Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3 - Momotarou dan Yuri

Spesial buat KanzakiYuu

.

.

.

Apa kau menyadarinya?

Diam-diam aku mengalihkan pandang ke arahmu..

Diam-diam aku mengagumimu..

Apa kita bisa melepas kata rekan yang tersemat itu?

.

.

.

"Onzai-san." Sesosok gadis dingin menyapa Momotarou bahkan sebelum dia menginjakkan kaki ke ruang kelas. Dan gadis itu sudah diketahuinya sebagai Takimaru Yuri, rekannya sesama anggota OSIS. "Ketua hendak bicara denganmu saat makan siang, di ruangannya."

Momotarou tidak banyak merespon. Dia hanya mengiyakan dengan satu anggukkan.

"Sepertinya ketua merencanakan sesuatu," Yuri menyandarkan punggung di dinding koridor kelas 2-A. Rautnya begitu serius, yah mungkin selalu serius. "Berandal-berandal Shishidou makin merajalela di sekitaran stasiun. Mereka kerap kali terlibat perkelahian dengan para yakuza di sana."

"Mungkin ketua ingin meminjam kekuatanku." Jelas Momotarou pendek. Dia juga tak segan untuk menjadi pion terdepan bagi Tomohisa. "Untuk itulah aku terus berlatih selama ini."

Sejujurnya, ada seutas rasa khawatir dalam benak Yuri jikalau Momotarou sampai terluka. Bukannya apa, nanti akan merepotkan Tomohisa juga. "Berhati-hatilah. Mereka tidak sedikit."

"Aku tahu itu. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

Keluarga Kitakado dan Onzai cukuplah dekat. Konon katanya, Onzai merupakan keluarga samurai yang melayani Kitakado pada era Edo. Mungkin sampai sekarang juga masih demikian mengingat kentalnya loyalitas yang ditampakkan Momotarou pada Tomohisa.

Tak ingin sama sekali dia menghiraukan sedikit saja perintah pemuda berambut silver itu. Baginya sudah seperti harga mati. Ia sendiri tidak begitu tertarik dengan permasalahan antar Houou dan Shishidou.

Sementara Yuri, gadis bersorot mata suram itu tak ubahnya gadis biasa. Hidup dari keluarga biasa, yang tak punya citra spesial apapun. Toh, dia masih menghargai napas yang diberikan Tuhan. Dia tak mengeluh karena tidak dilahirkan sebagai keluarga bergelimang harta. Tujuannya hanyalah bisa lulus dari Houou dan menata masa depannya.

Lantunan musik dari headphone yang dikenakannya mengisi keheningan yang ia rasakan saat duduk di bawah pohon apel belakang sekolah. Sejujurnya, Yuri tengah bersiteru dengan guru matematika dan alhasil harus mangkir dari pelajaran guru galak tersebut.

Merutuk? Yuri tak suka melakukannya.

Lebih baik menikmati istirahat singkat ini dengan baik. Merasakan terpaan angin yang membawa kelopak sakura. Tak ada guru garang yang mengomel di depan kelas sambil mengetuk-ngetuk papan dengan kapur tulis.

Semua sangat nyaman sampai Yuri menangkap sosok di gym—Momotarou. Di terlihat sangat serius mengayunkan bilah pedang bambu berulang-ulang. Teriakkannya saat menghentak terdengar sampai di posisi Yuri.

Bahkan dari jarak yang cukup jauh itu, Yuri bisa melihat keringat yang mengucur di dahi Momotarou. Rambutnya yang dibasahi peluh itu sedikit membuat Yuri tertarik menatap. Raut seriusnya, dan manik heterochrome merupakan daya tarik tersendiri dari pemuda bermarga Onzai itu.

"Kenapa dia bisa jadi bersemangat begitu karena Ketua?" Kalau diingat lagi, Momotarou sangat jarang menunjukkan sisinya yang demikian. Apa dia sangat begitu ingin diperlakukan layaknya babu oleh Tomohisa? Kemana sisi dingin dan datar yang selalu dia tunjukkan pada Yuri.

"Tidak adil... bersemangat karena hal seperti itu..." Yuri mencengkram ujung roknya. Sesak rasanya mengingat betapa inginnya Yuri menjadi akrab dengan pemuda berambut magenta itu. Yuri ingin bisa mengobrol dengan Momotarou, tapi... saat bersamanya terasa datar.

Yuri menyandarkan punggung pada batang pohon apel, mencoba merilekskan diri. Momotarou, walau dia selalu tidak berekspresi sesungguhnya Yuri tahu bahwa dia adalah orang yang baik. Ketika angin sepoi berhembus, gadis berambut kelabu itu jadi nostalgia.

"Shiraishi-san tampaknya sedang sakit hari ini. Pekerjaannya akan sementara diambil olehmu, Takimaru-san." Dengan seenaknya Tomohisa mengatakan itu. Membuat kening Yuri berkerut. Hei, siapa juga yang suka pekerjaannya menjadi dua kali lipat?

Tapi apa mau dikata, Yuri hanya mampu menghela napas berat sambil mengiyakan perintah Tomohisa. Shiraishi Megumi, dia menjabat sebagai sekretaris OSIS. Pekerjaan yang paling melelahkan, itulah pikir Yuri.

Dan karena sudah sekitar 2 hari gadis itu sakit, pekerjaannya menumpuk. Dan semua itu harus diselesaikan Yuri karena perintah dari Tomohisa. Terkadang pemuda bermarga Kitakado itu sangat sadis orangnya.

Netra Yuri kian lelah menatap begitu banyak dokumen yang harus disusun menurut tanggal yang tertera. Sehabis meletakkan semua kertas itu dia harus membuat surat untuk kepala sekolah. Oh, Shiraishi kenapa dia harus sakit?

"Sebelum mengetik, buat draft dulu..." Yuri terpaksa mengeluarkan isi otaknya untuk merangkai kata-kata dalam surat. Apalagi itu merupakan surat formal, tentu saja harus menggunakan bahasa baku. Kalau tidak, sedari tadi pasti Yuri sudah menggunakan bahasa seenak jidat.

Mulai mengucek mata, Yuri tak sadar malah menyandarkan wajah ke lipatan tangannya di atas meja. Kantuk sudah terlalu membuainya hingga kini ia hanya mampu menuruti hasrat untuk tidur.

Dan gadis itu terbangun saat hari sudah bertemu malam. Mendapati diri yang telah terbalut jas sekolah orang lain di pundaknya. Saat menyingkirkan potongan kain itu, Yuri mendapati papan nama bertuliskan 'Onzai Momotarou'. Jantungnya berpacu sedikit lebih cepat.

Mengapa Momotarou sampai melakukan itu?

Di atas meja, Yuri mendapatkan sepucuk kertas. Kini membuat wajah gadis itu merona.

'Aku sudah menyelesaikan suratnya dan diberikan ke Ketua. Takimaru-san, janganlah pulang terlalu larut. Pastikan untuk makan malam saat sampai di asrama. –Onzai Momotarou'

Setelah sekian lama, senyum tulus berkembang di wajah Yuri. Entah mengapa hatinya menghangat. Kenapa Momotarou menyembunyikan sisi lembutnya dengan bersikap tanpa ekspresi?

.

.

.

Manik heterochrome itu melirik ke bawah pohon apel. "Takimaru-san?" Cukup kaget Momotarou melihat gadis itu tidak berada di kelasnya. Ia terkekeh pelan mendapati gadis itu dengan cerobohnya tidur di hari yang berangin.

Momotarou menghampiri Yuri dan memakaikan jas sekolahnya pada gadis itu, seperti waktu lalu. Seutas senyum terlihat dibentuknya. Ia memutuskan untuk memperhatikan wajah tidur Yuri yang terkesan damai.

"Andai saja aku bisa mengatakannya padamu sekarang..."

.

.

.

To be Continued...

Phew, punya emak akhirnya kelar... Nanti mungkin masing-masing pair akan dapat 2-3 chapter sampai jadian. Jadi yah, sabar menunggu aja.

Sebenarnya setelah ini aku mau masukkin Kizu dan Yuzuki, tapi aku ada ide buat @agashii-san *smirk* Penasaran? Tungguin aja~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro