Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Count Down: New Information (Hiruma side)

Akasha Hiruma berubah warna dari hijau ke merah dalam beberapa detik, lalu warnanya kembali menjadi hijau, Hiruma mendapatkan perkembangan baru dari kelompoknya, ujung bibinya naik, seringai tajam menghiasi wajahnya. Hiruma terlalu meremehkan Haitham, dari skenario yang sudah dibuatnya, Haitham malah menambahkan hal yang tidak perlu, tetapi hal itu tidak merusak rencananya. Setidaknya untuk sekarang ini Hiruma tidak menyesal memilih Haitham menggantikannya.

"Kekeke ... sekarang waktunya untuk gua yang melanjutkan rencananya, pertama-tama aku harus menemukan si bulu mata sialan dulu."

Hiruma berjalan memasuki akademiya, mereka tidak menyadari bahwa Hiruma sedang menyamar, kelihatannya hanya dengan memakai seragam dari salah satu jurusan yang ada di akademiya bisa menipu orang-orang dengan mudah. Itu adalah kesimpulan naif Hiruma, dia tidak tahu kalau orang yang mengaku Grand Sage itu bisa menembus penyamarannya atau tidak, kemungkinan besar penyamarannya ini akan terbongkar dalam waktu dekat, firasat Hiruma tiba-tiba memburuk, nafasnya menjadi sesak. Hiruma sudah berhasil memasuki House of Daena tanpa dicurigai sama sekali, tempat ini masih kelihatan aman untuk orang luar.

Cih, perasaanku buruk, kayaknya ada sesuatu yang akan datang tanpa aku perkirakan, tetapi dalam pembuatan rencana, aku sudah memasukan Fatui akan turun tangan dalam masalah ini, kayaknya lebih buruk dari Fatui ... aku harus tetap tenang ..., dahi mengucur dari dahi Hiruma, pandangannya memburam, seketika firasat yang tengah dirasakannya ini mengurangi konsentrasi, tempat ini sangat luas, dipenuhi banyak buku dan masih belum ada yang curiga sedikit pun, kelihatannya mereka memang hanya mahasiswa biasa. Manik jade-nya bergerak ke kiri dan kanan, mencari tempat yang menurutnya mencurigakan atau bisa dibilang jalan rahasia yang tidak pernah digunakan para mahasiswa.

"Hiruma."

Namanya dipanggil sekaligus pundaknya ditepuk pelan, dalam hitungan detik Hiruma membalikkan badannya  dan menggerakkan pundaknya supaya tangan yang menyentuh pundaknya tadi menjauh.

"Kamu kenapa Hiruma? Ini aku."

Tatapan curiga Hiruma seketika hilang saat melihat laki-laki tinggi setara dengannya, rambut hitam model slick back menyisakan beberapa helai di depan, memakai seragam mahasiswa akademiya tanpa topi, tangan kirinya memeluk dua buku tebal tentang obat-obatan.

"Gua gapapa," jawabanya malas. "Bulu mata sialan, jadi bener lu anak mahasiswa Amurta? Kekekeke."

"Aku melakukan ini hanya untukmu Hiruma, sekalian menambah pengetahuan baru, selama ini aku tidak pernah ketahuan tidak memakai akasha buatan Rukkhadevata oleh mereka, lebih baik kita mencari tempat untuk ngobrol, benar 'kan?" tanyanya sembari tersenyum.

"Ya, berarti lu sudah tahu 'kan apa yang sudah terjadi selama lu tidak berada di Eye of The Sands?"

"Tentu saja, kemarin malam aku menggunakan akashamu dan tepat setelah itu aku mendapatkan pesan yang disebarkan orang bernama Haitham," Marco memperhatikan sekitar, "mending kita ngobrol di meja tengah saja sembari membaca buku." Marco mengedipkan sebelah matanya.

"Menjijikan, lu kayaknya perempuan yang ingin menggoda tahu gak? Gua benci tanda itu, gunakan hal lain bulu mata sialan." Hiruma membalikkan badannya, lalu berjalan mendahului Marco, Marco memasang wajah bete, selalu saja Hiruma selalu mengomentarinya seperti itu, mukanya memang sudah seperti ini dan bulu matanya yang lentik dan panjang sudah ada sedari dia lahir.

"Aku tidak punya ide untuk menggantinya, lagipula kamu sudah mengerti," kata Marco dengan nada protes sembari mengikuti kemana Hiruma melangkah.

Hiruma menarik kursi, lalu duduk, mengambil buku dengan sembarang. "Strong of The Streaming Song Bagian 1, buku yang menarik," Hiruma membuka halaman pertama buku tersebut, "Jadi apa yang ingin lu bicarain Maruko-chan?"

"Dari yang aku tahu, Lesser Lord Kusanali dikurung di dalam Sanctuary of Surasthana."

"Ah soal itu udah tahu, yang lain, si kakek sialan itu atau Fatui yang bekerja sama dengannya," kata Hiruma dengan malas, sembari tetap fokus dengan buku yang dibacanya ini dengan serius.

Dahi Marco mengkerut, jengkel dengan tingkah Hiruma, padahal untuk mendapatkan informasi itu membuatnya hampir tertangkap oleh Grand Sage dan harus merelakan diri untuk memutar otaknya lebih keras agar bisa mendapat pujian dan kepercayaan Sage, tetapi disisi lain informasi itu pasti sudah didapat Hiruma dengan mudah, dia tidak bisa protes dengan itu.

"Cepat."

Kedongkolan Marco terhadap Hiruma meningkat, benar-benar menguji kesabarannya, tangan kanannya sudah terkepal erat sementara tangan kirinya menahan tangan kanannya agar tidak menonjok Hiruma tepat di wajah. "Baik-baik." Marco berdeham. "Menurutku perlawanan kalian akun sulit, mereka bekerja sama dengan Harbringer nomor 2, kamu pasti tau 'kan siapa nomor 2 itu?" Marco menerawang langit-langit, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk pipi kanannya. "Bisa dibilang dia HAMPIR setara denganmu."

"Hmmm ...." Hiruma bergumam panjang dan bibirnya memonyongkan bibirnya, lalu Hiruma mengalihkan pandangannya dari buku ke Marco. "Lu pikir gua bakal kalah melawan dokter gila itu?"

Marco tertawa hambar sembari mengelus leher belakangnya, keringat mengucur deras dari dahinya, dia jadi mengingat dokumen eksperimen apa saja yang telah dilakukan dokter gila itu, sepasang jade milik Hiruma menyipit, menatap Marco penuh kecurigaan, suara tawa yang samar mulai naik volumenya. Tatapan itu seperti sedang mencoba untuk membaca pikirannya.

"Ga ... ga mungkin kamu kalah dari dokter itu ... lagipula kamu memiliki pengetahuan langsung dari Rukkhadevata, benar?" Marco suaranya gemetar, lalu menegak ludahnya sendiri, manik birunya menolak untuk bertatapan dengan manik jade Hiruma, jari telunjuknya menarik kerah seragamnya, dia merasa gerah, tiba-tiba saja terasa panas padahal di dalam perpustakaan ini sejuk, dan menenangkan.

"Hmph, aku tidak peduli sih kalau kamu meremehkanku." Hiruma menutup buku, menaruhnya kembali ke tumpukan buku di depannya, perasaan Marco menjadi tidak enak, kalau Hiruma sudah mengubah cara bicaranya itu akan menjadi pertanda buruk baginya.

Hiruma menunjuk wajah Marco menggunakan jari telunjuknya. "Dengar bulu mata sialan, mau itu Harbringer nomor 2 kek, nomor 3 kek, nomor 1 kek, gua bisa ngalahin mereka semua yang menghalangi jalan selama ada kalian, gua buat rencana ini hanya untuk menang, gua cuman menyusun rencana dengan pemikiran kalian semua akan menang melawan mereka."

Mulut Marco menganga, darimana Hiruma mendapatkan kepercayaan diri setinggi itu? Marco mengerti keahlian Hiruma adalah menggertak dan membuat rencana trik yang memiliki banyak lapisan, walaupun persentasi kemenangangan hanya 0000000,1% Hiruma akan memilih untuk terus maju meskipun harus mati. Marco sudah paham betul sifat Hiruma, dia berdiri di dalam perpustakaan akademiya pun karena Hiruma, ucapan Hiruma bagaikan sihir untuk orang yang mendengarnya.

"Aku mengerti ... aku mengerti, tenanglah."

Hiruma kembali mengambil buku yang tadi dia baca. "Hmph, jadi selain informasi itu, apa yang lu dapetin lagi?"

"Sage setuju tanpa pikir panjang pada tawaran Dottore dalam mengembangkan dewa baru, kelihatannya dia memiliki sesuatu untuk melakukan itu, kalau tidak salah dia membawa seorang anak laki-laki dari Inazuma, perkiraanku dia juga anggota Fatui, perawakan anak itu sekilas mirip dengan Raiden Shogun."

"Lu ga salah denger?"

"Benar kok, kalau kamu tidak percaya biarkan aku membawakan permen karet peppermint untukmu."

"Tidak usah, kalau kamu berbohong pistolku yang akan membolongi kepalamu."

"Eh? Kamu masuk sini dengan membawa senjata ...?"

"Ya, semuanya ada di balik lengan panjang seragam ini, mudah untuk menyembunyikannya di dalam situ."

"Seram."

"Kemungkinan besar gnosis milik Raiden Shogun ada di anak itu dan anak itu adalah boneka buatan Raiden Shogun."

"Lalu ...?"

"Anak itu yang akan dijadikan dewa baru sama si dokter gila." Hiruma menghela nafas panjang, dia kembali menutup bukunya dan meletakkan buku di atas meja, dia berdiri dari kursinya. "Sampe sini aja kita bicara, gua males ngelanjutinnya, pokoknya gua ingin informasi selanjutnya berupa cara masuk ke Sanctuary of Surasthana atau menghajar kakek sialan itu."

"Ba ... baik ... Hiruma."

"Apa lagi bulu mata sialan?"

"Ada suatu tempat yang harus kamu datangi, bilang saja pada dua orang terkuat dalam kelompokmu untuk mendatangi tempat ini."

"Tempat apa itu bulu mata sialan?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro