Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Epilogue

.
.
.

"Mohon maaf, Tenma Tsukasa hari ini memiliki empat jadwal yang padat. Latihan vokal, latihan menari, fanmeet dan penampilan theater di Sunshine Theater. Aku harap kau lebih memperhatikan kesehatanmu, Tuan star yang terhormat," tuturku menyindir pada sosok berambut pirang yang melupakan sarapannya. Tanganku membawakan roti isi dan air mineral.

Ia tersedak, lantas melirik ke arahku dengan enggan.

Senyum itu nampak sedikit sepi, tetapi ia mampu menyembunyikannya dengan cepat. Tanpa basa-basi, aku menyentil dahinya tersebut, mengernyitkan dahi dan mendengkus pelan, "Apa kau masih memikirkan karena tidak bisa bertemu dengan Rui kemarin?"

"Sebenarnya tidak, kita berlima masih bisa video call bersama jika ingin melepas rindu. Hanya saja ..."

Suara aktor itu menggantung, iris kuningnya mencuri pandang sejenak, lalu mendesah tertahan. Sepertinya, ada yang mengganjal di dada. Tak ingin menggali lebih jauh, aku menaruh barang belanja di atas meja, mengabaikan dirinya yang sedari tadi menatapku lekat.

Aku bingung, sudah beberapa hari ini ia bertingkah aneh. Meskipun dirinya lah yang paling mendekati untuk menggapai impiannya, tetapi ia juga yang berlagak gelisah ketika berada di dekatku.

"Atau mungkin kita lepas kontrak saja?"

"HAH?!"

Suara baritonnya yang menggelegar itu sangat memekakkan telinga. Jika, kaca adalah hal yang sensitif pada suara Tenma Tsukasa, maka sudah dapat dipastikan kalau benda-benda rapuh itu akan segera pecah saat mendengar frekuensinya. Selesai menutup telinga, aku melotot pada pemuda di hadapanku itu. Mau tak mau, membuatku mengerjap kebingungan.

Wajah kami tinggal beberapa sentimeter lagi, jarak yang sudah biasa untuk teman masa kecil. Namun, akhir-akhir ini kian mendekat. Dan lucunya, posisiku seolah tengah di-kabedonーatau memang benar.

"Bisa-bisanya kue kemarin kau berikan seenak jidat pada Touya! Dan sekarang mau lepas kontrak sebagai managerku?! Hei, kau ini aneh!" serunya tak terima.

Aku naik pitam, kesal, "Hah? Kau itu yang aneh sekali! Kau tidak suka Touya senang atau bagaimana? Sudah kubilang, aku lagi dalam diet untuk dapat menjadi managermu. Tapi, kau malah memberikanku kue. Dasar bodoh!"

Ia mengacak helaian rambutnya, frustasi. Perlahan, energi cerianya seolah tersedot dan dia pundung di pojokan. Entah apa yang membuat ia sampai terbebani seperti itu. Merasa bersalah, aku pun mendekatinya kembali.

"Me-memangnya ada apa di kue itu?"

"Aku ... menaruh cincin lamaran di dalamnya."

"..."

Bukan rona merah sebagai respon yang ia dapatkan, tapi tawa gelakku akan tingkah konyolnya. Membayangkan wajah polos dan kebingungan Touya menerima cincin lamaran dari seniornya sendiri setelah konser besar yang ia lakukan bersama unitnya sangatlah lucu. Sembari aku menahan tawa, Tsukasa malah menahan malunyaーtumben, dia bertingkah seolah mempunyai urat malu, "Aku memang suka membuat orang tersenyum. Tetapi, aku bukan badut, tahu."

"Haha, ya, ya, terserahmu lah."

Aku mengambil tempat, duduk di sampingnya, dan mengambil napas. Ia terdiam, lalu kembali melemparkan pertanyaan, "Jadi, apa kau menerimanya? Aku berjanji tidak akan membuatmu kesepian!"

Sedari dulu, aku tak bisa melontarkan penolakan padanya. Sekarang, ia memberiku kesempatan untuk dapat hidup bersama dan menjadi pendamping hidupnya? Padahal, kukira, ia akan memilih berbagai aktor yang lebih baik dari diriku yang hanya seorang tokoh bayangan saja. Emu atau Nene misalnya.

Atau kalau dia menyatakan dirinya mencintai Rui pun, aku akan tetap menghormati keputusannya.

"Kalau kubilang tidak, bagaimana?" tuturku, menggodanya. Ia membelalak, tidak terima, lantas bangkit. Tsukasa menggenggam kedus tanganku, cukup erat, membuatku menahan napas sejenak.

"Akan kuyakinkan kau untuk dapat menerimaku, seorang star yang hebat ini!" serunya bangga.

Pemuda pirang ini adalah teman masa kecilku, ia selalu saja terlihat keren. Meskipun kadang memalukan, harus kuakui, namun sosoknya yang bersinar mampu mengalahkan wonderland kelamku. Ah, aku tidak ingin menghilang, aku hanya ingin terus memperhatikan mereka tersenyum dan bahagia di atas panggung, bersama dengan para penonton.

Dan kini, ia menarik tanganku, menjadi bagian dalam wonderland miliknya yang penuh kilauan. Aku tersenyum, berbisik, "Aku menerimamu, Tenma Tsukasa, terima kasih."

"EH?! KAU MENERIMAKU?!"

"Hush, jangan keras-keras, haha!"

.
.
.

[END]

Note:

Halo! Kembali lagi dengan Kumi yang berhasil menamatkan buku ini dengan ngebut karena November dan Desember ini bakalan sibuk. Buku ini ditulis dengan perasaan galau pas event Rui yang terbaru ini.

Betul, yang lagunya ditulis sama TUYU. Asli, Kumi galau banget, mau mereka selalu bersama sampai capai mimpinya. Terlalu cepat buat mereka untuk berpisah, kan?

Ah, mungkin ini saja dariku. Terimakasih atas dukungan kalian, baik vote, komen, atau bahkan sekedar silent reader. Sampai berjumpa di karya lainnya dan jangan lupa untuk cek karya teman-teman Fragments di seri kolaborasi project ini, ya! (´・ω・')

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro