Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Anak Kesayangan Vs Buronan Pengasuhan

Assalamu'alaikum! Update, nih!
Mari ngitung udah berapa lama ngga update! Eh, lupa, males sama Matematika. (ToT)
Burnout, gaes, burnout. Jadi ya gitu, males update wkwkw. Dahlah, nikmatin aja yang ada, yak!
.
.
.

Kata orang, biar kita dikenal guru, kalau nggak jadi yang paling pinter, ya jadi yang paling nakal. Bikin apa ajalah supaya namanya tersandung kasus terus dipanggil guru. Entah langganan telat masuk, selalu irit catatan, nggak pernah bikin PR, dan menenangkan diri di toilet semenit untuk kabur ke kantin satu jam demi menghindari pelajaran yang bikin ngantuk.

Santri juga bisa gitu, loh. Mulai dari ngibrit ke pasar, pulang tanpa izin, malingin mangga, jadi lawan debat unfaedah, ngintipin santri putra yang lewat, bikin bioskop rahasia dengan laptop ilegal, sampai recokin kuli bangunan yang lagi fokus nyari nafkah buat beli rokok. Semua ini dilakukan oleh santri-santri profesional. Manusia-manusia taat diharapkan melantunkan salawat untuk mereka yang tengah berjuang melawan kerasnya hidup di pesantren.

Selain itu, risiko jadi santri bandel bisa dua kali lipat lebih bahaya dari mereka yang bukan santri. Pasalnya, kakak-kakak OSIS seumur hidup bakalan ingat nama penyandang kasus, baik dari langganan kena hukuman maupun udah tobat nasuha. Biasanya kakak-kakak OSIS hobi bikin nama istilah buat mereka.

Adek kukang—dari awal masuk udah bikin heboh karena pacaran, katanya. Mirisnya lagi, dia dibilang mirip kukang dalam film animasi Zootopia.

"Parah, masih kelas satu udah punya pacar!"

"Yang mana sih orangnya?"

"Itu, yang mirip kukang."

Manusia-manusia yang berhati bersih pasti bakalan urut dada sambil istighfar, sedangkan santri laknat ngetawain sampe kayang. Apalagi kalau ada yang nyahut, "Ya Allah betulan mirip kali."

Oke, back to topic.

Kenakalan santri dalam lingkungan pesantren itu dianggap wajar. Apalagi peralihan SMP–SMA, biasanya makin membludak. Lawan mereka adalah OSIS dan pengasuhan, tapi jarang banget ketangkap. Memang pelaku kriminal itu licin, kayak belut. Ngga heran kalau sampai masa penurunan jabatan OSIS, mantan anggota OSIS masih bertahan dengan dosa suuzan sama mereka.

Dosa yang dilakukan juga macam-macam. Mulai dari bawa ponsel, teleponan sama doi, sampai iseng teleponin nomor random, trus sok-sokan jadi korban ghosting. Besok paginya, HP disembunyikan di jemuran, bikin kutang terpapar radiasi. Adegan ini kebanyakan dilakukan oleh gadis-gadis yang maruk sebab baru puber.

Resmilah mereka menjadi buronan pengasuhan. Kerugiannya, OSIS bakal ikut terprovokasi untuk ngelakuin razia besar-besaran tengah malam. Nyari HP di setiap sudut kamar yang tak terjamah selama tiga tahun—berdebu parah. Ada juga yang niat banget sampai utak-atik jemuran basah, berantakin lemari, menjelajah gudang yang angkernya subhanallah, sampai obok-obok ember yang berisi rendaman cucian.

Kalau nemu, bakal diinterogasi abis-abisan. Ngga ada aib yang aman kalau udah diinvestigasi anak OSIS. Maka terkutuklah chat What'sApp dan DM Instagram yang diarsipkan dan nggak dihapus. Dan, yah, siap-siap jadi topik gosip ter-hot di pesantren.

Berbanding terbalik dengan anak-anak masyaallah kesayangan pengasuhan. Jangankan bawa HP, minjem HP pengasuhan aja tertib banget. Nggak ada yang namanya nyerobot antrean, sabotase jadwal, dan boros pulsa. Biasanya nih anak-anak rajin, kalau sama pegasuhan,  ya, disayang banget.

Sebagian dari anak-anak baik ini juga setia kawan, loh. Meskipun mereka tau nih temennya bawa HP, mereka diam aja. Puasa ngomong, daripada berdusta. Ya, soalnya mereka nggak mau juga dikeroyok para buronan.

Next, kriteria buronan pengasuhan. Mereka ini yang paling sering hilang Kamis sore. Paling jarang kelihatan gotong royong di Jumat pagi, karena adem ayem tidur di rumah aslinya. Apa lagi kalau bukan pulang tanpa izin?

Buku perizinan bersih bening seperti tanpa kaca, padahal tiap minggu bikin dosa kabur dari asrama. Kasihan teman kamarnya, harus double tugas piketnya gegara nih orang suka ghosting.

Hebatnya, manusia-manusia ini bisa santai aja pulang-pergi. Kayak nggak ada rasa takut ketahuan. Prinsip mereka, nggak apa-apa kabur, asal nggak ketahuan. Kalau ketahuan, ya, terima aja hukumannya. Enak banget nggak, tuh? Lah yang jiwanya lembut, boro-boro tenang, malah nggak bisa tidur semalaman karena takut ketahuan dan dihukum pengasuhan.

OSIS nggak ngurus anak-anak yang senang traveling ini. Kasusnya kurang menarik, biasa banget. Jadi, ya, itu cukup tanggung jawab bagian pengasuhan aja.

Anak-anak yang berbakti pada sabda ustazah pengasuhan, alih-alih kabur untuk pulang, selangkah keluar pagar aja udah uring-uringan. Niat ke pasar tanpa izin, pas nyampe pasar ngomong, "Ih, kek mana kalau ketahuan? Ya Allah, takot ni." Ya, gitulah kurang lebih.

Jadi, mereka memutuskan untuk sami'na wa atha'na. Nggak ada bantah-bantahan. Diizinin, keluar. Ngga diizinin, legawa. Nerima sepenuh hati dan cukup pergi ke kantin aja untuk beli makanan yang seadanya. Palingan kalau nggak diizinin pulang, dia mencak-mencak di asrama. Nangis sampai mata bengkak, tapi besoknya udah nyapa ustazah lagi. Warbiasa lapang hatinya.

Selanjutnya! Jenis buronan pengasuhan lagi, nih. Yaitu mereka yang sering ninggalin salat jamaah. Entah kenapa, mereka ini ditandain banget sama ustazah. Semisal ada yang nanya, "Ustazah, ada lihat Kak Jurik, nggak?"

"Jurik? Yang jarang ke musala, ya?"

Nah, gitu kurang lebih. Atau, "Oh, yang jarang pergi subuh, ya?"

Ustazah sampai harus repot bolak-balik asrama dan musala demi bangunin mereka yang merajut mimpi. Kalau udah capek banget sama tipe ini, ustazah bisa aja nyiram air segayung. Paling sabar, ustazah cuma ngambek doang.

Kesayangan pengasuhan tuh yang lima waktunya ke musala. Apalagi yang langganan jadi imam salat jamaah. Beuh, baru datang udah diseret ke tengah saf pertama. Biasanya sih subuh, mereka datang cepat. Kalau lagi mager jadi imam, mereka bakal lama-lama di sujud terakhir saat salat sunah fajar. Atau kalau terlanjur cepat, pura-pura lama berdoa dengan tangan yang menengadah.

Ya, orang salat dan berdoa mana bisa diinterupsi, kan, ya? Tapi kadang ada loh, ustazah yang memang nungguin + lihatin + pantau anak rajin ini dari awal masuk musala sampai selesai salat sunah fajar. Alhasil, mereka ini nggak bisa ngelak pas disuruh jadi imam.

Nggak ada alasan, "Ana belum murajaah, Ustazah." atau, "Bukan jadwal ana jadi imam, Ustazah." atau, "Dia aja, Ustazah." apalagi alasan "Ana barusan kentut, Ustazah."

Cintaaa banget ustazah tuh sama tipe rajin ini. Kesayangan, honey bunny sweety, pelipur lara, dan anak emas pesantren. Berada di dekat anak masyaallah ini menyadarkan mereka apa artinya kenyamanan, kesempurnaan cinta.

Kalau bisa, para pencari rida ilahi ini dijadiin mantu para ustazah, tapi sayangnya putra-putra mereka masih seneng main tanah sambil ngelemparin santri lain. Bukan cuma itu, putra-putra ustazah ini masih hobi salto-salto, narik ekor kucing, dan minta dibeliin cokelat. Masih SD. Bahkan kebanyakan ustazah masih single lillah juga. Batal jadi mertua yang punya menantu jenis langka dan dilindungi.

Nah, sekian yang aku inget. Kalau ada lagi, boleh banget ditambahin di kolom komentar, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro