Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23. SMELL


"Tapi aku memiliki syarat untuk itu." Ujar Tuan Reed sambil melebarkan senyum tak simetrisnya.

"Apa syaratnya?" Tanya Jane sambil mengelap meja makan yang basah karena tumpahan air.

"Aku akan memelukmu. Tapi hanya akan membalas pelukanmu. Jika kau menginginkannya kau harus memulainya terlebih dahulu." Ujar Tuan Reed.

"Baiklah. Tak masalah" Ujar Jane sambil tersenyum.

¤ ¤ ¤

Hari ini adalah hari ulang tahun Jane. Hari yang sangat ia tunggu-tunggu.

Pagi ini Jane sangat bersemangat, ia ingin sesegera mungkin mendapatkan hadiahnya. Sebuah pelukan.

Seperti biasa ia langsung menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Kemudian ia menyiapkan sarapan dan pakaian kerja untuk suaminya.

Dan seperti biasa pula, Tuan Reed keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk, dan itu selalu sukses membuat wajah Jane memerah dan menjadi kikuk tiba-tiba.

Setelah beberapa saat kemudian Tuan Reed keluar dari kamarnya, berjalan menuju meja makan sambil memakai dasinya.

Jane menghampirinya dan langsung memeluknya. Dadanya berdebar. Harum Tuan Reed sangat jelas tercium oleh hidung Jane, ia sangat menyukainya. Namun, Tuan Reed tak membalas pelukannya.

"Julian, bukankah kau sudah berjanji?" Protes Jane.

"Kau tak lihat aku sedang apa?" Ujar Tuan Reed sambil memperlihatkan dasinya yang belum terpasang.

"Ah.. maaf Julian." Ujar Jane melepas pelukannya. Tangannya beralih dari tubuh suaminya ke dasi Tuan Reed untuk membantu suami tampannya memakaikan benda itu.

Tuan Reed langsung menduduki kursi makannya. Wajah Jane sedikit tertunduk lesu. Tuan Reed tak memeluknya. Ia sangat ingin memprotes Tuan Reed lagi, namun ia sangat takut jika ia dianggap meresahkan suaminya.

Akhirnya Jane pun duduk di kursinya. Ia menyodorkan kopi dengan sedikit krimer untuk Tuan Reed. Menaruh lima lembar pancake di piring Tuan Reed tak lupa ia menuangkan sirup maple diatasnya.

Sedangkan Jane hanya makan satu lembar pancake yang paling tipis. Ia masih tak nafsu makan. Kali ini Jane menghabiskan makanannya lebih cepat dibandingkan Tuan Reed. Ia kemudian termenung sambil melihat Tuan Reed yang sedang makan dengan lahapnya.

Ia menatap rambut, dahi, mata, hidung hingga mulut suaminya yang sedang mengunyah pancake.

"Julian... apakah caraku ini akan berhasil?" Ia mulai meragu.

Setelah selesai menghabiskan makanannya Tuan Reed pun memakai jasnya. Ia mengambil tas kerjanya. Kemudian berbalik menuju pintu untuk berangkat ke kantornya.

Tiba-tiba Jane memeluknya dari belakang, membuat Tuan Reed menghentikan langkahnya.

"Julian..." Panggil Jane.

"Ya." Sahut Tuan Reed.

"Aku mencintaimu" Ujar Jane dalam hati. "Julian..." Jane memanggilnya lagi.

"Ya." Balas Tuan Reed.

"Maukah kau mencintaiku?" Ujar Jane dalam hati, ia tak memiliki keberanian untuk berbicara langsung. Jane sangat menikmati saat dirinya memeluk Tuan Reed, karena dapat menghirup harum tubuh Tuan Reed dengan Jelas. "Julian..." panggilnya lagi untuk ketiga kalinya.

"Ya." Balas Tuan Reed lagi.

"Hati-hati di jalan." Ujar Jane sambil melepaskan pelukannya. Jane sangat kecewa, Tuan Reed tak membalas pelukannya.

Jane hanya tersenyum kepada Tuan Reed yang bahkan langsung pergi meninggalkannya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Jane.

¤ ¤ ¤

Sudah tiga bulan belakangan ini, Jane selalu memeluk Tuan Reed ketika suaminya sebelum berangkat dan ketika pulang dari bekerja. Ketika memeluk Tuan Reed, ia selalu memanggil nama Tuan Reed berkali-kali. Ketika Tuan Reed menyahut, Jane selalu mengatakan "Aku mencintaimu". Namun kalimat indah itu hanya ia ucapkan dalam hati. Ia tak berani mengatakannya langsung, ia tahu ia masih bertepuk sebelah tangan. Karena Tuan Reed tak pernah sedikit pun melingkarkan lengan pada Jane, membalas pelukannya.

Semakin lama ia semakin ragu dengan caranya, ia mulai pesimis.

"Piiip... piiip..."

Suara kunci digital pintu dibuka dari luar.

"Julian sudah pulang!" Gumam Jane senang. Ia kemudian berlari kecil dari dapur menuju pintu apartemen untuk menyambut suaminya.

"Welcome home Julian." Sambut Jane hangat. Ia menatap suaminya sambil tersenyum, dan seperti biasa Tuan Reed tak membalasnya.

Hari ini Tuan Reed tampak kacau, rambutnya berantakan tampangnya pun kusut. Sepertinya mood Tuan Reed sangat jelek. Karena takut mood suaminya bertambah jelek, Jane mengurungkan niatnya untuk memeluk Tuan Reed malam ini.

"Bagaimana harimu Julian?" Tanya Jane, ia berbasa-basi. Ia tak mengharapkan suaminya menjawab pertanyaannya, karena suaminya memang jarang menggubris pertanyaan darinya.

Tuan Reed terdiam. Jane kemudian menyisirkan rambut Tuan Reed dengan jemarinya, membuat tampilan suaminya lebih baik. Dan seperti biasa, ia membantu melepaskan dasi dan jas Tuan Reed.

Jane kemudian berbalik untuk menyimpan dasi dan jas Tuan Reed ke dalam keranjang pakaian kotor. Namun tiba-tiba Tuan Reed melingkarkan kedua tangannya di perut Jane.

Jane tercekat, kelopak matanya membulat. Ia sangat terkejut dengan hal yang dilakukan Tuan Reed.

"Julian..." Ucapnya dalam hati, ia kemudian menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Jane..." Tuan Reed memanggil istrinya. Jane pun berbalik menghadap Tuan Reed, ia tersenyum. Dari jarak sedekat ini, Jane dapat melihat betapa kusut muka suaminya itu.

"Ada apa Julian?" Tanya Jane hangat.

Tuan Reed kemudian menaruh keningnya di pundak Jane.

"Ada apa? Ceritakanlah padaku Julian." Pinta Jane dengan suara sedikit khawatir. Tangannya kemudian membelai lembut rambut Tuan Reed yang coklat, mencoba membuat suaminya nyaman. Tuan Reed hanya diam.

"Apa kau punya masalah dikantormu?" Tanya Jane lagi.

"Hmmm..." ujar Tuan Reed mengiyakan.

"Ceritakanlah padaku Julian"

Tiba-tiba Tuan Reed melepaskan pelukannya.

"Jangan campuri urusan pekerjaanku Jane." Ujar Tuan Reed ketus. Ia membalikkan badannya dan berlalu ke kamarnya.

Jane hanya menghela nafas sambil tersenyum. Baru saja ia merasa sangat senang karena Tuan Reed memeluknya, namun baru ia rasakan sejenak, sikap suaminya langsung berubah kembali seperti biasanya.

Setelah beberapa saat kemudian, Tuan Reed keluar dari kamarnya. Raut wajahnya masih kusut sama seperti ketika ia memasuki apartemen. Ia duduk di kursi makan berpose seperti orang yang sedang melamun, dahinya berkerut.

"Julian..." Panggil Jane, ia sangat khawatir sengan sikap Tuan Reed yang aneh. "Kau pasti sangat lelah bekerja." Ujar Jane sambil mendekati Tuan Reed.

Ia kemudian menyentuh pundak Tuan Reed, dan menyandarkannya ke sandaran kursi.

"Apa yang kau lakukan Jane." Tanya Tuan Reed dengan nada yang sedikit meninggi.

"Diamlah. Rilekskan tubuhmu" Pinta Jane sambil berjalan ke belakang kursi Tuan Reed. Ia menyandarkan kepala belakang Tuan Reed di dadanya. Ia kemudian memijat kepala Tuan Reed dengan lembut. Tuan Reed spontan memejamkan matanya karena sangat menikmati pijatan dari jemari Jane.

Jane memijat pundak dan leher Tuan Reed. Terlihat suaminya sangat menikmati sentuhan Jane. Setelah sekitar sepuluh menit, Jane menghentikan pijatannya.

"Bagaimana Julian. Apa perasaanmu lebih baik?" Tanya Jane.

"Ya." Ujar Tuan Reed membuka matanya. Tubuh Tuan Reed terlihat lebih rileks dan dahinya pun tak berkerut lagi.

"Julian, apa ada sesuatu terjadi di kantor?" Ujar Jane mencoba menelisik apa yang terjadi pada suaminya.

Dan Tuan Reed pun hanya terdiam. Jane pun mengerti, suaminya tak ingin membuka mulut mengenai apapun kepadanya.

Ia memberikan sepiring spaghetti sebagai makan malam untuk suaminya sambil melemparkan senyuman kepada Tuan Reed.

Tuan Reed tak menyentuh piring itu. Tiba-tiba tangannya mengepal kuat, sampai urat-urat lengannya terbentuk jelas. Ia kemudian menghela nafas panjang dan berat.

"Jane..." panggil Tuan Reed. "Aku telah gagal"

"Gagal?"

"Sebentar lagi Dreamcity akan bangkrut."

¤ ¤ ¤

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro