Chapter 1 - Kento dan Aria
.
.
.
Dialah Aizome Kento.
Kenapa setiap melihatnya jantungku berdebar kencang? Sungguh menyesakkan, aku tak suka perasaan ini. Dia adalah pemain wanita nomor satu yang kuketahui. Puluhan—tidak, mungkin ratusan gadis pasti telah dia kencani dan permainkan.
Tapi tetap saja...
Apa aku akan mempertahankan eksistensinya dalam hatiku?
Contradiction
Inspired by B-Project : King of Caste
Original fanfiction by MoonlightHecate
B-Project ⓒMages
.
.
.
Matahari sudah berada di atas kepala. Bel tanda istirahat sudah berkumandang dan menciptakan kegaduhan kecil dimana rata-rata siswa mulai berhamburan keluar menuju kantin. Tujuannya adalah memperebutkan jumlah Yakisoba yang dijual terbatas.
Ricuh keadaan kantin yang membuat Aria tak berminat ke sana. Dia memilih tetap di kelas sambil menyeruput susu kotak rasa stroberi kesukaannya. Tak peduli akan beberapa ajakan teman kelasnya yang lain. Aria tak ingin bersesak dalam kerumunan orang itu. Merepotkan.
Gelar wakil ketua OSIS sekaligus ketua kelas yang dia sandang terkadang membuat waktu istirahat gadis itu terkuras. Jadilah dia memanfaatkan waktu seperti ini untuk melepas lelah. Berani taruhan, 10 menit mendatang pasti saja ada pekerjaan yang meminta untuk diselesaikan olehnya.
Aria menopang dagu, memejamkan mata mencoba menikmati setiap detik waktu istirahatnya. Tak sampai 30 detik seseorang memanggil namanya. Oh, kenapa orang ini tak bisa menoleransi saat-saat langka baginya? Dia coba mengabaikan orang itu, berharap dia segera pergi karena tak ditanggapi.
"Suzuki Aria~"
"Apa?" Akhirnya gadis itu memberikan tatapan sarkas pada pemuda di hadapannya. Kenapa diantara seluruh pria di dunia, haruslah Aizome Kento? "Aku sedang istirahat, kau tidak lihat?"
"Aku izin jam fisika, yah!" Kento memainkan poninya sambil mengedipkan sebelah mata. "Aku ada beberapa urusan di Houou."
Kata Houou sedikit menimbulkan rasa penasaran dalam batin Aria. Apa yang hendak dilakukan si playboy Aizome Kento di tempat bergengsi semacam Houou? "Alasan kurang spesifik. Jelaskan." Aria mencoba menodong Kento dengan tatapan tajam, memerintahnya.
Entah mengapa sarat mata Kento menjadi kian serius. Tak ada lagi ke-genit-an. "Aku tak bisa menjelaskannya."
"Kalau begitu bawa aku bersamamu. Aku juga ada beberapa urusan dengan ketua OSIS Houou." Aria berdiri dari posisi duduknya lalu meraih tas di sisi mejanya. "Dengan begitu kau dan aku akan punya alasan jelas ke Houou."
"Tidak bisa. Terlalu berbahaya." Kini tatap mata Kento yang mengintimidasi. Keinginannya terlalu kuat, sampai membuat Aria bergidik ngeri akan aura hitam yang mengelilingi Kento.
Aria memutar bola mata, berusaha tetap santai di hadapan si pemuda bermarga Aizome itu. "Hm, terjerat sesuatu yang berbahaya, tuan playboy? Kalau mau izin dariku, maka bawa aku bersamamu." Aria tak ingin kalah dari pemuda yang di cap sebagai ular derik.
Sama sekali Kento tak menyurutkan niatnya. Netra birunya masih dengan tajamnya menjurus ke arah sosok Aria yang kini berujung lomba menatap. Tapi untuk kali ini, gadis itu merasa tak dapat bersaing.
"Yah, yah.. terserah kau saja." Aria mencoba berpaling dari tatapan Kento. Berusaha santai dia kembali menyeruput susu sambil menopang dagu. "Lebih baik kau tidak bolos pada jam pelajaran itu."
Sejujurnya perasaan Aria sungguh tidak nyaman dengan keputusan Kento untuk pergi ke Houou tanpa penjelasan. Dia tak ingin Kento pergi. Pastilah ada sesuatu yang buruk yang disembunyikan oleh pemuda itu.
"Ya sudah, aku tidak butuh izinmu. Aku akan membolos." Dengan deklarasi tersebut, Kento langsung meninggalkan Aria. Sebelum dia benar-benar meninggalkan gadis bermanik hitam itu, dia menoleh kembali. "Lebih baik aku bolos dari pada kau ikut denganku. Aku tak ingin membahayakanmu."
"Aku tak peduli, tuan playboy~!" Aria melambai pelan, mengiringi kepergian Kento. Berusaha keras dia mencoba menyembunyikan kekhawatirannya.
Sungguh, Kento hanya bisa memberikan satu senyum palsu yang berhias miris. Toh, dia juga tidak berharap akan diberikan ucapan selamat tinggal yang manis dari bibir gadis yang sudah lama dia sukai itu. Semuanya tak akan pernah sesuai dengan harapan Aizome Kento.
.
.
.
"Selamat datang di Houou." Sapa Kitakado Tomohisa selaku ketua OSIS. Sungguh suguhan yang menyenangkan di depan gerbang Houou. Aria hanya dapat mengulas senyum menanggapi pemuda yang kerap kali gosipnya terdengar di Shishidou itu. Kini Aria bisa benar-benar memastikan prince-type yang begitu dielu-elukan para siswi sekolahnya. "Bisa kulihat Teramitsu-san tidak ada di sini."
"Oh, aku wakilnya, Suzuki Aria. Yuzuki sedang berhalangan jadi aku yang menggantikannya." ujar gadis bermanik hitam itu. "Mohon bantuannya, Kitakado-san."
Sepanjang perbincangannya dengan Tomohisa, Aria merasa bahwa pemuda itu bukanlah seseorang yang patut dihindari maupun dicurigai. Diskusi antar sekolah berjalan lancar tanpa kendala. Aria dijamu dengan baik dan diajak berkeliling Houou.
Namun ada satu hal yang mengganjal pada diri Tomohisa. "Ano..." panggilan Aria membuat Tomohisa menoleh. "Ada noda darah di bajumu." Menunjuk dengan jari, mata pemuda itu mengarah kebagian bawah kerah bajunya. Benar saja, di sana ada bercak kemerahan.
Hanya memberikan senyum, Tomohisa meminta Aria kembali fokus pada tur kecil keliling Houou mereka. Namun... bukankah itu sedikit membuat benak penasaran? Alhasil gadis itu jadinya tidak fokus pada semua penjelasan dari Tomohisa, dia sibuk memikirkan tentang 'mengapa ada darah di baju sang ketua OSIS'.
Sampai pikirnya yang dibuyarkan dengan ponsel yang tiba-tiba bergetar tanda sebuah pesan masuk. Layar berkedip menampilkan nama 'Aizome Kento'. Mata Aria nyaris terbelalak pasalnya pemuda itu sangat jarang mengirimkan pesan padanya. Dan... untuk apa?
"Kitakado-san, aku akan ke toilet sebentar." Setelah itu Aria berjalan menghindar dari Tomohisa, bersembunyi di balik sebuah bangunan hanya untuk membuka pesan dari Kento. Dia sendiri pun hendak tertawa dengan kelakarnya.
'Aria, kau cukup dekat dengan Kitakado, kan?'
Ingin membanting ponsel, Aria menggerutu tentang apa sih yang dipikirkan Kento dengan mengirimkan pesan semacam itu? Dia pun mengetik balasan. 'Kami sama-sama OSIS. Lagipula Shishidou dan Houou cukup dekat.'
Setelah menekan 'send', gadis itu malah menunggu balasan dari si pemuda playboy.
'Jangan terlalu dekat dengan Kitakado. Aku tidak suka dengannya lagian.'
Ada apa dengan Aizome Kento hari ini? Selalu mengatakan sesuatu berbahaya dan tidak aman untuk Aria. Suzuki Aria bukanlah anak kecil yang tak bisa membedakan kedua hal. Dia tak perlu diperingati pemuda itu.
Aria pun kembali membalas, 'Hei, Kitakado itu baik orangnya. Kalaupun disuruh memilih kau atau dia. Dengan cepat aku akan menyebut namanya.'
Aneh. Kento jarang sekali begitu perhatian. Dia pasti tengah kesurupan iblis saat perjalanan pulang dari Houou. Aria pun hanya dapat memutar bola mata keheranan.
'Yah, memang sudah kuduga sih, aku terlalu banyak bermimpi.' Aria menyernyitkan dahi, tak mengerti dengan maksud Kento. Dia sepertinya sudah benar-benar kerasukan. Dibawah pesan itu masiha ada tulisan lagi. 'Lagipula maaf kalau sinyalnya jelek, bar disini terpencil.'
3 susunan huruf itu bisa membuat Aria kaget tidak karuan. "BAR?! Apa yang dia lakukan?!"
"Oi!" Aria dikagetkan dengan kemunculan sosok gadis bersurai kelabu panjang dengan headphone yang melingkar di lehernya. "Kau dicari oleh Ketua. Jangan lama-lama." Gadis itu langsung memutar hils dan berjalan pergi.
"Maaf..." Aria langsung mengikuti gadis bersurai kelabu itu. Tak ada perbincangan diantara mereka, hanya keheningan. "Kau... juga anggota OSIS?"
Dia tak menjawab. Dan yang membuat Aria kaget adalah getar handphone yang tiba-tiba. Layarnya masih setia memunculkan nama Aizome Kento. Entah, tapi pemuda itu rasanya berbeda... seperti lebih terbuka pada Aria.
Sambil berjalan, Aria membuka pesan tersebut. 'Aku akan mengatakannya, aku mencintaimu Aria, sejak dulu.'
Kedua manik hitam itu nyaris melompat. Jantungnya kini berdegup tidak karuan. "E-Eh?" Oh, Tuhan, Aria bersumpah dia pasti salah membaca isi pesan ini. Namun, setelah dia baca untuk ketiga kalinya tak ada yang salah pada pesan pernyataan cinta dari Kento.
"Suzuki-san? Kau tidak apa-apa? Mukamu merah sekali. Kau demam?" Tanpa sadar Aria ternyata sudah kembali ke tempat Tomohisa yang kini sudah ditemani dengan pemuda bersurai cokelat pendek dengan manik berbingkai.
Benak Aria sudah tak mampu lagi berpikir. Dia ingin secepatnya pulang ke asrama dan menenangkan diri, seolah Kento tak pernah mengirimkan pesan itu. Jadilah dia minta izin untuk mengakhiri diskusi di Houou dan kembali ke Shishidou.
Sepanjang perjalanan Aria merasa gelisah. Bukan hanya karena Kento, tapi karena ada perasaan buruk yang seolah mengikutinya. Bukannya tak ada rasa buat Kento, tapi Aria benar-benar ingin memblok hatinya untuk pemuda itu.
Alasannya?
Sudah sangat jelas. Dia sering bermain dengan wanita, berganti-ganti pasangan, dan entah apa lagi yang pernah dilakukannya. Runa, sahabat Aria bahkan tidak pernah mengizinkan Kento untuk berbicara dengannya, takut Aria terkena bisa dari pemuda itu.
Aria tak memikirkan apapun saat mengangkat sebuah panggilan dari ponselnya. Bahkan saat dia disembur dengan suara diujung telepon. "Halo, Aria-chan, ini Yuuta."
Aria menghentikan langkah. "Oh... Ashuu dari kelas sebelah, ya? Ada apa?"
"Kenken sedang mabuk, ia mengigaukan namamu terus. Makanya aku pakai ponselnya untuk meneleponmu."
"E... EEEHH??!!?! Kalian beneran di bar?! Sekarang kalian dimana?" Aria luar biasa panik. Tak tahu mengapa tapi dentum jantungnya terasa sesak. Dia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Kento.
"Kami sedang di mobil." Yuuta menjeda ucapannya dengan helaan napas. "Tapi perasaannya padamu benar-benar loh, Aria-chan."
Dengan nada bicara Yuuta yang begitu dalam, hanya memperparah keadaan Aria. "Mobil mana? Kau tahu, aku benar-benar khawatir sekarang!"
"Kami sedang perjalanan ke asrama, tunggu saja."
Aria berlari menuju asrama. Walau dengan angin sore yang menerpa wajahnya, dia tak peduli. Kenapa dia sangat ingin bertemu dengan Kento? Walau sejak lama dia sudah mengurungkan niat untuk mempertahankan perasaannya pada pemuda bermarga Aizome itu, kenapa dadanya sesak?
Dia kini tak peduli dengan kata-kata Runa. Atau pun Hime yang sering mengumbar masalah Kento diantara banyak gadis diluar sana.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro