30. BLANKET
"Jane..." Panggil Tuan Reed lembut sambil melepaskan tangan istrinya yang menjambak rambutnya sendiri.
"Julian, maaf a... aku tak mengingat apapun yang kita lakukan di kasur." Ucap Jane dengan wajah yang semakin memucat.
Ia sangat merasa aneh dengan dirinya yang tiba-tiba lupa dengan kejadian yang ia lalui. Sepertinya ia harus segera pergi ke dokter untuk memeriksakan kepalanya yang didera pusing yang sangat hebat. Jane yakin, sepertinya ia memiliki penyakit yang menyerang organ pengingatnya.
Tuan Reed kemudian menggeser tubuhnya lebih dekat ke arah istrinya yang terduduk di kasur. Dipeluknya dengan erat tubuh Jane yang hanya sebagian tertutup oleh selimut. Tubuh mereka yang polos pun bersentuhan, hal itu membuat detak jantung Jane menderu.
Pelukan Tuan Reed sangat hangat, membuat Jane nyaman di posisi itu.
"Maaf Julian, sepertinya aku harus segera pergi ke dokter memeriksakan hal yang terjadi pada kepalaku." ucap Jane dengan penuh sesal.
Tangan Tuan Reed pun menyentuh dagu Jane. Ditatapnya dalam-dalam wanita yang mencintainya itu. Lalu ia menciumnya rakus.
Jane sedikit mendorong dada Tuan Reed dengan telapak tangannya agar menjauh dari dirinya dan menghentikan ciuman itu.
"Julian, aku tak pantas menerimanya. Istri macam apa aku ini, bahkan pengalaman pertama kita tak aku ingat." Ujar Jane memberi pengertian.
Mendengar perkataan Jane, jemari Tuan Reed menyentil dahi Jane yang berkerut karena berpikir keras terhadap kejadian itu.
"Aww.." Ucap jane mengaduh kemudian ia mengelus-ngelus dahinya yang disentil Tuan Reed.
"Ha ha ha... " Tuan Reed tertawa kecil.
Melihat Tuan Reed tertawa seperti itu pun Jane hanya bisa terbengong saja.
"Mana mungkin kau akan ingat apa yang kita lakukan di atas sini. Karena kita memang tak melakukan apapun." Ucap Tuan Reed.
"Hah?!"
"Kau tahu?! Sebelumnya aku menunggumu di kasur ini cukup lama, kukira awalnya kau menghindariku Jane. Tapi ternyata ketika kutengok kedalam kamar mandi, aku sangat terkejut. Kau sudah meringkuk di atas lantai."
"Be... benarkah itu? Jadi aku pingsan? Pantas saja kepalaku sangat pusing. Mungkin aku anemia"
"Awalnya pun kupikir begitu. Dan tadinya akan langsung kubawa ke klinik. Tapi, ketika aku mendengar kau mendengkur, aku cukup lega. Ternyata kau hanya tertidur." Ucap Tuan Reedencoba menenangkan Jane.
"Mendengkur?" Ujar Jane menjadi sangat malu ketika Tuan Reed tahu dirinya mendengkur. Jane memang memiliki kebiasaan mendengkur sejak kecil ketika tidur dengan tubuh yang sangat amat lelah. "Jadi tanpa sadar aku jatuh tertidur? Tapi, kenapa aku tertidur disini tanpa mengenakan pakaian. Kau juga Julian, tak mengenakan apapun" sambung Jane menanyakan lebih detail, untuk memastikan ia tak kehilangan momen berharga itu.
"Setelah mengangkatmu ketempat tidur, aku mencoba mencari pakaianmu di dalam koper, agar nanti kau tak kedinginan. Aku sudah mencoba membuka kode kopernya tapi tak mau terbuka. Kode kopernya hanya kau yang tahu. Aku tak tega membangunkanmu Jane. Dan tentunya dengan keadaan seperti itu, aku tak bisa mengambil pakaianku dari dalamnya." Ujar Tuan Reed panjang lebar, memberikan pengertian kepada istrinya.
"Jadi, kita berdua belum melakukan apapun?" Tanya Jane.
Tuan Reed hanya mengangguk.
"Semalam kau tidur jam berapa?" Tanya Tuan Reed.
"Aku tidak bisa tertidur"
"Pantas saja. Kau jatuh tertidur tanpa sadar. Mungkin kau benar-benar kelelahan Jane. Lanjutkanlah tidurmu." Ujar Tuan Reed perhatian.
"Eee... Apa kau ingin melakukannya sekarang Julian?" Tanya Jane berani. Bukan karena sangat ingin melakukannya, Jane hanya ingin suaminya mendapatkan hal yang seharusnya diberikannya.
Tuan Reed hanya menggeleng.
"Maaf Julian, aku menghancurkan semuanya. Ketika kau menciumku untuk pertama kalinya di altar, aku malah menamparmu di hadapan semua tamu. Dan sekarang, ketika Tuan Myers memberikan paket bulan madu untuk kita, aku malah tertidur. Maaf Julian, aku tahu kau sangat ingin memiliki seorang anak perempuan." Ujar Jane sangat menyesali apa yang pernah terjadi. Jane menjatuhkan pandangannya ke cincin pernikahannya.
"Jane, soal bulan madu ini. Sebenarnya, tak ada hubungannya dengan Tuan Myers. Semuanya aku yang menyiapkannya. Maaf aku berbohong padamu." Ujar Tuan Reed. Kedua tangannya menyentuh pundak Jane.
Mata Jane membulat. Ia diam tak berkata. Mulutnya benar-benar terkunci. Ia sangat tak percaya dengan apa yang baru di dengarnya.
Ternyata, suaminyalah sendiri yang memesan paket bulan madu mereka.
Diam-diam Jane sedikit mencakar lengannya sendiri. Memastikan bahwa ia merasakan sakit, pertanda yang ia lalui kali ini bukanlah mimpi belaka.
Tuan Reed mendekati wajahnya, dan menciumnya dengan lembut. Kemudian memeluk Jane.
"Aku mencintaimu Jane. Terima kasih kau masih ada di sisiku." Ujar Tuan Reed memeluk Jane lebih erat.
Jane hanya bisa memandang suaminya itu. Hanya terdiam. Tenggelam dalam pelukan suaminya. Tak satupun kata yang bisa keluar dari bibir merah mudanya.
Tiba-tiba air matanya membendung di sisi kelopak matanya, dan kemudian terjatuh di kedua pipinya.
Jane menangis. Menangis cukup keras. Menangis karena bahagia mendengar kalimat yang selama ini hanya bisa memenuhi khayalan di otaknya saja. Tangisannya membuat kulit wajahnya memerah.
Tuan Reed yang melihat respon Jane berupa tangisan, ia melepaskan pelukannya. Ia sangat khawatir dengan istrinya yang tiba-tiba menangis keras.
"Jane ada apa? Apa tubuhmu ada yang sakit?" Tanya Tuan Reed mencoba mengobservasi tubuh Jane, berharap istrinya baik-baik saja.
"Julian kau kemana saja?" Ujar Jane, pertanyaan yang keluar dari mulutnya terdengar tak jelas karena bercampur tangisan.
Tuan Reed kembali memeluk Jane. Kemudian ia mengelus-ngelus rambut Jane.
Mereka terdiam cukup lama hingga tangisan Jane pun mereda. Namun kepalanya masih sedikit sakit.
"Julian. Kepalaku masih merasa sakit, apa perlu kita ke dokter?" Tanya Jane.
"Sebaiknya kau istirahat dahulu. Jika kepalamu masih terasa sakit. Nanti akan kuantar ke dokter" Ucap Tuan Reed mencoba menenangkan istrinya. "Ayo kita tidur lagi." Ajak Tuan Reed melepaskan pelukannya dan membaringkan Jane kembali di kasur.
"Julian." Panggil Jane.
"Ya"
"Kau tak ingin memakai pakaian? Biar kuambilkan di koper. Aku juga akan memakai pakaianku." Ucap Jane perhatian. Jane sedikit terbangun dari tempat tidurnya. Namun Tuan Reed menariknya kembali ke posisi terbaring.
"Tak perlu Jane." Ujar Tuan Reed sambil tersenyum.
"Tapi nanti kau akan terkena flu karena kedinginan."
"Jika aku mulai kedinginan, aku akan memelukmu seperti ini." Ujar Tuan Reed sambil mempraktekkan pelukannya kepada Jane. Membuat mereka tak berjarak sama sekali dan kulit mereka saling bersentuhan, sehingga jantung Jane lebih berpacu. "Lagipula aku sangat menyukai tubuhmu Jane." Sambungnya sambil sedikit meremas bokong Jane dengan salah satu tangannya.
"Kau nakal sekali Julian!" Ujar Jane refleks mendorong tubuh Tuan Reed.
"Aku tidak nakal Jane. Aku mencintaimu." Ucap Tuan Reed menggoda Jane.
Jane terpana dengan apa yang diucapkan suaminya itu. Lalu Jane mendorong kepala Tuan Reed untuk mendekati wajahnya. Dan kali ini Jane sangat berani untuk memulai ciuman dengan suaminya. Ciuman yang sangat bernafsu. Dan tentu saja, Tuan Reed pun dengan sigap membalasnya.
Ya. Hari ini ia sangat senang. Pria surprise boxnya telah benar-benar kembali.
"I love you Julian" Ucap Jane seusai menyelesaikan ciumannya itu.
Mereka pun saling berpelukan dan terlelap dalam tidur di bawah selimut yang sama.
¤ ¤ ¤
Tuan Reed sedang mengurus check out hotel di meja resepsionis. Sedangkan Jane duduk di sofa yang letaknya menghadap ke meja resepsionis, tempat suaminya berdiri.
Jane terus menerus memandangi Tuan Reed. Hari ini ia begitu senang karena beberapa jam yang lalu ia mendengar kalimat cinta dari Tuan Reed. Jane tersenyum kecil ketika memorinya memutar kembali kejadian selama di pulau tropis ini.
Jane sibuk tenggelam dalam ingatannya bersama Tuan Reed. Tanpa sadar Tuan Reed sudah hilang dari pandangannya dan sudah berpindah berada di sampingnya.
"Jane." Panggil Tuan Reed.
"Ah.. Julian" sahut Jane, hayalannya membuyar.
"Kau tak kepanasan jika menggunakan itu?" Tanya Tuan Reed. Jarinya menunjuk ke arah jaket tebal berkerah tinggi yang dipakai Jane.
"Sebenarnya, ini sedikit panas. Tapi cukup membantu untuk menutupi ini." Ujar Jane berbisik sambil menunjukkan bekas merah yang dibuat Tuan Reed ketika mencumbu Jane.
"Tunggulah disini." Ujar Tuan Reed lalu pergi meninggalkan Jane.
"Julian, kau mau kemana?" Tanya Jane. Tapi percuma, suaminya dengan cepat sudah menghilang dari pandangannya.
"Mungkin dia pergi mencari taksi untuk ke bandara" Ujar Jane.
Akhirnya Jane duduk termenung, kembali mengulang kejadiannya dengan Tuan Reed selama berbulan madu.
Tiba-tiba dari belakangnya, seseorang mengalungkan sebuah kain ke lehernya. Sontak Jane menoleh ke arah belakang.
Ternyata itu adalah suaminya yang sedang memakaikan syal tipis berwarna jingga padanya untuk menutupi kissmark yang dibuatnya.
"Julian..." panggil Jane lembut.
"Hmm..." Sahut Tuan Reed. Tangannya masih melilitkan syal itu di leher Jane. Kemudian tangannya membantu Jane melepaskan jaket yang dipakai istrinya itu.
"Seperti ini lebih baik. Maaf aku hanya bisa menemukan barang murahan ini." Ujar Tuan Reed.
Jane kemudian mencium Tuan Reed.
"Tidak Julian, ini sangat indah. Terima kasih sudah memilihkannya untukku. Aku akan menjaganya." Ucap Jane.
¤ ¤ ¤
Selama perjalanan pulang, Tuan Reed selalu menempel dengan Jane. Ketika turun dari taksi pun mereka berdua selalu menggenggam tangan satu sama lain.
Sesampainya di depan pintu apartemen mereka, Tuan Reed pun membuka kunci digital pintu itu.
"Jane, setelah ini, semuanya akan berubah" Ucap Tuan Reed.
Jane pun melepaskan genggaman tangannya dari suaminya. Ia mengerti, setelah memasuki apartemen mereka, semuanya akan kembali seperti biasa.
Tuan Reed pun memasuki tempat tinggal mereka sambil menggiring koper mereka.
Jane yang sangat kelelahan pun langsung berlalu menuju kamarnya. Ia ingin sesegera mungkin melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Memulai mengulang kembali memorinya bersama Tuan Reed ketika mereka berbulan madu. Dan menurutnya, semua kejadian itu hanya akan menjadi mimpi indah yang telah berakhir.
"Julian, aku akan tidur lebih dulu." Ucap Jane.
"Kau ingin pergi kemana? Tidurlah di kamar kita." Perintah Tuan Reed. "Esok hari pindahkan semua pakaianmu ke dalam lemari kita."
Jane hanya diam. Tidak. Mimpi indahnya masih akan terus berlanjut. Dan ini semua bukanlah mimpi.
"Jane. Selamat tidur. Aku akan menyusulmu nanti." Ucap Tuan Reed. Kemudian Tuan Reed mendekati Jane yang masih terdiam karena kebingungan dengan sikap Tuan Reed yang berubah total hangat padanya seperti di hotel.
Sebelumnya, ia hanya mengira semua perlakuan Tuan Reed yang manis hanya berlaku pada saat berbulan madu.
Tuan Reed kemudian mencium kening Jane.
Debaran jantung Jane mengencang. Ia masih tak percaya hari ini dan mungkin seterusnya, ia akan kembali tidur di bawah selimut yang sama dengan Tuan Reed.
¤ ¤ ¤
Jane memindahkan pakaiannya dari kamarnya menuju kamarnya bersama Tuan Reed. Ia sungguh bahagia ketika pagi ia membuka matanya, yang pertama kali ia lihat adalah wajah tampan suaminya.
Tiba-tiba Jane teringat pada surat cerai yang sebelumnya pernah ia isi. Dengan perlakuan Tuan Reed padanya sekarang, tentunya ia tak akan pernah lagi berfikir untuk menggugat cerai suaminya itu.
Sesegera mungkin Jane mencari amplop coklat yang berisi surat cerainya di rak buku kamarnya. Namun nihil. Ia tak menemukannya.
Ia mulai panik.
"Tak mungkin! Amplop itu menghilang! Bagaimana ini? Bagaimana jika Julian menemukannya? Ini akan bisa jadi bencana. Aku tak ingin kehilangan Julian yang sekarang." Ucap Jane dalah hati.
Jane pun mencarinya kembali di rak buku itu.
Tiba-tiba...
Piiip... Piiip...
Suara kunci digital apartemennya dibuka dari luar.
"Julian sudah pulang?! Bukankah sekarang masih cukup pagi untuk pulang?" Jane bertanya-tanya di dalam hatinya.
Jane kemudian dengan sigap menghampiri suaminya di ruang tamu untuk mengucapkan selamat datang padanya.
"Selamat datang Julian." Sapa Jane sambil mengembangkan senyumannya. "Bukankah kau baru dua jam di kantor? Kenapa kembali begitu cepat?"
"Jane, aku punya sesuatu untukmu. Hal ini sudah benar-benar aku pikirkan dan aku menyetujuinya." Ucap Tuan Reed serius.
Tuan Reed memngeluarkan sesuatu dari tas kerjanya. Dan memberikannya kepada Jane.
Jane yang melihatnya sangat amat terkejut. Tuan Reed memberikannya sebuah amplop coklat. Amplop yang sama seperti yang sedang ia cari.
Mukanya berubah pucat ketika amplop itu pindah ke tangannya.
"Tidak mungkin Julian. Amplop ini jangan-jangan berisi surat cerai. Apa maksudmu dengan menyetujuinya? " Tanya Jane dalam hati.
Ia terdiam. Tangannya menjadi dingin. Jane punya firasat buruk tentang ini.
¤ ¤ ¤
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro