Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22. STORY


Semua kolom isian dari surat permohonan perceraian sudah diisinya, hanya dua kolom tersisa yaitu tanggal permohonan dan persetujuan tergugat.

Tiba-tiba...

"Jane..." Panggil Tuan Reed sudah ada didepan pintu, kehadirannya sontak membuat Jane terkejut.

"Ju... Julian..." Jane sangat terkejut, ia terlalu fokus menulis surat itu sehingga ia tak mendengar suara kunci pintu digital yang terbuka.

Jane langsung cepat-cepat menyembunyikan kertas itu di bawah tumpukan buku lainnya.

Entah kenapa ia sangat khawatir jika Tuan Reed mengetahui jika ia menulis surat itu.

"Sedang apa kau Jane?" Tanya Tuan Reed.

"Oh Tuhaaan... Apa aku ketahuan? Jika benar, dia pasti akan marah besar padaku!" Pikiran Jane mulai khawatir. "Aku baru saja... ummm... membaca sinopsis novel ini" Ujar Jane sedikit gugup, ia kemudian mengambil novel barunya dan menunjukan kepada suaminya agar percaya. "Maaf... aku terlalu fokus"

"Bukan itu maksudku. Kau tahu ini sudah jam berapa? Ini sudah waktunya untuk makan siang. Aku sedari tadi menunggu kau mengantar makan siangku di kantor. Jadi kuputuskan pulang untuk mengecekmu. Ternyata kau sedang asyik dengan hal yang lain." Ujar Tuan Reed dengan nada yang meninggi.

"Syukurlah... Ia tak menyadari aku sedang menulis surat itu. Tunggu..." Jane sedikit lega. Ia kemudian menoleh ke arah jam dinding. "Astagaaa... sudah waktunya Julian makan siang. Dan aku belum memasak apapun untuknya." Kepanikan Jane yang baru saja hilang kini muncul kembali.

"Julian... Aku minta maaf, aku belum memasak sama sekali. Tunggulah disini. Kau ingin kubelikan makanan apa?" Ujar Jane sangat merasa bersalah. Ia dengan cepat mengambil mantelnya untuk pergi keluar membelikan makan siang untuk suaminya.

"Kau terlalu banyak buang waktu jika harus membeli diluar. Ini jam makan siang, restoran manapun pasti sangat ramai"

"Maafkan aku Julian."

"Masaklah dengan cepat. Akan kutunggu"

Jane dengan cepat menyiapkan makanan untuk Tuan Reed sambil berharap emosi Tuan Reed tak lagi tumpah padanya.

¤ ¤ ¤

Jane memegangi surat permohonan perceraian yang sudah diisinya. Hatinya berdegup sangat kencang.

"Bagaimana aku meminta Julian untuk menandatanganinya?" Tanya Jane dalam hati. Ia kemudian memasukan surat itu kembali ke map coklat dan disimpannya ditempat semula. Ia akan meminta Tuan Reed untuk menandatanganinya ketika ia sudah siap. Tetapi bukan hari ini.

Jane kemudian menghembuskan nafas panjang dengan berat.

Ia mengambil novel barunya yang bahkan belum sempat ia baca kemarin karena ia fokus mengisi surat permohonan itu.

Ia membaca novel itu dengan sangat fokus di waktu luangnya. Dalam dua hari ia sudah ada pada bagian paling tengah novel itu, bagian cerita yang paling emosional sampai membuat pipinya basah karena air mata.

Dan beberapa hari berikutnya ia telah menyelesaikan membaca novel itu.

Novel yang begitu indah dengan akhir yang bahagia. Ia selalu mengulangi membacanya dari awal hingga berkali-kali.

¤ ¤ ¤

"Jane... Aku membawakan makanan yang terbuat dari coklat untukmu." Ujar Tuan Reed yang baru saja tiba di rumah dari kantornya. Ia kemudian menaruh sebuah bungkusan di atas coffee table.

Jane pun langsung melihat apa yang dibawakan Tuan Reed untuknya. Ia terharu Tuan Reed membelikan sesuatu untuknya. Biasanya ia hanya diberikan transferan uang untuk membeli kebutuhan sebulan dan jatahnya untuk berbelanja. Meskipun ia menerima uang dalam jumlah yang sangat besar perbulannya ia tak pernah menghamburkannya.

"Jadi kau membelikan ini untukku, Julian?" Ujar Jane sangat senang suaminya membelikannya sesuatu. Ia memeluk erat bungkusan itu. Akhirnya Tuan Reed peduli padanya. Matanya berkaca-kaca.

"Aku dikirimkan paket dari luar negeri dari rekanku. Rasanya sangat aneh, aku tak ingin memakannya lagi." Ujar Tuan Reed dingin.

Mendengar ucapan Tuan Reed, Jane sedikit kecewa. Ternyata Tuan Reed memberikannya karena ia tak mengiginkan benda itu. Jane melemahkan pelukannya terhadap bungkusan itu.

"Oh ya, makanan itu tak bertahan lama. Kuharap kau bisa menghabiskannya selama dua hari ini."

"Tapi... bukankah ini sangat banyak, Julian."

"Habiskanlah! Aku tak suka orang yang membuang makanan." Ujar Tuan Reed berlalu menuju kamarnya sambil melonggarkan dasinya.

"Makanan apa ini?" Jane kemudian membuka bungkusannya dan mengambil satu dari sekitar tiga puluh-an kotak kecil di dalamnya, jumlah yang cukup banyak jika harus dihabiskan dalam dua hari olehnya seorang diri.

Tapi apa boleh buat, ia membenci dirinya ketika membuat Tuan Reed marah. Ia tak ingin menjadi penyebab kemarahan suaminya.

Ia membuka kotak kecil itu, dilihatnya isinya adalah makanan berwarna coklat sebesar dua jari orang dewasa.

Bentuknya memang aneh, dan sebelumnya Tuan Reed pun berkata bahwa rasanya sangat aneh.

Jane mengambil setengah potong dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Ia memejamkan matanya disertai dengan dahi yang mengeryit, menyiapkan lidahnya untuk rasa yang tak enak. Setelah makanan itu masuk mulutnya dan menyentuh indra pengecapnya, matanya terbuka.

"Rasanya tak begitu buruk..." Ujar Jane.

¤ ¤ ¤

Kisah ini bercerita mengenai seorang istri yang berusaha merebut cinta suaminya kembali. Cinta sang suami direbut oleh seorang wanita muda yang baru dikenal suaminya. Sang istri berusaha mempertahankan pernikahannya. Namun tentunya jalan yang sang istri lalui sangat keras, sampai akhirnya sang suami bertekad bulat untuk menceraikan sang istri dan menikah dengan wanita mudanya.

Akhirnya, dengan berat hati sang istri menyetujuinya dengan syarat dalam waktu satu bulan sebelum sidang perceraian mereka, sang suami harus mencium sang istri sekali dalam sehari.

Beberapa hari pertama memang berat bagi sang suami untuk mencium wanita yang sudah tak dicintainya lagi. Namun secara ajaib, pada beberapa hari sebelum sidang perceraian mereka, tiba-tiba sang suami mencabut permohonan perceraiannya. Tubuh dan otak sang suami memang sudah lupa cara mencintai istrinya karena terlanjur terpana dengan wanita yang lebih menawan, namun tidak dengan hatinya. Hatinya tahu betul bahwa yang ia cintai adalah istrinya, walaupun semua itu membutuhkan waktu.

Kisah yang sangat indah. Setiap kali Jane menyelesaikan bacaannya matanya selalu berkaca-kaca. Ia sangat salut dengan pemeran utama kisah itu, seorang istri yang tegar.

Namun di sisi lain ia sangat iri, sang istri dikisah itu semenjak awal telah dicintai oleh suaminya dan hanya berusaha untuk mendapatkannya kembali. Sedangkan yang terjadi padanya adalah suaminya menikahinya bukan karena mencintainya melainkan Jane dijadikan alat untuk pencairan warisannya.

Dan tentu saja berbeda dengan kisah itu, dimana sang suami yang akan menceraikan istrinya karena ia memiliki wanita lain. Sedangkan pada kenyataan yang Jane alami sekarang, ia lah yang akan menceraikan Tuan Jane dengan alasan kecewa dengan fakta bahwa Tuan Reed tak mencintainya.

Jane merogoh bungkusan makanan yang diberikan Tuan Reed beberapa hari lalu dan memaksanya untuk menghabiskan makanan itu. Ternyata isinya sudah habis. Jane tak sadar telah menghabiskannya sembari membaca novelnya.

"Sudah habis... Syukurlah..." Jane lega, akhirnya ia sudah menghabiskan makanan yang tak begitu enak itu. Perutnya penuh.

Jane mengambil surat permohonan perceraiannya dan membacanya berulang-ulang kali untuk semakin memantapkan hatinya akan keputusannya itu.

Namun tetap saja ia ragu. Ia ingin tetap tinggal bersama Tuan Reed. Dan sesuai dengan perjanjian yang tertulis pun Tuan Reed tak memiliki hak untuk meninggalkannya. Tapi sangat menyakitkan jika ia diperlakukan seperti wanita yang tak berharga.

Piiip.. Piiip...

Suara kunci pintu digital dibuka dari luar oleh Tuan Reed.

"Julian sudah pulang!" Ujar Jane gembira, ia ingin secepatnya melihat wajah tampan suaminya itu. Ia bergegas menyembunyikan surat permohonan cerainya dan setengah berlari menemui suaminya.

"Selamat datang! Bagaimana harimu Julian?" Ujar Jane menyapa hangat Tuan Reed sambil membantunya melepaskan jas dan dasinya seperti biasa.

"Ya. Baik" balas Tuan Reed dingin sambil berjalan menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Lagi-lagi Jane memeluk jas dan dasi yang seharian ini dipakai Tuan Reed. Ia menghirup harumnya kuat-kuat, harum parfum Tuan Reed bercampur dengan sedikit keringat. Setelahnya ia pun menaruhnya di keranjang cucian kotor dan beranjak menuju ruang makan untuk menyiapkan makan malam mereka berdua.

Beberapa saat kemudian Tuan Reed keluar dari kamarnya dan duduk di kursi makan. Jane melemparkan senyumnya kepada Tuan Reed sambil menaruh segelas air minum didekat Tuan Reed.

Ia menelan ludahnya. Jane memutuskan pada malam ini ia harus memberitahukan keputusannya untuk bercerai dengan suaminya.

"Jane..."
"Julian..."

Jane dan Tuan Reed memanggil pasangannya di waktu bersamaan.

"Apa?" Tanya Tuan Reed.

"Kau dulu Julian" ujar Jane sambil menuangkan air ke gelasnya dari ketel kaca yang dipegangnya.

"Beberapa hari lagi adalah ulang tahunmu kan? Kau ingin hadiah apa dariku?" Tanya Tuan Reed.

Mendengar ucapan Tuan Reed, Jane terpana.

"Julian... Julian ingat hari ulang tahunku?! Astaga..." Jane terpaku, ia sangat senang Tuan Reed ingat tanggal ulang tahunnya. Rasanya ia ingin langsung melompat-lompat kegirangan, tapi tentu saja ia tak melakukannya.

"Jane! Gelasmu penuh!" Ujar Tuan Reed tiba-tiba beranjak berdiri dan spontan menahan tangan Jane yang menuang air menggunakan ketel kaca. Air di gelasnya sudah luber karena ia terlalu terpana pada pertanyaan Tuan Reed.

Tangan Jane disentuh oleh tangan Tuan Reed. Jantung Jane berdebar kencang. Tuan Reed dan Jane saling bertatapan dalam jarak sedekat ini, rasanya sudah sangat lama. Waktu seakan membeku.

"Julian memperhatikanku! Dia peduli padaku! Dia ingat ulang tahunku!" Pikir Jane."Ya. Julian akan tetap ada disampingku. Aku akan tetap bersamanya. Aku akan..." Ujar Jane mengurungkan niatnya untuk bercerai dengan Tuan Reed. Sepertinya Tuan Reed sudah mulai luluh padanya.

"Jangan melamun! Jadi apa yang kau inginkan. Katakan saja!" Ujar Tuan Reed.

"Eee... " Jane ragu untuk mengutarakan keinginannya.

"Apa?! Tak masalah bagiku jika harganya mahal sekali pun. Kau ingin mobil? Perhiasan? Atau apa?"

"Aku takut kau tak bisa memenuhinya Julian."

"Jangan meremehkanku Jane!" Ujar Tuan Reed sombong.

"Ya. Aku hanya perlu membuatnya jatuh cinta padaku." Ujar Jane mantap dalam hati.

"Aku ingin kau memelukku setiap hari Julian." Ujar Jane. "Aku tak mungkin langsung memintanya untuk menciumku. Mungkin ini sangat lamban, tapi aku akan membuatnya benar-benar mencintaiku." Pikir Jane, ia kembali. Kembali dari wanita putus asa karena cinta menjadi seorang wanita kuat. Ia sadar, selama ini ia melalui banyak kesusahan sampai ia berhasil tumbuh dewasa atas usahanya sendiri. Semua kesusahan, dirinya yang di masa lalunya pernah hampir kelaparan, diusir dari tempat tinggalnya dan ia juga pernah nyaris berhenti dari sekolahnya karena masalah biaya. Ini bukan masalah hidup mati. Ini hanya urusan mengenai hati.

Dirinya tiba-tiba menjadi semangat.

Jane tersenyum kepada Tuan Reed yang sedikit terkejut mendengar permintaan Jane.

"Bagaimana Julian. Apa kau bisa memberikan hadiahku?" Ujar Jane sedikit menantang Tuan Reed yang baru beberapa detik tadi menyombongkan dirinya.

"Hanya itu?" Tanya Tuan Reed sambil menaikkan alisnya sebelah. Tuan Reed menyimpulkan senyum meremehkan khasnya.

"Ya."

"Baiklah." Ujar Tuan Reed. "Tapi aku memiliki syarat untuk itu." Sambungnya sambil melebarkan senyum khasnya itu.

¤ ¤ ¤

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro