2
"Ashley, bangun!" ujar Airine - mamanya.
"Sebentar lagi, Ma. Aku masih ngantuk," ujarnya.
"Katanya hari ini kamu ada kelas pagi, gimana sih, Ash!"
"15 menit lagi deh, Ma," tawar Ashley.
"Ashley! Ini bukan pasar, gak perlu kamu tawar-tawar. Bangun sekarang juga!"
"Ish, mama ini. Masih jam berapa juga!" gerutu Ashley sambil mengambil jam yang terletak di nakas samping tempat tidurnya.
"What?! Sudah jam 7, Oh My God, aku telat!" ujar Ashley sambil beranjak dari tempat tidurnya dan melempar jamnya asal, lalu berlari menuju kamar mandi.
"Ckck, gimana bisa anak ini ... gitu mau tinggal sendiri. Bisa-bisa tambah hancur semua," ujar Airine sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak pertamanya.
***
"Pagi, Pa! Pagi, Ma!" sapa Ashley.
"Eh ... Ashley! Mau kemana kamu? Kembali ke meja makan!" tegas Elliot.
"Ada apa, Pa? Aku sudah telat ini," teriak Ashley sambil memasang sepatunya.
"Sarapan dulu baru berangkat, gak sarapan, gak usah kuliah!"
"Yah ... papa kok gitu sih!"
"Papa hanya gak mau kamu sakit, Princess!" ujar Elliot.
"Tapi, 'kan-"
"Gak ada tapi-tapian, Princess!" sela Ellion.
"Ma," ujar Ashley berharap mamanya mau membantu.
"Mamamu tidak akan bisa membantu kali ini!" ujar Ellion yang memang tak pernah bermain-main jika urusan itu mengenai anak-anaknya.
"Aye-aye, Captain!" ujar Ashley sambil duduk di salah satu kursi yang tersedia di meja makan dengan tampang cemberutnya.
"Papa gak tahu ya, dosenku jam pagi ini itu killer. Nanti kalau aku gak boleh masuk kelas gimana? Nanti kalau aku harus ngulang di semester depan gimana? Nanti semuanya, 'kan jadi ribet. Tiba-tiba aja nanti beasiswaku dicabut! Oh no!" gerutu Ashley sambil melahap rotinya dengan cepat.
"Papa masih mampu membayarimu dan makan yang benar. Itu adalah salahmu sendiri yang bangunnya kesiangan!" tegas Elliot.
"Jangan lupa ganti ba-"
"Udah ah, bye ... Papa!" ujar Ashley segera berlari saat rotinya sudah habis.
***
"Good morning, class!" sapa seseorang yang baru saja masuk.
"Good morning, Sir!" balas para mahasiswi dengan berlebihan sementara para mahasiswa hanya memutar bola matanya malas.
"Hmmm ... saya langsung absen saja."
"Steffin Harissen!"
"Selalu hadir apalagi kalau yang mengajar Sir Arsen," ujarnya dengan kedipan mata di akhir.
"Huuu!" seru para mahasiswa.
"Sudah, sudah, harap tenang! Saya akan melanjutkan absennya!"
"Stephanie Ashley Amortta!"
Brakkk
"Hadir, Sir!" jawab seseorang diambang pintu kelas.
"Saya rasa ini tempat kuliah, bukan club malam, saudari Ashley!" ujar Arsen dengan tampang tak bersahabatnya.
"Memangnya saya bilang ini club malam?" ujar Ashley gak terima sambil memelototkan matanya.
"Saudari memang tidak bilang tempat ini adalah club malam, tetapi cara saudari berpenampilan seperti menganggap tempat ini club malam. Jadi silahkan saudari menunggu di ruangan saya, sampai saya selesai menggajar dan saya akan memberikan hukumannya!" ucap Arsen yang membuat Ashley hanya bisa mengganga.
"Apakah perintah saya kurang jelas? Perlu saya ulang?" sindir Arsen saat Ashley tak kunjung beranjak.
"Ti-ti-tidak, Sir," ujar Ashley lalu beranjak keluar dari kelas.
"Huh! Dasar beruang kutub, eh ... salah! Gak cocok dia jadi beruang kutub yang imut itu, cocoknya jadi es baloknya kutub!" gerutu Ashley setelah ia menghempaskan dirinya ke kursi tamu yang tersedia di ruangan Arsen.
"Eh ... btw, tuh dosen kok ruangannya mewah banget ya? Ini beneran ruangannya, nanti aku nyasar lagi. Duh ... bodo amatlah, mending aku tidur dulu. Toh, tuh dosen selesai ngajarnya juga masih lama!"
***
"Ckck, ini anak masih bisa-bisanya tidur!" ujar Arsen saat memasuki ruangannya.
"Stephanie Ashley Amortta bangun sekarang juga!" tegas Arsen.
"Eh ... Sir Arsen sudah selesai mengajarnya," ujar Ashley sambil mengaruk tengkuknya.
"Hmm, nih! Kamu periksa!" perintah Arsen sambil menghempaskan setumpuk kertas di meja tamu ruangannya itu.
"Saya mana bisa, Sir? Nanti kalau saya salah memeriksanya gimana, Sir? Sa-"
"Cukup, kamu berisik tahu gak?! Dan ingat, saya tahu kamu gak sebodoh itu cuma untuk periksa hasil ujian mahasiswa-mahasiswi semester satu!" uja Arsen dengan tatapan tajamnya.
"Ta-"
"Tidak ada tapi-tapian, silahkan kerjakan apa yang saya perintahkan atau kamu bisa menggulang matakuliah saya tahun depan!"
"Dasar gila!" umpat Ashley yang tak ditanggapi oleh Arsen.
"Kamu gak mau pulang?" ujar Arsen setelah ia menyelesaikan pekerjaannya dan melihat Ashley yang sibuk berkutat dengan handphone-nya.
"Memangnya saya sudah boleh pulang? Tumben hukumannya cuma sebentar?" ujar Ashley.
"Cuma sebentar katamu? Memang ya, semua kalau sudah kena handphone jadi berantakan. Kamu tahu, sekarang sudah jam 15.00," ujar Arsen.
"Coba Sir ulangi, sekarang jam berapa?"
"Jam 15.00," jawab Arsen kemudian beranjak berdiri dari tempat duduknya.
"What?!" teriak Ashley yang membuat Arsen kaget dan kembali duduk.
"Kenapa kamu teriak-teriak? Gila ya kamu?! Nanti kalau saya dikirain ngapa-ngapain kamu gimana?" tanya Arsen dengan melotot sempurna sambil berjalan ke arah Ashley dan berdiri di depan Ashley yang sdah beranjak ke depan pintu.
"Sir, 'kan memang ngapa-ngapain aku. Sir-"
"Apa benar itu Arsen?" tanya seseorang tiba-tiba dengan nada datarnya.
"Eh ... enggak begitu, Mom. Ini gak seperti yang mami bayangkan," ujar Arsen panik.
"Sayang, gak enak dilihatin dosen yang lain. Lebih baik kita masuk dulu aja," ucap Jeffry lalu mereka berdua masuk.
"Jadi Arsen jelaskan ke papi apa maksudnya ini semua!" ucap Jeffry.
"Ini itu hanya salah paham-"
"Salah paham kata, Sir? Gara-gara Sir, saya te-"
"Kamu telat datang bulan, karena anak saya? Kamu hamil cucu saya? Arsen nikahi dia secepatnya!" sela Meliani.
"Tapi, Mi-"
"Tidak ada bantahan, Arsen! Kali ini kamu sudah benar-benar keterlaluan, mama gak mau tahu. Mami selama ini sudah diam saja, melihat kamu yang setiap hari pulang tengah hari dengan bau bir di bajumu. Walaupun kamu gak mabuk, tapi gak ada jaminan kamu gak minum!" geram Meliani.
"Maaf, Tante, tapi anda salah paham," ujar Ashley.
"Kenapa? Kamu takut Arsen akan mengapa-ngapakan kamu setelah ini? Tenang saja, Arsen tidak akan berani," ujar Meliani.
"Tapi, Tan-"
"Jangan panggil tante dong, panggil mami aja sama kayak Arsen," ujar Meliani.
"Mi!" bentak Arsen.
"Arsen! Papi dari tadi hanya diam karena menunggu kejelasan dari kamu, tapi kalau sampai kamu bentak mami kamu, papi gak akan tinggal diam. Papi gak mau tahu, kamu harus ikuti perintah mami kamu!" ujar Jeffry.
"Kenapa? Kenapa papi selalu bela dia, dia yang sudah buat papi dan mommy pisah, 'kan?!" ujar Arsen.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro