Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1 - Meninggal



“Ntar ke mal, yuk!” ajak Ghea pada Dira, ia menoleh ke belakang menghadap Cindy. “Gimana, Cin?”

“Apaan?” tanya Cindy yang masih menulis tugas dari guru. Ia duduk di belakang Dira dan Ghea sendirian.

“Ntar pulang sekolah ke mal, mau nggak?”

“Oh, kuy! Gue mau beli baju yang minggu kemarin nggak sempet gue beli.” Matanya terus menatap buku tulisnya, tanpa menatap Ghea.

Ghea berbalik ke depan. “Tuh, Cindy udah mau, gimana?” tanya Ghea ke perempuan di sebelahnya.

Dhira yang sedang memotong kukunya hanya menjawab ala kadarnya. “Oke.” Ia mengangkat tangannya ke depan melihat kukunya, lalu ke bawah lagi untuk dikikir ala salon. 

“Cin, Lo, WA Eza dulu ntar suruh nganter ke mal. Ehehehe. Kita, ‘kan, nggak bawa mobil.” Ghea menghadap ke belakang lagi.

“Heleeeh. Biasa juga minta anter ke manapun pergi.” Memang benar, setiap mereka mau ke mana, Eza yang mengantar. Mengerjakan tugas sekolah pun, meskipun belajar kelompok dengan siswa lain juga akan diantar oleh Eza. Asal ada Cindy di sana.

Eza adalah sosok penyayang dan pengertian bagi Cindy. Dari perbuatannya, Eza sangat menyayangi Cindy. Eza orang yang lengkap, selalu ada ketika Cindy membutuhkan.

Ghea hanya memasang senyum iklan pasta gigi pada Cindy, lalu menghadap ke depan lagi saat bu Erin, guru Akuntansi memasuki kelas.

“Sudah selesai anak-anak?” tanya Bu Erin ke semua muridnya. Bu Erin berjalan dari pintu ke tempat duduknya.
Wanita berkacamata itu adalah guru favorit kelas XI karena gayanya yang nyentrik, dan juga mudah diajak diskusi dengan murid-muridnya.

“Belum, Bu,” jawab serentak semua muridnya.

“Kalian ini. Waktu tinggal dua puluh menit lagi, lho. Buruan dikerjakan! Yang belum selesai tetap harus dikumpulkan supaya mendapat nilai.”

“Laaaah, gue kurang dua soal lagi.”

“Yaaahh. Kurang banyak lagi.”

“Gue beloman, nyontek, dong!”

Masih banyak cuitan dari anak-anak yang belum selesai mengerjakan. Semua jadi terburu-buru karena tugasnya wajib dikumpulkan. 

“Dilarang mencontek, ya! Kerjakan dari hasil pikiran kalian, itu sebagai acuan sejauh mana kalian memahami ibu. Eh, salah, memahami pelajaran yang ibu sampaikan.” Bu Erin berjalan ke tengah, di hadapan murid-muridnya.

“Memahami Bu Erin, mah, udah dari kelas satu, Bu. Cuma belum ke notice.” Indra menjawab dengan gaya urakannya, memukuli meja.

“Jangan khawatir, Bu. Saya selalu memahami Ibu, kok.” Tegar menjawab dengan gayanya yang kalem nan tenang.

“Ssssstt. Kalian kerjakan yang bener! Yang nilainya di bawah KKM bakal remedi, ya!”

Semuanya langsung mengerjakan dengan diam, tanpa cuitan seperti tadi. Di kelas Cindy ada dua laki-laki yang masuk ke jurusannya. Tegar dan Indra. Mereka seperti kucing dan anjing. Sangat bertolak belakang soal sifat dan perbuatan.

Sekolah di SMK Mutiara Jaya adalah kebanggan bagi Cindy, karena di sini terkenal dengan prestasi yang sangat membanggakan. Murid-muridnya pandai dan berprestasi meskipun sekolah kejuruan.

Ia langsung mengemasi barangnya, lalu dimasukkan ke dalam tas karena tinggal lima menit lagi jam pulang sekolah.

“Lima menit lagi, ya, anak-anak! Yang sudah selesai silakan dikumpulkan dan boleh keluar kelas,” ucap Bu Erin memberitahu.

“Udah kelar belum?” bisik Cindy mencondongkan badannya ke depan, mendekat ke Dhira karena dirinya tepat di belakang Dira.

“Bentar, dikit lagi.” Dhira mempercepat tulisannya, agar cepat selesai. Ghea yang telah selesai akan berdiri namun terhenti karena ucapan Dhira. “Ntar ke toilet dulu, Ghe. Anterin gue!”

“Iya, gue tunggu di depan kelas.” Ghea langsung berdiri meninggalkan Dira dan Cindy.

“Dua menit lagi.” Bu Erin berdiri dan melihat murid-muridnya.

Dhira langsung memberikan buku tulisnya ke Cindy, dan mengucapkan terima kasih. Cindy langsung ke depan mengumpulkan tugasnya berbarengan dengan Tegar, orang yang menyukai Cindy.

“Tegar dan Indra, nanti bantu ibu bawa buku tugasnya, ya! Taruh di meja ibu saja!”

Tegar yang hendak mengajak ngobrol dengan Cindy ia urungkan karena ada tugas dari gurunya. “Baik, Bu.” Ia menunggu di depan kelas karena baru pada mengumpulkan.

Cindy berjalan ke depan gerbang karena Eza telah di depan sekolahnya, ia bilang jika sekolahnya pulang lebih awal.

“Hi, Bebs,” sapa Cindy ketika sampai di Jazz merah milik pacarnya itu.

“Hi. Dhira sama Ghea mana? Katanya mereka yang ngajak ke mal?” tanya Eza yang sudah berdiri di depan mobilnya.

“Mereka ke toilet dulu, bentar lagi juga dateng.”

“Oh. Kita masuk dulu, yuk! Panas di luar,” ajak Eza membukakan pintu untuk Cindy. Saat Eza akan menutup pintu, Dhira dan Ghea datang.

“Duuuh, romantisnya. Mau dong, dibukain pintunya,” goda Dhira dan Eza langsung membukakan pintu untuknya. “Eh, beneran?” tanyanya, kaget.

“Ntar, tutup sendiri!” Eza langsung berlari ke arah kemudi.

Setelah semua masuk, Cindy berucap, “baik, ‘kan, cowok gue?” Cindy tersenyum ke Eza dan Eza membalasnya. Eza bersiap untuk menjalankan mobilnya.

“Iya, baik, karena ada Lo makanya baik. Mau nganter kita juga,” jawab Ghea, lalu menoleh pada Dhira dan menyenggol lengannya. “Ye, nggak?”

“Yoyoi.” Dhira masih sibuk membenahi roknya yang ke atas.

“Mau ke manapun bakal gue anter, asal jangan minta anter ke mantan aja!” gombalnya pada Cindy.

Cindy langsung tersenyum dan memeluk lengan Eza. “Lo emang pacar terbaik, Bebs.”

“Huuueeeeks.” Ghea berpura-pura seperti akan muntah.

“Hiliiih, gombal,” ucap Dhira sambil mencebikkan bibirnya.

“Biasa, Bebs. Mereka tuh pada sirik sama kita.” Cindy makin mengeratkan pelukannya pada lengan Eza.

Eza menjalankan mobilnya ke arah Jakarta Pusat. Mal yang membuat Cindy nyaman dan betah. Ia mengerti akan Cindy dan tidak akan melakukan apa yang membuat Cindy tidak nyaman. Tanpa sepengetahuan Cindy dan Ghea, Eza melihat kaca spion dan di sana terlihat Dhira sedang tersenyum padanya.

Seperti minggu lalu, Cindy, si penyuka permen kapas, membelinya dulu sebelum berbelanja baju. Ia meminta Eza menemaninya, sedangkan Ghea dan Dhira terlebih dulu ke tokonya.

“Makasih, Bebs,” ucapnya saat Eza memberikan Permen kapasnya. 

“Sama-sama. Suka banget sih sama permen kapas? ‘kan, terlalu manis dan itu nggak baik buat tubuh Lo,” tutur Eza, menasehati pacarnya yang sangat menyukai permen kapas.

“Karena ini mengingatkan gue pada masa kecil yang sangat senang dengan permen kapas waktu di pasar malam,” ucap Cindy dan Eza berbarengan. Eza telah hafal dengan jawaban Cindy, ia hanya mengerjainya saja.

“Mau beli baju yang mana?” tanya Eza ketika mereka telah memasuki toko. Dhira dan Ghea telah mendapatkan baju yang mereka incar juga.

“Udah?” tanya Ghea dan disusul Dira di belakangnya mendekat ke Cindy.

“Udah, nih!” Cindy memberikan permen kapasnya pada Ghea dan Dhira, namun mereka menolak.

“Kita bayar dulu, deh, ya?” ucap Dhira, yang diangguki Ghea.

“Yaudah, ntar ke sana, ya!” tunjuk Cindy memberi tahu ke ujung yang terdapat shortdress berwarna oranye.
Ghea dan Dhira menuju kasir dan Cindy bersama Eza ke ujung lorong.

“Mau pilih yang mana?” tanya Eza pada Cindy.

“Aku bingung, Bebs. Bagus yang ini apa ini?” Cindy memberikan warna coklat muda dengan kuning kunyit.

“Bagus yang ini, deh,” tunjuk Eza pada warna kuning kunyit.

Ponsel Cindy berdering, Cindy memberikan bajunya pada Eza untuk mengambil ponsel di dalam tas. Ia menggeser warna hijau ke atas pada layarnya untuk menerima panggilan.

“Iya, Tan? Cindy lagi di mal. Bentar lagi pulang”

“Sama siapa?”

Cindy yang mendengar suara bindeng pada tantenya pun bingung. “Tante nangis, kenapa? Cindy sama Eza, sama Dhira Ghea juga.”

“Papamu meninggal, Cin!”

“Nggak. Nggak mungkin. Tadi pagi masih sehat.” Cindy syok, ia sangat terkejut mendengar orang yang ia cintai sejak kecil telah tiada. Ia meneteskan air matanya, dirinya terduduk di lantai dengan ponsel yang tergenggam, namun tidak menempel pada telinga Cindy. Dirinya limbung. Ponselnya diambil alih oleh Eza.

“Halo, Tan, ini Eza. Iya, sekarang kita pulang. Baik.” Eza menutup telepon dan ia mencoba menyadarkan Cindy ketika dirinya pingsan.

Ghea dan Dhira yang melihat sahabatnya pingsan langsung berlari mendekat. Semua pengunjung yang berada di sekitar melihat, sebagian ada yang membantu Eza mengangkat Cindy ke tempat parkir mobilnya.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Yeeyyy..

Ada projek baru, dan ini dipersembahkan buat

#Teenfict_theWwg

Jangan bosen, ya, baca karya anak-anak Teen

See U next chapter 😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro