Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. NAME

Sorry guys..  chapter ini dan chapter nextnya ke swap urutannya...

Jadi mohon maaf yang sebelumnya udah terlanjur baca chpter 19. FOOD, chapter itu seharusnya di publish setelah ini...

Mohon maaf atas ketidaknyamanan kalian. Selamat membaca.

¤ ¤ ¤

"Dia adalah pengacara dan orang kepercayaan ayahku." Ujar Tuan Reed sambil memalingkan pandangannya.

"Jadi seperti itu, pantas saja dia sangat kesal bertemu dengan orang itu. Tapi ia tak perlu kesal padaku juga kan?" Pikir Jane.

"Tapi Julian, bukankah sebaiknya kau tak memperlakukannya seperti itu?" Ujar Jane.

"Jangan terlalu ikut campur urusanku, Nona Fisher." Ujar Tuan Reed sambil melepaskan genggaman lengan Jane.

Mendengan Tuan Reed memanggilnya dengan sebutan 'Nona Fisher' hatinya sakit.

"Kau juga harus memanggilku Tuan Reed ketika berada disini. Agar semua tak curiga" Perintah Tuan Reed.

Mendengar Tuan Reed mengatakannya, Jane jadi sedikit lega karena mendengar alasan itu.

"Cepat panggilkan Beatrice!" Perintah Tuan Reed.

Jane dengan sigap menyuruh Beatrice menemui Tuan Reed.

Beatrice dan Jane pun langsung menuju Ruang Tuan Reed. Jane melihat wajah Beatrice sangat pucat. Beberapa kali Beatrice menggigiti bibir bawahnya, gelisah.

Jane ingin menanyakan hal apa yang membuat Beatrice segelisah itu. Namun matanya tertuju kepada seseorang yang baru saja memasuki ruang elevator, Tuan Thompson.

"Aku harus menemuinya!" Jane sangat penasaran dengan kejadian semalam ketika Tuan Reed menemui Tuan Thomoson.

"Beatrice, aku akan pergi menemui kenalanku. Kau pergilah ke ruang Tuan Reed lebih dulu, tak perlu menungguku." Ujar Jane.

Mendengar ucapan Jane, wajah Beatrice semakin gelisah. Jane ingin menanyakan langsung kepada Beatrice mengenai kegelisahannya. Namun tak ada waktu untuk itu, urusan mengenai suaminya adalah urusan prioritas.

Ia langsung berlari kecil menuju elevator.

Setelah ia keluar dari elevator, Jane langsung secepatnya menghadang Tuan Thompson yang sudah hampir mendekat ke pintu keluar.

"Tuan Thompson tunggu!" Teriak Jane memanggil Tuan Thompson.

Tuan Thompson pun berhenti melangkah. Ia cukup terkejut ketika tahu yang memanggilnya adalah Nyonya Reed.

"Nyonya Reed..."

"Saya mohon maaf atas perlakuan suami saya"

"Ya Nyonya, tak apa. Jadi, bisa kita berbicara?"

"Tentu."

"Tapi saya membutuhkan ruang yang privat untuk membicarakan hal ini" Jelas Tuan Thompson.

Jane dan Tuan Thompson pun akhirnya memutuskan berbicang di ruang pertemuan kecil satu lantai dibawah ruang kerja Jane.

Mereka duduk bersebelahan di ruangan kecil dan tertutup itu. Tuan Thompson mengangkat koper kerja miliknya ke atas meja.

Ia membuka koper itu dan mengeluarkan kotak beludru hitam, kemudian memberikannya kepada Jane.

"Ini adalah kado pernikahan dari Ayah Tuan Reed. Ia sudah menyiapkannya sebelum ia meninggal." Ujar Tuan Thompson.

Jane kemudian membuka kotak itu dan ia sangat terkejut melihat isinya yaitu cincin dari rubi merah yang indah.

"Astaga... ini pasti sangat mahal." Ujar Jane.

"Apa ini tak berlebihan?" Tanya Jane.

"Ini belum seberapa Nyonya Reed." Ujar Tuan Thompson. Ia kemudian ia mengeluarkan sebuah box beludru hitam yang lebih besar.

Kotak itu kemudian Tuan Thompson buka dan perlihatkan isinya kepada Jane. Jane lebih terkejut melihat isinya, yaitu satu set perhiasan dari Black Diamond. Yang Jane tahu pasti Black Diamond merupakan mineral langka di bumi ini.

"Tapi, untuk mendapatkan ini, anda harus memenuhi syarat yang diberikan Ayah dari Tuan Reed." Ujar Tuan Thompson. "Anda harus membuat Tuan Reed merubah nama keluarganya menjadi nama keluarga ayahnya seperti dulu. Ketika ibunya meninggal, beberapa tahun setelahnya ia merubah nama belakangnya menggunakan nama keluarga ibunya. Dan Tuan besar ingin Tuan Reed kembali menggunakan nama keluarganya" Ujar Tuan Thompson panjang lebar.

"Jadi, nama Reed merupakan nama keluarga ibunya?" Gumam Jane dalam hati. Ia baru mengetahui hal itu.

Ia kemudian menutup kedua box beludru itu dan menggesernya lebih dekat ke Tuan Thompson, tanda ia menolak semua pemberian mahal dari mertuanya.

"Maaf, saya tak bisa menerimanya" Ujar Jane sambil tersenyum.

Sedangkan Tuan Thompson sangat terkejut melihat respon yang diberikan Jane. Biasanya seorang wanita tak akan menolak diberikan hadiah perhiasan mahal.

Jane tak menyukai cara mertuanya memaksakan kehendak dengan 'menyogoknya' dengan barang-barang mewah. Yang ia tahu pasti, seorang ayah yang baik tak akan melakukan hal seperti itu melainkan melalui pendekatan hati. Selain itu, Jane menghormati keputusan suaminya di masa lalu.

"Baiklah jika anda menolak. Saya harap anda tak menyesal di kemudian hari." Ujar Tuan Thompson memastikan sambil memasukkan dua kotak perhiasan ke koper kerjanya. Dan menutup kopernya rapat-rapat.

"Bisa saya pastikan hari ini dan hari-hari selanjutnya, saya tak akan pernah menyesalinya Tuan." Ujar Jane penuh keyakinan.

"Baiklah, kalau begitu. Urusan saya sudah selesai. Terima kasih atas waktunya Nyonya." Ujar Tuan Thompson bersiap untuk beranjak pergi.

"Tuan Thompson, bolehkan saya bertanya sesuatu?"

"Ya"

"Semalam setelah pesta, sikap Tuan Reed berubah dingin. Apa ada yang kalian bicarakan?"

"Soal itu sama seperti hal yang baru saja kita bicarakan Nyonya, mengenai perubahan nama belakang untuk pemindahtanganan perusahaan." Ujar Tuan Thompson. "Namun, sepengetahuan dari saya Tuan Reed sedari dulu memang merupakan orang yang cukup dingin. Jadi sebenarnya tak ada perubahan sikap darinya dan Nyonya pun tak perlu meminta maaf atas kejadian di ruang Tuan Reed, saya sudah terbiasa." Ujar Tuan Thompson. "Apa ada yang ingin anda tanyakan lagi Nyonya?"

"Ah Tidak. Anda boleh pergi Tuan Thompson." Ujar Jane.

"Baiklah. Semoga hari anda indah Nyonya Reed." Ucap Tuan Thompson sambil membuaka pintu ruangan itu.

Jane hanya diam, tak membalas ucapan Tuan Thompson. Di kepalanya penuh pertanyaan. "Mengapa Julian sangat dingin kepadaku? Sepertinya bukan hanya karena masalah ini saja. Kalau diingat-ingat kembali, semenjak memasuki apartemen setelah upacara pernikahanpun ia tak pernah tersenyum kepadaku Apa salahku? Waktu itu pun Ia tak ingin berdansa denganku." Pikir Jane sambil menunduk lesu. "Aku harus menanyakannya sekarang juga"

Dengan tergesa-gesa ia berjalan menuju Ruang Tuan Reed dengan naik menggunakan tangga darurat.

Sesampainya di ruangannya, tiba-tiba pintu ruang Tuan Reed terbuka dan keluarlah Beatrice dengan wajah memerah dan pipinya dibasahi air mata.

"Beatrice, apa yang terjadi?" Tanya Jane, ia tahu ada yang tak beres dengan rekan seruangannya dulu.

Beatrice pun spontan memeluk Jane, ia menangis dengan lebih keras. "Aku... aku... aku... dipecat." Ujarnya masih terisak.

"Julian... Tega sekali dia. Pasti ini gara-gara pekerjaan Beatrice yang terdapat kesalahan itu. Tapi semua yang ia perbuat kan hanya kesalahan kecil" Geramnya dalam hati

Jane kemudian melepaskan pelukan Beatrice. "Basuh wajahmu dan kembalilah ke ruangan kerjamu. Bertindaklah seakan tak terjadi apa-apa, lanjutkan pekerjaanmu. Aku akan mencoba berbicara dengan Tuan Reed." Ujar Jane sambil mengusap air mata Beatrice.

Beatrice pun mengikuti saran Jane. Ia bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang teraliri air mata.

Sedangkan Jane langsung mendorong pintu Ruang kerja Tuan Reed dengan kuat-kuat.

Tuan Reed yang berdiri di depan coffee table untuk merapikan kertas diatas meja itu sedikit terkejut dengan kedatangan Jane yang membuka pintu dengan kasar. Namun sesaat setelahya ia kembali cuek tak menggubris Jane, ia melanjutkan merapikan coffee tablenya.

"Julian, sebaiknya kau harus mempertimbangkan lagi mengenai pemecatan Beatrice." Ujar Jane. "Dia hanya melakukan kesalahan kecil. Lagipula kau kan tahu dia harus menguliahkan adiknya. Kumohon." Ujar Jane memelas.

"Apa tadi kau menemui Tuan Thompson?" Tanya Tuan Reed, seperti mengalihkan pembicaraan.

"Ya, tapi tenang saja. Aku tak menyetujui apapun mengenai pergantian nama belakang itu." Ujar Jane meyakinkan suaminya jika ia tak membuat persetujuan dengan Tuan Thompson.

"Bukankah sudah kubilang untuk tak menemuinya." Ujar Tuan Reed terdengar marah.

"Maafkan aku Julian. Aku tak bermaksud untuk..." Ujar Jane mencoba menjelaskan pada suaminya yang sedang emosi.

"Sudah cukup!" Tuan Reed membentak Jane. Jane terhenyak kaget mendengar suara Tuan Reed yang keras. "Rapikan barangmu dan pulanglah! Mulai besok kau tak perlu datang ke kantor ini lagi!" Ujar Tuan Reed tegas.

"Tunggu... Maksudmu apa Julian?" Tanya Jane terpancing berbicara dengan nada tinggi.

"Kau terlalu banyak mencampuri urusanku..." Ujar Tuan Reed dingin.

You have a way of coming easily to me
(Kau begitu mudah datang padaku)

And when you take
(Dan saat kau mengambil)

You take the very best of me
(Kau ambil yang terbaik dariku)

So I start a fight
(Maka kumulai berjuang)

'Cause I need to feel something
(Karena kuingin rasakan sesuatu)

And you do what you want
(Dan kau, lakukanlah yang kau mau)

'Cause I'm not what you wanted
(Karena aku bukan yang kau mau)

Oh what a shame
(Oh betapa memalukan)

What a rainy ending given to a perfect day
(Sungguh akhir penuh hujan untuk hari yang sempurna)

Just walk away
(Pergilah pergi)

Ain't no use defending words that you will never say
(Tiada guna membela diri dari kata-kata yang takkan pernah kau ucap)

And now that I'm sitting here thinking it through
(Dan kini saat kududuk di sini
memikirkannya)

I've never been anywhere cold as you
(Tak pernah aku di tempat sedingin tempatmu)

You put up walls
(Kau bangun tembok)

And paint them all a shade of gray
(Dan kau cat semuanya dengan warna kelabu)

And I stood there loving you
(Dan kuberdiri di situ mencintaimu)

And wished them all away
(Dan berharap semua itu sirna)

And you come away with a great little story
(Dan kau datang membawa cerita)

Of a mess of a dreamer with the nerve to adore you
(Tentang kekusutan seorang pemimpi yang berani memujamu)


Oh what a shame
(Oh betapa memalukan)

What a rainy ending given to a perfect day
(Sungguh akhir penuh hujan untuk hari yang sempurna)

Just walk away
(Pergilah pergi)

Ain't no use defending words that you will never say
(Tiada guna membela diri dari kata-kata yang takkan pernah kau ucap)

And now that I'm sitting here thinking it through
(Dan kini saat kududuk di sini
memikirkannya)

I've never been anywhere cold as you
(Tak pernah aku di tempat sedingin tempatmu)

You never did give a damn thing honey
(Kau tak pernah memberiku apa-apa sayang)

But I cried, cried for you
(Tapi aku menangis, menangis untukmu)

And I know you wouldn't have told nobody
(Dan aku tahu kau pasti takkan bilang siapa-siapa)

If I died, died for you
(Andai aku mati, mati untukmu)

Died for you...
(Mati untukmu...)

Oh what a shame
(Oh betapa memalukan)

What a rainy ending given to a perfect day
(Sungguh akhir penuh hujan untuk hari yang sempurna)

Just walk away
(Pergilah pergi)

Ain't no use defending words that you will never say
(Tiada guna membela diri dari kata-kata yang takkan pernah kau ucap)

And now that I'm sitting here thinking it through
(Dan kini saat kududuk di sini
memikirkannya)

I've never been anywhere cold as you
(Tak pernah aku di tempat sedingin tempatmu)

¤ ¤ ¤

TBC

Song : Cold as You - Taylor Swift

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro