di bagian puncak dadanya bolong sehingga bisa menonjolkan bagian yang sering Bangkit kulum setiap mereka bercinta. Belum lagi posenya yang cukup berani dengan posisi terlentang di atas ranjang sambil memasukkan jari telunjuk ke dalam mulut. Bangkit harus mencari Kabut. Dia mau tanya maksud hadiah nakal ini.
Berjalan meninggalkan tempatnya, Bangkit bertemu dengan Meera. Sepupunya itu memasang senyum penuh arti. Bangkit yakin Meera juga akan memberikan foto polaroid padanya dan benar saja. Meera memasukkan foto polaroid ke dalam saku jasnya.
"Happy wedding, Bangkit. Semoga suka hadiah dari bini lo. Kata Kabut, semoga lo bisa menahan diri." Meera tertawa kemudian, lalu berlalu begitu saja sambil melambaikan tangan dan dipenuhi gelak tawa.
Bangkit mengambil foto yang diberikan Meera, melihatnya dengan hati-hati sambil celingak-celinguk supaya tidak ada yang mengintip dari belakang atau samping. Bangkit melihat dengan saksama dan dibuat sulit berkata-kata. Setelah kostum ala suster, kucing, kali ini kostum pelayan. Namun, di bagian tengah dada ada bentuk hati yang cukup besar sehingga belahan dadanya bisa terlihat jelas. Bukan cuma itu saja, pose bersimpuh Kabut yang cukup membuat ambigu, menambah fantasi liar Bangkit merajalela. Walau tidak ada bagian intim yang terekspos secara terang-terangan, Kabut memakai kalung untuk permainan BDSM dengan rantai yang menjuntai ke lantai, sambil memegang kertas bertuliskan; Punish me, Daddy. Kabut juga menggigit salah satu juntaian cemeti yang digunakan untuk mencambuk. Bangkit sudah menahan diri untuk tidak tergoda, tapi tidak bisa. Miliknya tegang.
Gila. Bangkit mau pulang saja. Bicara masalah bercinta, Kabut memang punya segudang cara untuk merayunya dan membuatnya terangsang. Namun, tidak disuguhi apa-apa, disentuh doang saja, Bangkit juga sudah tergoda. Selama menikah dulu, beberapa kali Kabut senang bercosplay ria dan memamerkan saat Bangkit pulang bekerja. Jadi, lelahnya Bangkit hilang dalam sekejap dengan ide-ide nakal Kabut yang out of the box itu. Tapi, ya, jangan disuguhi sekarang juga. Aduh!
"Ah, ampun," gumamnya gemas. Bangkit memasukkan fotonya ke dalam saku celana dan berjalan cepat untuk segera menemukan istrinya.
Lagi-lagi Bangkit dicegat sebelum menemukan istrinya. Bangkit melihat sepupunya yang lain, Coral.
"Bangkiiiiiit! Ahayyy!" Coral memasukkan foto polaroid ke dalam saku jas Bangkit. "Happy wedding, My Bro! Kata Kabut, udah cukup tergoda belum sama hadiahnya?"
"Kabut mana?"
Coral mengangkat bahu. "Cari sendiri."
"Bilangin sama Kabut—"
"Nggak, ah. Lo bilang sendiri aja. Tugas gue cuma kasih lo hadiah dari Kabut, bukan jadi burung penyampai pesan. Bye, Bangkit!" potong Coral secepat kilat, lalu melambaikan tangan meninggalkan tempatnya sebelum ditodong banyak pertanyaan.
Bangkit kembali mengambil foto yang diberikan padanya. Bangkit dibuat terkesima untuk sekian kali. Cosplay yang satu ini bukan cuma vulgar, tapi beneran bikin Bangkit menahan napas. Kabut duduk di atas wastafel sambil bertelanjang badan dengan kedua kaki yang terbuka lebar dan tangan yang memegang dildo terarah pada bagian intimnya sambil menjulurkan lidah seolah sedang meledek supaya Bangkit bisa menggantikan mainan itu. Semua foto yang dilihat Bangkit membuatnya tersenyum. Iya, tersenyum mesum dengan pikiran nakal yang sudah melayang jauh ke mana-mana. Bukan cuma pusing kepala saja, pusing di mana-mana juga.
Sebelum Bangkit tambah pusing, ada baiknya dia menemukan istrinya secepat mungkin. Namun, baru beberapa langkah, dia bertemu dengan sepupunya. Bangkit menduga Puspika juga menjadi kaki tangan Kabut dalam pengiriman foto. Entah benar atau salah.
"Bangkit, si ijo neon!" Puspika mencubit pipi Bangkit dengan gemasnya. "Happy wedding, Big Boy!" Lalu, dia menggamit tangan Bangkit dan meletakkan foto polaroid secara terbalik di atas telapak tangan sepupunya. "Hadiah dari bebeb lo. Tadi Kabut titip salam seksi. Asli, gue agak malu ngomongnya cuma dia nanya, lo mau dikasih kissmark berapa banyak malam ini? Duhhhhh! Gue jadi makin rindu suami. Udahlah, ya, gue cabut dulu. Semoga nggak kejang-kejang lihat fotonya!"
Setelah sepupunya pergi begitu saja seakan tidak mau ditanya keberadaan Kabut, Bangkit melihat lebih dahulu foto yang diberikan Puspika. Para sepupunya yang perempuan kompak banget jadi kaki tangan Kabut untuk memberinya foto-foto ini. Ya, terkecuali Meta, sih. Hanya Meta saja yang tidak membantu dan malah menjadikan Takarina sebagai pengganti.
Ternyata ucapan terakhir Puspika bukan sebatas peringatan bualan, tapi beneran peringatan. Dalam foto tersebut Kabut bertelanjang badan. Tidak ada aksesoris menempel di kepala, tapi posenya yang menungging itu, yang membuat Bangkit teringat momen-momen mesum mereka di berbagai tempat. Astaga! Berkat foto ini, miliknya bukan tegang lain, tapi rasanya mau meledak!
Bangkit mengambil napas dalam-dalam, mencoba menetralkan dirinya dari semua fantasi liar yang sudah menempel di kepala. Bangkit memasukkan foto tersebut ke dalam saku celana, lalu lanjut berjalan mencari istrinya di antara kerumunan orang-orang. Untungnya, hanya butuh lima menit untuk menemukan Kabut yang sedang bercanda ria dengan Marsha dan Traya.
Tanpa permisi, Bangkit memeluk Kabut dari belakang, sengaja menempelkan miliknya agar Kabut tahu hadiah vulgar itu berhasil mengacaukan pikiran jernihnya. Bangkit mencium pundak Kabut tanpa malu, tidak peduli diperhatikan Marsha atau Traya. Dia sudah mengganggap orang-orang di dalam ballroom menghilang.
"Ayo, kita ke ruang ganti," bisik Bangkit.
"Mau ngapain?" Kabut menyahuti sambil menoleh ke belakang. Berpura-pura tidak mengerti meskipun bokongnya sudah bisa merasakan ada sesuatu yang sedang tidak tenang.
"Mau ngapain kata kamu? Setelah kasih hadiah vulgar begitu, kamu pikir aku nggak bakal tergoda, ya?"
"Nggak. Gue pikir iman lo sekuat baja," balas Kabut jahil.
"Mana ada." Bangkit mengeratkan pelukan. "Ayo, buruan...," rengeknya tidak sabar.
Kabut bukan tidak tahu Bangkit akan tergoda cuma dikirimkan foto. Dulu waktu mereka masih menikah, Bangkit pulang lebih awal gara-gara Kabut mengirimkan foto telanjang dada. Cara terampuh menyuruh Bangkit pulang lebih awal, ya, dipancing dengan foto telanjang dada dan chatting-an nakal.
"Heh, Bangkit! Kita lagi gosip ria, kenapa lo malah meluk-meluk, sih?" protes Marsha.
"Berisik. Kalian ngobrol sama pasangan kalian aja sana," balas Bangkit disertai decakan berulang kali.
"Ck! Pasti mau bercinta, deh. Inget, tuh, bini lo lagi hamil. Jangan keseringan bercinta! Mesum banget!" oceh Marsha.
"Bodo!" Bangkit menjulurkan lidahnya.
Traya tergelak. "Haha ... ini mah kesurupan Kabut, bukan Bangkit. Mirip Kabut banget suka melet-melet."
"Iya lagi. Geli banget, deh, Bangkit," ledek Marsha.
Kabut tertawa geli. Semakin erat pelukan, semakin jelas pula Kabut merasakan bagian intim Bangkit yang butuh belaian detik ini juga. Kabut memang sudah bosan meladeni para tamu, mungkin saatnya meladeni Bangkit sebentar. Ah, tapi apa beneran bisa sebentar? Sebentar versi Bangkit, kan berbeda.
"Kabut," bisik Bangkit parau. "Ayo..."
"Nggak sabaran amat, deh. Macam binatang mau bercinta aja," sahut Kabut pura-pura kesal.
"Memang nggak sabaran. Ayo...," rengek Bangkit sekali lagi.
Kabut menahan tawa. Suara rengekan Bangkit kalau sedang terangsang, tuh, seksi-seksi gimana gitu. Lucu juga. Kabut melepas tangan Bangkit, lalu berbalik badan. Dia menurunkan pandangan sekilas pada celana Bangkit dan melihat tonjolan yang jelas.
"Bilang gini dulu; istriku yang cantik, mau nggak bercinta sama aku?"
Bangkit melingkarkan tangannya pada tubuh Kabut, lalu menariknya hingga tubuh mereka merapat. Bangkit sengaja biar Kabut tahu dia menginginkan istrinya sekarang juga. "Istriku yang seksi dan senang menggoda, mau nggak bercinta berulang kali sama aku?"
"Jangan kamu modifikasi kata-katanya!"
"Biarin, ah! Ayo, jawab! Aku maksa. Cepetan!"
Kabut tertawa terbahak-bahak. "Haha ... iya, iya, ayo. Nggak sabaran banget."
Hanya sepersekian detik setelah jawaban itu, Kabut terkesiap ketika Bangkit menggendongnya. Bukan digendong di atas pundak seperti biasa, melainkan digendong dengan lebih hati-hati. Kabut tertawa geli menikmati wajah tidak sabar Bangkit.
Tampaknya setelah ini para tamu harus menunggu kedua mempelai menyelesaikan urusan pentingnya.
❤❤❤
Jangan lupa vote dan komen kalian<3
Follow IG, Tiktok, Twitter: anothermissjo
Biasanya kan additional part habis bab genap, berhubung ini bab ganjil jadinya muncul di ganjil yaaaaa. tapi bab 32 juga nanti tetep ada additional. tapi bab ini khusus aja wkwkwkwwk isi additional bab 31 pun khusus hahahahaha
Additional bab 31 (aku update tanggal 13 November aka Rabu jamnya sebebasku di Karya Karsa seperti biasaaaaa~)
Cerita Cranky Romance ini kan ada versi AU, ternyata versinya beda sama versi novel. Aku bedain. Terus mereka kan cerita dewasa jadi ya chat nakalnya ada dong wkwk :") di sini gak pernah aku kasih lihat kan kalo Kabut-Bangkit lagi chat nakal? Nanti di versi AU ada wkwkwk
Dah sekian info dariku~~~
Salam dari Bangkit<3
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro