Ayam Bejo
Bejo baru saja masuk rumah ketika teriakan Inem, istrinya, terdengar seperti guntur yang menyambar di siang bolong, membelah cakrawala dan meruntuhkan langit nirwana.
"BEJOO! SUDAH DIBILANGIN SURUH BANTUIN JEMUR MALAH NGELAYAP! TUH LIHAT JEMURANNYA BAU SEMUA! SEKARANG UDA MAU SORE, GAK AKAN KERING!" Suara cempreng itu terdengar melengking, hampir memecahkan kaca jendela seisi rumah.
Saking terbiasanya diomelin sama istri, kuping Bejo sudah menebal layaknya kulit trenggiling. Lubang telinganya seolah bisa mengecil hingga semut pun susah menyelinap ke dalamnya.
"Jemuran bau kok disuru lihat. Dicium kali," sahutnya enteng seraya melenggang masuk ke ruang makan. Pria berperut buncit itu mulai mengambil sepotong mendoan seraya menyeduh kopi.
Melihat kecuekan sang suami, Inem terpaksa memendam amarah. Dengan bibir monyong dan rambut acak-acakan seperti habis terkena angin topan, ia pun bertanya, "Dari mana sih kamu? Seharian ngelayap aja. Maen sabung ayam lagi ya?" selidiknya. Ia memang sudah hapal kebiasaan buruk suaminya itu.
"Iya dong. Dan menang lagi. Bejoo ...," ujarnya sambil menepuk perut membanggakan diri. "Tuh ayamnya yang kukalahkan ada di pekarangan. Potong aja buat makan besok." Karena sang lawan tidak sanggup membayar taruhan, ayamnya pun terpaksa beralih kepemilikan menjadi kepunyaan Bejo.
Meski gondok, Inem tak bisa mengeluh. Suaminya itu memang memiliki hobi yang buruk, hanya saja, sesuai namanya, Bejo memiliki keberuntungan yang cukup besar. Ia lebih sering menang dalam perjudian. Tak jarang seekor ayam berhasil ia bawa pulang dari hasilnya memenangkan pertandingan.
Beberapa hari kemudian, Bejo baru saja pulang dari sawah. Karena perutnya sudah keroncongan, ia langsung menuju ruang makan. Ada seekor ayam goreng tergolek tak berdaya di atas piring dengan pose yang begitu menggoda. Bejo pun menelan ludahnya spontan.
Saat itu Inem sedang tidak di rumah. Mungkin sedang ke warung sebelah, pikir Bejo. Tanpa banyak cakap, ia pun segera melahap ayam itu dengan nikmat.
Inem baru pulang usai Bejo menghabiskan makanannya.
"Wah, dapat dari mana Bu ayamnya?" tanya Bejo. Ia tahu, ayam yang kemarin sudah bersemayam dalam perutnya, bahkan mungkin sudah terkubur dalam kehangatan dan kebauan septic tank.
"Dari menang sabung ayam," sahut Inem enteng.
"Oh ya? Kau bisa main sabung ayam juga?"
"Ya jelas lah. Keseringan liat kamu sabung ayam, lama-lama aku juga bisa."
"Wah, hebat kamu. Lawan siapa tadi?"
"Lawan ayamnya Bejo."
"Hah?! Maksudmu? I-ini ayamku?" Bejo seketika memucat.
"Iya, tadi ayammu lepas dari kandang dan mengacak-acak jemuranku. Aku usir, eh malah ngelawan dia. Ya kubacok aja lah. Hebat kan aku? Ineem," sahutnya sambil menepuk perut membanggakan diri.
Bejo pun pingsan seketika itu juga.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro