Fourth Down: Will Begin (Sena side)
Sena dan Cyno pun berpisah dengan Team Emperor itu. Nama tim itu diberikan oleh Mamori pada mereka berdua karena kemampuan hebatnya dan ada rumor mengatakan mereka adalah prajurit yang dijatuhkan dari Celestia, itulah mengapa kekuatan fisik Yamato benar-benar berbeda meskipun tidak memiliki vision dan Taka sendiri adalah seekor elang yang berubah wujud menjadi setengah manusia.
Cyno menyuruh Sena untuk kembali ke Eye of The Sands, Sena tidak bertanya balik "Kenapa?", mereka gerak jika memang disuruh oleh pemimpin, jika tidak ada tugas mereka akan berpatroli sekitar Eye of The Sands atau membantu mencari bahan-bahan untuk meracik obat.
Di Eye of the Sands Sena menghampiri Kakei yang berkutat dengan berbagai buah-buahan dan panci. Sena hanya melaporkan tentang akasha itu, sebagai tanda dia sudah memberikannya pada Yamato.
"Sekali lagi terima ka--WOI! SESUDAH MENCUCI TANGAN JANGAN MENGELAP TANGANMU DI EKORKU!" teriak Kakei marah pada Akaba yang ada di belakangnya, kedua tangannya mengusap-usap ekor Kakei seperti sedang mengelap tangannya.
"Hahaha ...." Sena tertawa hambar melihat pamndangan itu, kejadian ini tidak sekali dua kali, Sena sudah sering melihat Kakei marah-marah pada Akaba, telinga dan ekor Kakei memang keliahatan sangat lembut dan menarik orang yang melihatnya ingin menyentuhnya tanpa ingin melepaskannya. Sena memilih untuk mengambil langkah mundur, Sena berpikir jangan terlalu lama bersama mereka berdua, kalau tidak mau ikut dimarahi.
Cyno membuka suara saat melihat Sena tidak berniat untuk istirahat di tenda. Di Eye of The Sands juga terdapat beberapa tenda yang kokoh berdiri untuk istirahat juga.
"Kamu mau kemana?"
"Mencari Kak Shin."
"Bagaimana dengan kakakmu? Tidak ingin bertemu dengannya di wilayah perbatasan?"
"Kak Riku sudah bisa menjaga dirinya sendiri, lagipula ada Kak Candace juga kok disana, aku tidak khawatir selama ada Kak Candace bersama kakakku."
"Benar juga, selama misteri jiwamu dalam tubuhku masih belum terpecahkan, lebih baik kita tidak bertemu dulu dengannya."
Tebing yang mengelilingi Eye of The Sands menarik perhatian Sena, dia melihat Haitham dan Shin sedang berbincang, kelihatannya mereka sedang membicarakan hal yang sangat serius.
Kakinya tergerak untuk menghampiri mereka seperti tertarik oleh magnet, Sena menaiki tangga tak terlihat untuk kesana, mata coklatnya memperhatikan Haitham dan Shin.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?"
"Oh, Sena."
"Sena ... ya ...." Haitham menerawang Sena dari atas sampai bawah, Haitham bisa merasakan suatu energi menguar dari jiwa Sena. "Aku hanya sedang membicarakan rencana Hiruma, dia sudah mempersiapkan segalanya, kita hanya tinggal menunggu."
"Count Down akan segera dimulai." Shin.
Sena melihat Haitham dan Shin secara bergantian, memikirkan apa yang dimaksud dengan hitungan mundur yang disebut oleh Shin dan juga apa rencana Hiruma yang diberikan pada Haitham?
Haitham berjalan beberapa langkah menghadap Eye of The Sands bagian dalam. Kedua matanya terpejam sesaat, lalu tangan kanannya mengibas kuat ke samping bersamaan dengan terbuk kembali kedua matanya.
"SELURUHNYA! MALAM INI AKAN DIADAKAN RAPAT! AKU INGIN SEMUANYA BERKUMPUL DI KEMAH DUA. SEMUANYA, TERMASUK ANGGOTA YANG BERADA DI PERBATASAN WILAYAH."
Cahaya akasha yang menyala berubah merah saat Haitham meneriakkan perintahnya, sinyal itu langsung terkirim pada semua anggota termasuk Hiruma dan Agon. Ketika sinyal perintah digunakan cahaya akasha yang berwarna hijau berubah merah juga. Hiruma memodifikasi akasha tidak mengubah tampilan luar device itu, Hiruma hanya memindahkan gudang informasi ke gudang buatannya sendiri, termasuk pemberian perintah agar lebih cepat sampai.
Masih misteri darimana pengetahuan yang Hiruma punyai sampai bisa memodifikasi akasha. HIruma hanya bilang bahwa pengetahuannya ini dia dapatkan dari Archon Dendro Rukkhadevata.
Setelah Haitham mengumumkan perintahnya, seketika tubuh Sena terguncang seperti rasa ngilu dalam kepalanya mendadak muncul dan kedua kakinya melemah seketika, untungnya Shin sadar, Shin pun menahan tubuh mungilnya itu agar tidak jatuh.
"Te ... terima kasih Kak Shin."
"Kamu gapapa?"
"Hahaha ... ini hal biasa, cuman pusing sedikit, kayaknya aku terlalu banyak berlari."
Shin diam saja tetapi dia bisa merasakan ada yang berbeda dengan Sena hari ini. Shin mencoba untuk mengingat-ngingat rancangan rencana Hiruma, pemimpin mereka pernah bilang Sena adalah kunci untuk membebaskan Archon Dendro.
"Sena, istirahatlah, aku akan membangunkanmu saat malam sudah tiba."
"Terima kasih Kak Shin." Sena pun berjalan menuruni tebing.
Haitham membalikkan badan menghadap Shin. "Apakah jiwa satunya lagi tidak merasakan ada yang aneh pada Sena?"
"Maksudmu Cyno? Harusnya dia menyadarinya atau mungkin dia pura-pura tak menyadarinya, Cyno tidak terlalu dekat dengan anggota yang lain, jadi untuk berbicara dengan kami, Senalah yang dia percayai."
Haitham menumpu dagu. "Begitu ya, kalau begitu memang benar jiwa manusia itu memiliki hubungan dengan Lesser Lord Kusanali."
"Aku akan menjaga Sena, pamit undur diri."
Shin ditugaskan untuk menjaga Sena oleh Hiruma, walaupun tidak harus 24 jam disamping Sena mirip dengan seseorang pada rubah biru bermata tajam itu.
"Ya." Tatapan tajam Haitham tertuju kembali pada Sena.
Sena menuruni tangga tak terlihat sedikit sulit, kepalanya berdenyut ngilu, kedua kakinya susah payah menahan keseimbangan tubuhnya.
"Hah ... hah ...." Nafasnya mulai terputus-putus, kepalanya terasa sangat berat, Sena aneh dengan dirinya sendiri, biasanya Cyno akan keluar menggantikannya, tetapi ini tidak. "Pokoknya aku harus sampai ke tenda sebelum kehilangan kesadaran ...," katanya dengan suara lemah.
Setiap langkah yang Sena buat menuju tenda tenaganya berkurang sedikit demi sedikit, kedua matanya pun tak kuat untuk terus terbuka, kelopak matanya terasa sangat berat, langkahnya mulai ke kiri dan kanan seperti orang mabuk. Akhirnya dengan tenaga Sena habis, tubuhnya akan jatuh ke pasir.
"Cyno ...," panggil nya lirih.
Brukh, tangan kiri Shin menumpu tubuh mungil Sena, hembusan nafas lega keluar dari mulut Shin, untungnya dia berhasil mencegah tubuh itu sebelum jatuh ke pasir dan kepala Sena terbentur lantai batu.
"Sena ... Sena."
Tidak ada respon dari Sena, kekhawatirannya pada Sena tertutupi ekspresi datar-serius miliknya, jantungnya masih berdetak, nafasnya masih terasa. Sena masih hidup tetapi tak sadarkan diri, Hiruma pernah bilang akan ada waktunya jiwa Sena berpindah ke Samsara, bertemu dengan orang-orang yang terjebak dalam mimpi Festival Sabreuz.
Hiruma juga bilang bahwa Sena pernah mimpi dan bertemu dengan Lesser Lord Kusanali sebelum jiwanya berada dalam tubuh Cyno.
Jika Sena sudah terlihat seperti orang sakit, itu tandanya hitungan mundur bangunnya Lesser Lord Kusanali dari tidurnya akan segera dimulai. Hanya Sena yang bisa mengakhiri mimpi Sabreuz, memutus mimpi berulang sang Archon Dendro.
"Kalau Hiruma benar ...," gumam Shin lirih.
Shin memutuskan membawa Sena yang masih belum sadarkan diri ke dalam kemah 2, membaringkannya di atas kain untuk tidur. Shin tidak melihat perubahan dari Sena, harusnya kalau Sena sudah seperti ini Cyno akan menggantikannya. Wujudnya, masih wujud Sena, kemungkinan di dalam tubuh ini juga, kedua jiwa tidak terhubung sama sekali.
"Dengar jenius sialan, kalau si uban cebol sialan sudah tidak bereaksi saat cebol sialan pingsan, itu berarti keduanya sudah tidak terhubung, mereka memiliki ruang jiwa yang rumit kemungkinan lainnya uban cebol sialan itu sibuk dengan ruang jiwanya sendiri sementara Sena masih memegang kendali badannya."
"Lu jangan lepasin pandangan lu dari si cebol sialan yang masih belum digantikan si uban cebol sialan."
Perkataan Hiruma kembali terngiang dalam benak Shin, apakah dia harus mengatakan ini pada Haitham? Atau menuggu sampai malam hari?
"Sena ...."
Setelah menimbang-nimbang keputusan yang berputar di pikirannya Shin memutuskan untuk menunggu sampai malam, jika Sena masih belum sadarkan diri, Shin akan melapor pada Haitham soal ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro