Third Down
.
.
.
Ucapan Hiruma menyentak anggotanya, beberapa hari lalu Hiruma sebenarnya sudah pernah mengumumkannya dengan lantang tentang rencana ini tetapi beberapa orang menganggapnya sebagai candaan, karena Hiruma memang suka mengada-ngada dan pada akhirnya eksekusinya adalah sebuah rencana penuh trik yang bisa mengecoh anggotanya sendiri.
"Kekeke! Gua 'kan udah pernah bilang rencana ini ke kalian tapi gua kasian sama lu pada kalo gua tinggalin tanpa pemimpin baru." Hiruma mencondongkan tubuhnya ke depan, lalu tangan kirinya yang bebas memukul punggung lelaki berambut perak-hijau itu dengan keras sembari menyeringai. "Kekeke! Dan gua nemu orang yang cocok gantiin gua selama gua di Akademiya."
"Namaku Al-Haitham." Laki-laki itu memperkenalkan dirinya singkat, sorot matanya sangat serius, kelihatannya bukan orang biasa, alias darimana Hiruma menemukan orang ini?
Tatapan Cyno benar-benar tajam pada orang itu, tatapan penuh kecurigaan.
"Hiruma, apakah dia adalah orang dari Akademiya?" tanya Cyno tanpa basa-basi.
"Tentu saja cebol uban sialan. Dia adalah alat Akademiya, dia sebenarnya berada dipihak kita bukan mereka," balas setan pirang itu tanpa ragu.
Tetapi Cyno meragukan perkataan Hiruma, tidak ada yang tahu isi otak setan pirang itu dalam merencanakan sesuatu, kemungkinan Al-Haitham adalah korban dari buku ancaman Hiruma.
"Si gimbal sialan bakal lebih sering menghabiskan waktunya di Kota Sumeru jadi jangan nyariin si gimbal sialan ini."
Cyno meracau, "Siapa juga yang mau nyari manusia akhlakless kaya dia?" suara Cyno sangat kecil, takut terdengar oleh orang yang dimaksud, sudah cukup dia pernah kena jitak super kenceng sampai membuat jidat berharganya ini merah sampai dua hari ke depan.
"Lalu? Apakah dia benar-benar bukan dipihak Akademiya?" tanya Shin pada Hiruma.
Bukan Cyno saja yang ragu pada Haitham.
"Lu masih ragu sama orang ini? Kekeke ...." Hiruma menyeringai, seringaimya itu nampak memancarkan percaya diri, dia bisa bertingkah seperti ini juga karena hobi menggertak.
"Kami pasti akan ragu karena dia berasal dari Akademiya," kata Shin.
"Tapi ... dia kelihatannya baik kok Cyno, Kak Hiruma tidak mungkin sembarangan memilih orang, kita percaya dulu saja dengan perkataan Kak Hiruma."
Cyno mendengus sembari memalingkan wajah, ucapan Sena memang benar, semua tindak-tanduk Hiruma tidak pernah menyebabkan kegagalan dalam rencana ini, karena Hiruma kalau merencanakan sesuatu seperti jebakan berlapis, teman atau lawan bisa tertipu kecuali jika mereka sudah terbiasa kerja sama dengan setan itu. Oke, Cyno memilih untuk percaya dengan kata-kata Sena.
"Aku tidak akan mempercayai orang dari akademiya," gumamnya.
"Kekeke, keras kepala seperti biasa, cebol uban sialan jangan terlalu curiga nanti botak lho."
"Hmph, berisik, cepat pergi dari sini."
"Kekeke, aku serahkan semuanya padamu," Hiruma membalikkan badan, menepuk bahu pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu, "Raja Scarlet," bisiknya di telinga Haitham.
Senyum lebar, lirikan dari mata hijau menyala miliknya menjadi tanda perpisahan Hiruma pada Haitham.
"Oi, lu beneran mau ninggalin tempat ini di tangan orang itu?" tanya Agon.
"Kekeke, kalian ini terlalu curigaan, mataku tidak pernah salah menilai orang, ya 'kan? Tuan Haitham." Sebelum keluar dari ruangan, Hiruma memiringkan tubuhnya ke belakang melirik Haitham sembari menyeringai lebar. "Kekekeke ...."
Sebuah helaan nafas keluar dari mulut Shin, tidak ada yang bisa dia protesi tentang hal ini, dan Shin memutuskan untuk kembali latihan daripada berdiam diri saja, sementara Cyno memandangi Haitham dengan tajam, menunjukan ketidaksukaannya dengan jelas. Haitham tidak bereaksi dengan tapan Cyno padanya, malahan dia pergi begitu saja dari ruangan.
Cyno menggertakkan giginya, perilakunya begitu menjengkelkan. "Hmph, awas saja kalau dia mengacaukan rencana setan pirang itu, akan kubunuh dia," ancamnya tanpa ragu. Tubuhnya berbalik, lalu berkata, "Sena kita tukeran lagi, aku ingin kamu bicara dengan mereka."
"Mereka? Maksudnya Kak Shin, Kak Akaba dan Kak Kakei?"
"Ya, memangnya siapa lagi? Kemungkinan kita tidak akan pergi kemana-kemana, jadi lebih baik kita kumpulkan informasi dari mereka, susun dan simpan di dalam otak."
"Baiklah."
Jiwa Cyno pun bertukar tempat dengan Sena, baru saja bertukar tempat Sena sudah kelihatan seperti sudah orang panik dan ketakutan.
"Sena."
"Hiiii!" Sena meloncat menjauhi sumber suara yang muncul dari belakangnya, dan brukh! saking ketakutannya Sena jatuh, ketika terjatuh Sena membalikkan badannya merentangkan satu tangannya lurus ke depan seakan menyuruh orang itu agar tidak dekat-dekat dengannya, wajahnya ssangat pucat.
Orang yang memanggilnya itu cukup terkejut, membeku sesaat setelah melihat reaksi Sena. Orang yang baru saja memanggilnya adalah saudara jauh Tighnari, berambut biru tua pendek, memiliki sepasang mata sebiru lautan, tinggi 191cm, half-fennec fox, ahli peracik obat dan juga racun, Kakei Shun.
Setelah melihat si pemanggil Sena segera bangkit, lalu membungkukkan tubuhnya berulang kali. " ... maaf Kak Kakei! Aku kaget jadi ... aku ... aku juga gampang terkejut, maaf!"
"Tidak apa-apa, aku mengerti kenapa kamu terkejut seperti itu," ucapnya memaklumi tingkah Sena, mengingat Sena suka menjadi sasaran tembak pemimpin mereka yang seperti jelmaan setan itu. "Ngomong-ngomong aku ingin kamu memberikan akasha yang sudah dimodifikasi ini pada Yamato," ucapnya sembari memberikan akasha ke Sena.
"Kenapa aku?"
"Karena aku tidak diperbolehkan keluar dari Eye of The Sands ini sama Akaba, hah ...." Diikuti helaaan nafas panjang diujung kalimatnya. "Maaf ya merepotkanmu, biasanya Yamato dan Taka suka berada di Oasis, kalau kamu penasaran kenapa akasha ini rusak ya tentu saja karena dia jarang memakainya dan berakhir dihancurkan oleh monster yang sedang dilawannya," jelas Kakei pada Sena sembari menggaruk kepala bagian belakangnya.
Mendengar itu Cyno tak tahan untuk berkomentar, dia pun mengambil alih tubuh dan bilang, "Seperti biasa manusia laba-laba itu sangat protektif padamu, huh." Dengan nada mengejek.
"Ssstt ... Cyno, jangan ngomong seperti itu."
"Bagaimana ya bilangnya aku sendiri juga bingung kenapa dia begitu padaku, mungkin dia berjanji akan sesuatu dengan Tighnari, aku sih tidak ambil pusing, aku tidak terlalu bisa bertarung, aku senang saja ada yang bisa bertarung melindungiku."
Cyno kembali menyerobot Sena. "Seperti ksatria dan putri saja."
"Cyno!" Sena mengambil alih lagi tubuh.
"Sudahlah Sena, dia memang benar."
"Hmph." Cyno mendengus sembari tersenyum, merasa menang dari Sena.
"Maaf~!" Sena menundukkan tubuhnya lagi dan meminta maaf pada Kakei.
"Sudah-sudah, tidak usah meminta maaf lagi, terima kasih sudah mau mengantarkan akasha ini ke Yamato."
"Sekali lagi maaf." Sena membalikkan badan dan mulai berlari keluar dari tempat tersebut.
Tap, tap, tap, langkah kaki Sena memelan saat melihat Haitham berada di gerbang masuk Eye of The Sands. Sena memperhatikannya dari jauh, karena dari matanya itu Haitham seperti sedang berbicara dengan si robot segitiga hasil modifikasi Hiruma, kalau dia memakai akasha milik Hiruma otomatis dia bisa menyuruh ini itu robot tersebut sesuka hati, pusat informasi akasha milik Hiruma adalah tempat ini. Tempat ini memang benar-benar sudah di claim Hiruma sebagai markas besar.
Masih tetap menjadi misteri mengapa Hiruma begitu niat membuat semua ini sampai mengumpulkan banyak orang hanya untuk mengambil Archon Dendro dari tangan Akademiya.
Sena masih memperhatikan Haitham tetapi seketika Haitham lirik ke arahnya dengan tajam, HIIIII~! TATAPANNYA SERAM! punggungnya tiba-tiba saja terasa dingin, Sena langsung memiringkan tubuhnya dan memilih untuk menggunakan jalan lain untuk keluar dari Eye of The Sands, brukh dan sekali lagi karena kepanikannya Sena jatuh, tersandung kakinya, kedua tangannya langsung mendorong tubuhnya naik lagi dan lari dengan cepat meninggalkan Eye of The Sands.
"Sena, kenapa kamu selalu panik sih?"
"Habis tatapannya itu serem banget, emang kamu tidak merasakan apa gitu? Auranya mirip dengan Kak Hiruma ...," tangis sembari terus berlari.
"Hei, tujuan kita itu Sobek Oasis, ayo belok kiri."
"Baik ...."
𓂀🏈
Sesampainya di Oasis Sobek Sena langsung disambut dengan Yamato dan Taka yang sedang menikmati Ajilenakh Nut, Yamato yang melihat kedatangan Sena langsung melemparkan ajilenakh nut utuh, Sena menangkapnya dan mengucapkan "terima kasih". Sena pun memberikan akasha berwarna merah pada Yamato, setelah itu Sena berjalan ke pinggir kolam oasis, disana dia mengambil air dengan kedua tangannya dan meminumnya, setelah berlari panjang memang paling segar minum air dari oasis. Sena pun menghampiri Yamato dengan ajilenakh nut, dia duduk di sebelah kanan Yamato.
"Kalian kesini hanya untuk mengantarkan akasha milik Yamato saja?" tanya Taka pada Sena.
"Iya ... dan itu Kak Hiruma beneran mau memasuki Akademiya dengan menyamar sebagai mahasiswa, dia juga meninggalkan kita dengan pemimpin sementara bernama Al-Haitham."
"Hmmm ... nama Al-Haitham itu seperti pernah mendengarnya," sahut Yamato sembari membelah buah ajilenakh nut menggunakan kedua tangannya.
"Dia adalah penulis Akademiya, mahasiswa Haravatat, bertanggung jawab untuk dokumentasi hasil temuan mereka dan ... ya, menyusun peraturan, tetapi aku tidak mengerti apa yang dimaksud peraturan itu." Taka menimpali. "Kelihatannya dia mempunyai rencana sendiri sampai setuju dengan Hiruma."
Sena memasang wajah takjub. "Kak Taka ternyata tahu soal orang itu."
"Aku mengetahui tentang dirinya lewat Marco saat mau memberikan surat dari Hiruma."
"Marco?" Sena memiringkan kepalanya.
Yamato menjawab, "Dia adalah orang kepercayaan Hiruma untuk memata-matai pergerakan Akademiya dari dalam, sebenarnya dia tidak suka bekerja seperti itu apalagi yang menurut dia lawannya sangat kuat. Kalian tau sendiri," Yamato meletakkan kedua tangannya di belakang kepala dan menyandarkan diri ke batang pohon ajilenakh nut, "Hiruma seperti apa, dengan ancamannya Marco berhasil memberikan kita informasi penting dari dalam sana." Yamato menjeda perkataannya, sepasang mata coklatnya menerawang langit. "Termasuk informasi dimana Archon Dendro disekap oleh mereka."
"Lesser Lord Kusanali, Nahida. Kupikir Marco sudah mengetahuinya, itulah kenapa Hiruma berani memasuki Akademiya." Taka.
"Hiyah!"
Posisi Sena tiba-tiba saja diambil alih oleh Cyno. "Dan setan pirang itu hanya membawa si gimbal sebagai senjata keduanya."
Yamato terkekeh. "Maksudmu Agon? Kekuatan orang jenius seperti dia jangan diragukan. Kita hanya bisa percaya dengan Hiruma dan Agon, lagipula keduanya sudah lama bekerja sama jadi pasti mereka mengerti satu sama lain, Hiruma pasti punya alasan sendiri kenapa dia hanya membawa Agon ke Kota Sumeru."
Taka mengangguk setuju. "Agon sendiri adalah mantan prajurit Eremite, kekuatannya terlalu mengerikan, dia selalu membawa batu vajrada amethyst untuk menambahkan reaksi super cepatnya."
"Kalian sudah pernah melihat impuls kecepatan dewanya?"
"Sudah," jawab Yamato dengan ekspresi bangga.
Taka menimpali dengan wajah malas. "Yamato itu maniak bertarung, pasti dia pernah mencoba untuk melawan semua anggota yang sudah Hiruma rekrut."
"Aku belum pernah melawanmu," kata Cyno.
"Kamu menantangku?"
"Tidak untuk sekarang."
"Tidak asik, apakah kamu sungguh keturunan pendeta Raja Deshret?"
"Kamu meragukanku?"
"Kalian berdua hentikan." Taka.
Sena berhasil mengambil alih tubuh. "Duh ... Cyno selalu saja membuat suasana tidak enak! Kak Yamato jangan dianggap serius perkataan Cyno."
"Hahaha ... mungkin kalau aku melawan kalian berdua aku akan kalah, aku akan menunggu saja, kalau kalian mau berlatih kalian bisa berlatih denganku."
"Iya ... terima kasih ...."
"Yamato, ayo kita kembali mencari persediaan makanan dan barang-barang yang mungkin berguna untuk para perajin di kemah."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro