32. FRIEND
"Dia sahabatku Jane. Perkenalkan ini Sophie. Dia sepupu dari Tuan Peter. Kau masih mengingatnya kan?" Ucap Tuan Reed memperkenalkan wanita cantik yang bernama Sophie.
Jane merasa lega mendengar penjelasan dari Tuan Reed. Ternyata wanita cantik itu adalah sahabat Tuan Reed. Namun, tentu saja melihat Tuan Reed dipeluk oleh wanita lain membuat hatinya sakit.
Tapi Jane mencoba memakluminya, mungkin Sophie sangat dekat dengan Tuan Reed. Yap. Pelukan itu hanya pelukan kepada sahabat, bukan pelukan antar pria dan wanita dewasa.
Matanya kemudian melihat ke arah Sophie.
Sophie sangat cantik, terlihat dari bahasa tubuhnya ia berasal dari keluarga orang terhormat. Mungkin jika Jane adalah seorang pria, ia pasti akan langsung menyukainya pada pandangan pertama.
"Dan Sophie, eee... ini adalah Jane, istriku." Ucap Tuan Reed memperkenalkan Jane.
Mendengar penjelasan Tuan Reed, Sophie memasang wajah yang amat sangat terkejut.
"Apa?! Kau sudah menikah?" Ujar Sophie terkejut.
"Ya. Kami sudah satu setengah tahun menikah" Ujar Tuan Reed memeluk pundak Jane, seakan-akan memberikan keromantisannya dengan Jane sebagai bukti kepada Sophie.
"Halo Sophie. Senang bertemu denganmu." Sapa Jane hangat. "Julian, kenapa kau tak pernah menceritakan tentang Sophie? Dan kenapa tak mengundangnya di pesta pernikahan kita?" Tanya Jane.
"Oh.. itu karena.." Ucap Tuan Reed datar, perkataannya tiba-tiba terputus.
"Maaf Julian, ini salahku. Aku pergi menghilang sejak enam tahun yang lalu tanpa memberi kabar." Jelas Sophie dengan wajah menyesal.
"Pergi? Jadi Sophie tiba-tiba pergi menghilang? Sepertinya Julian agak menghindarinya. Apa mereka bertengkar sebelumnya?" Pikir Jane. Di otaknya mulai bermunculan pertanyaan mengenai Sophie.
"Sophie, duduklah. Akan kusiapkan minum untukmu" Ucap Jane ramah.
Jane pun beranjak pergi menuju dapur untuk membuat teh hangat untuk tamunya, meninggalkan Tuan Reed dan Sophie yang sudah terduduk di sofa.
Setelah beberapa saat, Jane kembali ke ruang tamu sambil membawakan secangkir teh dan beberapa toples cookies buatannya untuk Sophie.
Sophie pun langsung meneguk teh buatan Jane dan memakan sepotong cookies rasa coklat yang Jane buat.
"Astaga... ini enak sekali! Kau membelinya dimana?" Ucap Sophie, ia sangat menyukai sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya itu.
Jane tersenyum mendengar pujian terhadap hasil kreasinya itu.
"Jane yang membuatnya" Ucap Tuan Reed agak dingin.
"Jadi, apa kau bekerja sebagai seorang koki?" Tanya Sophie ramah terhadap Jane.
"Tidak. Sekarang aku tak bekerja. Tapi dulu aku bekerja di perusahaan yang Julian pimpin." Jelas Jane.
"Oh... Jadi Julian jatuh cinta pada pegawainya sendiri. Dasar, dia pasti sering menggodamu ya Jane?" Ucap Sophie bercanda. Sophie sangatlah bersahabat pada Jane, orang yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu. Dengan gaya bicara yang ramah di tambah dengan fisiknya yang cantik, Sophie semakin berkali lipat lebih mempesona.
"Kau bisa saja." Balas Jane.
"Jadi, apa urusanmu datang ke apartemenku? Dan langsung masuk begitu saja. Tak sopan" Ucap Tuan Reed dingin.
"Kau bilang dia sahabatmu 'kan Julian? Tapi kenapa kau begitu dingin? Aku semakin curiga, pasti sebelumnya kau memiliki masalah dengan Sophie." Tebak Jane dalam hati.
"Maaf Julian, awalnya aku hanya iseng mencoba memasukkan kode di kunci digitalmu dengan kode yang biasa kau gunakan. Dan tak kusangaka kau masih menggunakan kode yang sama." Ucap Sophie.
"Darimana kau tahu alamat apartemenku ini?" Tanya Tuan Reed mengintrogasi.
"Aku mengetahuinya dari Peter."
Jawab Sophie.
"Lalu, apa tujuanmu menemuiku?" Tanya Tuan Reed dingin.
"Begini, aku baru saja pindah ke kota ini. Dan kupikir aku ingin menjelaskan mengenai kepergianku dulu." Jawab Sophie. Ia sangat berhati-hati memilih tiap kata yang diucapkannya.
Jane hanya menyimak pembicaraan antar suaminya dan Sophie. Ia menunggu beberapa saat unltuk mendengarkan kata-kata yang terucap dari mulut Tuan Reed dan Sophie.
Namun mereka berdua hanya tenggelam dalam sunyi.
"Sebenarnya alasan utamaku pergi tanpa pamit kepadamu adalah karena sewaktu itu aku dipaksa oleh ayahku untuk bersekolah di luar negeri. Maaf, aku baru bisa menjelaskannya sekarang. Waktu itu ayah menyiapkan segalanya terlaku cepat. Jadi aku tak sempat berpamitan kepadamu. Maaf Julian." Ucap Sophie.
Entah mengapa, setiap Sophie memanggil Tuan Reed dengan nama 'Julian' hati Jane sedikit perih.
Ia sadar dirinya cemburu kepada wanita itu. Wanita yang lebih lama mengenal suaminya.
"Ya. Kalau begitu, kumaafkan." Ucap Tuan Reed. Ia tak mebgarahka pandangannya sama sekali ke arah Sophie ketika ia berbicara.
Melihat respon Tuan Reed yang tak terlalu menggubris Sophie, Sophie pun berpamitan untuk pergi dari apartemen mereka.
"Ini sudah terlalu malam, sebaiknya aku pergi." Ucap Sophie.
"Sophie, apa kau ingin membawa cookies ini? Jika kau suka akan kuberikan satu toples." Ujar Jane menawarkannya.
"Tak perlu repot-repot Jane." Ucap Sophie tak enak hati.
"Tunggulah. Aku akan mengambil kantung untukmu." Ujar Jane sambil beranjak ke dapur untuk mengambil sebuah kantung.
Dengan cepat ia pun kembali dengan membawa kantung kertas berwarna hijau.
"Jadi, kau bekerja sebagai apa Sophie?" Tanya Jane membuka obrolan sembari memasukkan toples cookiesnya ke dalam kantung yang di pegangnya.
"Aku baru saja mendapatkan panggilan untuk bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang direktur perusahaan." Ucap Sophie.
"Waw... Posisi yang sangat bagus. Mengingat sekarang sangat sulit mendapatkan pekerjan akhir-akhir ini. Dimana kau akan bekerja?" Ucap Jane.
"Aku bekerja di Dreamcity mulai besok." Ucap Sophie.
"Apa?!" Ujar Jane dan Tuan Reed berbarengan, mereka terkejut.
"Berarti kau adalah asisten pribadi Julian?!" Ucap Jane menegaskan.
"Jadi, Sophie akan bersama Julian selama di kantor." Ucap Jane, hatinya bertambah perih. Ia tahu, seharusnya ia tak boleh cemburu dengan Sophie. Namun logikanya sudah menumpul akibat perasaannya yang besar terhadap Tuan Reed. Tapi, bagaimana bisa ia tak cemburu dengan Sophie. Tuan Reed menghabiskan waktu lebih banyak di kantor dari pada di apartemen, itu tandanya Tuan Reed akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama Sophie.
Tak beberapa lama, Sophie pun pergi dari apartemen mereka.
"Julian, kenapa kau tak cerita jika kau membutuhkan asisten?" Tanya Jane sembari berusaha menutupi rasa cemburunya.
"Aku sendiri tak tahu Jane jika aku mendapatkan seorang asisten. Divisi sumber daya manusia Dreamcity mungkin menilai aku membutuhkan tenaga tambahan. Apa kau ingin aku memindahkan Sophie?" Ucap Tuan Reed, ia sadar istrinya cemburu.
"Ya Julian. Pindahkan dia!" Ucap Jane dalam hati.
"Tak perlu. Kau sedang memulai proyek Minilandmu itu. Kau pasti sangat sibuk nantinya jika bekerja sendiri." Ucap Jane berbohong. Ia tak ingin egois dan membuat suaminya kesusahan dalam pekerjaannya.
"Jane, bagaimana jika kita melanjutkan 'itu'?" Tanya Tuan Reed bersemangat.
"Maaf, aku sedikit lelah Julian." Ucap Jane menolaknya. Bagaimana mungkin ia ingin dicumbu oleh tubuh yang telah dipeluk oleh wanita lain. Mengingat kejadian ketika Sophie saja membuat hatinya sakit, walaupun ia tahu Tuan Reed tak membalas pelukan Sophie.
"Ya sudah. Ayo kita pergi tidur" ajak Tuan Reed memeluk Jane dari belakang dan menggiringnya menuju kamar.
Jane dan Tuan Reed pun tidur berhadapan. Jane kemudian memeluk Tuan Reed erat, mencoba menghilangkan 'rasa pelukan Sophie' dari tubuh prianya, dan digantikan oleh dirinya. Tuan Reed pun membalas pelukan Jane, salah satu tangannya membelai-belai rambut Jane.
Tuan Reed yang melihat gerak-gerik istrinya yang lebih manja kepadanya, tahu betul istrinya sedang cemburu. Ia memeluk Jane lebih erat dan menciumi kening Jane berkali-kali.
"Julian. Kau milikku 'kan? Hanya aku saja yang boleh menyentuhmu Julian." Ucap Jane dalam hati. Kali ini ia termakan oleh keegoisannya. Ya. Semua karena pelukan Sophie.
Say you love me, as much as I love you
(Katakanlah kau mencintaiku, sedalam cintaku padamu)
Would you hurt me baby, could you do that to me?
(Akankah kau menyakitiku kasih, bisakah kau melakukan itu padaku?)
Would you lie to me baby?
(Akankah kau berdusta padaku kasih?)
'Cause the truth hurts so much more
(Karena kejujuran lebih menyakitkan)
Would you do the things that drive me crazy
(Akankah kau lakukan hal-hal yang membuatku gila)
Leave my heart still at the door?
(Membuat hatiku membeku di pintu?)
Oh, I can't help it, I'm just selfish
(Oh, aku tak tahan, aku sungguh egois)
There's no way that I could share you
(Tak mungkin aku mau membagi dirimu)
That would break my heart to pieces
(Itu akan menghancurkan hatiku)
Honestly the truth is...
(Sejujurnya, yang sebenarnya adalah...)
If I could just die in your arms
(Andai aku bisa mati dalam dekapanmu)
I wouldn't mind
(Aku takkan keberatan)
'Cause everytime you touch me
(Karena tiap kali kau menyentuhku)
I just die in your arms, oh it feels so right
(Aku mati di pelukanmu, oh rasanya sungguh nyaman)
So baby baby please dont stop
(Karena itu kumohon jangan berhenti)
Oh baby, I know lovin you ain't easy
(Oh kasih, aku tahu mencintaimu
tidaklah mudah)
But it sure is worth a try
(Tapi aku yakin itu layak dicoba)
Oh if there is a reason to call me a fool
(Ohhh jika ada alasan untuk menyebutku orang tolol)
'Cause I love too hard, are there any rules baby?
(Karena aku terlalu cinta, apakah ada aturannya kasih?)
If this is a lesson, then baby teach me to behave
(Jika ini sebuah pelajaran, maka ajarilah aku bersikap)
Just tell me what I gotta do,
(Bilang saja apa yang harus kulakukan)
Just to stay right next to you
(Untuk selalu di sisimu)
Basically im saying here
(Intinya aku sedang berkata)
I can't live without my baby
(Aku tak bisa hidup tanpa kekasihku)
Loving you is so damn easy for me
(Mencintaimu sangatlah mudah bagiku)
Aint no need for contemplating,
(Tak perlu merenung)
Promise you won't keep me waiting
(Berjanjilah kau takkan membuatku terus menunggu)
Tell me baby I'm all that you need
(Katakan padaku kasih, akulah yang kau butuhkan)
If I could die in your arms
(Andai aku bisa mati dalam dekapanmu)
I wouldn't mind
(Aku tak keberatan)
Don't stop baby no
(Jangan berhenti kasih)
It's what you do to me yeah
(Itu yang kaulakukan kepadaku)
Baby please dont go
(Kumohon jangan berhenti kasih)
"Julian, katakanlah kau mencintaiku. Mungkin itu akan membuat hatiku sedikit tenang." Ucap Jane berharap dalam hati.
Tuan Reed kemudian memeluk Jane lebih erat sampai ia merasakan helaan nafas Jane pada tubuhnya.
"Jane, aku mencintaimu." Ia mencoba menenangkan istrinya yang gelisah.
¤ ¤ ¤
Waktu di arlojinya baru menunjukkan pukul setengah dua belas. Jane terlalu cepat untuk datang membawakan makan siang ke kantor suaminya.
Tapi, ia sudah masa bodoh dengan hal itu. Yang terpenting, ia harus sesegera mungkin untuk melihat wajah suaminya. Ia merasa bersalah karena harus menolak ajakan Tuan Reed untuk melakukan hal dewasa tadi malam. Ia terlalu egois.
Jane melihat pintu ruangan kerja suaminya tak tertutup rapat. Didengarnya Tuan Reed sedang berbicara pada Sophie. Jane sedikit mundur dari dekat pintu itu. Ia menguping pembicaraan Tuan Reed yang sepertinya sedang memarahi Sophie, suaranya sedikit meninggi.
Jane mendengar Sophie dimarahi oleh Tuan Reed. Namun, Sophie sepertinya adalah orang yang cukup keras, ia selalu membela dirinya.
Jane terus mendengarkan pembicaraan mereka. Tidak. Bukan pembicaraan mengenai urusan pekerjaan.
Tapi...
Semua yang mereka bicarakan adalah sebuah fakta. Fakta di masa lalu.
Fakta yang tak seharusnya Jane tahu.
Jane lagi-lagi harus menangis Menangis karena pria yang sama. Ia mencoba untuk tidak membuat kegaduhan. Ia menutup mulutnya agar tak ada sedikit suara keluar dari mulutnya.
Hatinya sudah pernah hancur ketika ia melihat dokumen pembagian harta warisan yang menjadi alasan Tuan Reed menikahinya itu.
Tapi kali ini, hatinya benar-benar sudah tak berbentuk lagi. Bahkan sudah menjadi butiran kecil, sampai-sampai tak ada lagi serpihan yang dapat dihancurkan lagi oleh Tuan Reed.
Ia mencoba mengumpulkan tenaganya untuk berjalan. Terus berjalan menjauhi dua orang yang sedang bertengkar itu.
Dan terus berjalan...
¤ ¤ ¤
Tbc
Song : Die in Your Arm - JB
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro