11. INVITATION
Srak...
"Tunggu!!" Jane menahan Tuan Reed dengan menutup wajah Tuan Reed yang semakin mendekat wajahnya dengan menggunakan amplop coklat yang ia pegang. "Aku ingin mengajukan adendum!"
"Aku tidak akan membuatnya semudah itu!" Ujar Jane.
Tuan Reed melepaskan lengannya dari tubuh Jane. Kemudian ia mengambil amplop coklat yang menutupi wajahnya secara kasar. Kemudian langsung membuka amplop itu dan membaca kertas perjajian tambahan yang Jane buat di halaman terakhir.
Perjanjian Tambahan
Pihak pertama dan kedua akan melalui masa percobaan selama 1,5 tahun dimana kedua pihak tidak diperbolehkan untuk melakukan perceraian.
Senyum tak simetris kembali mengembang di bibirnya.
"Jadi, hanya ini? Kau ingin menjalani masa percobaan?" Tanya Tuan Reed menggeser duduknya sedikit menjauh untuk memberikan Jane sedikit ruang.
"Ya. Karena, setahu saya masa pernikahan yang paling terberat adalah pada setahun pertama. Dan saya pikir Tuan dan saya belum terlalu mengenal, jadi jika di masa yang akan datang terdapat masalah mengenai ketidakcocokan selama satu setengah tahun itu, salah satu pihak boleh membatalkan kontraknya. Dengan kata lain, setelah masa itu jika Tuan tidak cocok dengan saya, Tuan boleh mencerai.."
BRAKK!!
Tuan Reed memukul keras coffe table yang berada di depannya. Membuat Jane terkejut dan terdiam.
"Kalau seperti itu alasannya aku tidak ingin menyetujuinya. Karena aku tak akan pernah menceraikanmu. Jika suatu saat hal itu terjadi, itu karena kamu yang memintanya." Ujar Tuan Reed dengan nada marah. "Aku sangat serius dengan yang aku ucapkan. Aku takkan pernah melanggarnya. Sebagai buktinya kau bisa masukkan poin itu kedalam kontrak perjanjian yang baru. Dan hapus bagian percobaan yang kau maksudkan itu." sambung Tuan Reed menurunkan nadanya.
"Nanti akan kusuruh Tuan Coleman mengurusnya. Kau diamlah disini." Tuan Reed beranjak dari duduknya sambil membawa berkas kontrak ke tempat Tuan Coleman meninggalkan Jane yang masih terdiam karena terkejut dengan apa yang Tuan Reed katakan padanya. Mulutnya terkunci.
"Tuan Reed sebenarnya apa alasanmu melakukan ini?"
¤ ¤ ¤
"Dengan begini kontrak pernikahan kalian sudah disetujui oleh dua belah pihak" Ujar Tuan Coleman sambil merapikan berkas kontrak rangkap dua yang baru saja ditandatangani oleh Jane dan Tuan Reed. "Tuan dan Nona dapat menyimpannya masing-masing satu rangkap." Sambung Tuan Coleman memberikan berkas-berkas itu kepada mereka berdua.
Tuan Coleman kemudian pergi dari ruangan Tuan Reed dan menutup pintunya rapat-rapat, memberikan ruang untuk Tuan Reed dan Jane berdua.
"Tuan Reed, kau berhutang aatu jawaban padaku." Ujar Jane mengingatkan Tuan Reed.
"Hutang apa?"
"Mengenai alasan lain Tuan memilihku untuk menjalani kontrak itu."
Mendengarnya, Tuan Reed membalasnya dengan senyum tidak simetrisnya. "Apa itu sangat penting bagimu?"
"Tentu saja Tuan"
"Sepertinya aku berubah pikiran"
"Maksudnya?"
"Aku tidak mau memberitahukannya. Kau cari tahu saja sendiri!"
"Bukankah Tuan Reed sendiri yang berkata bahwa akan memberitahukan saya ketika saya sudah memberikan keputusan mengenai kontraknya?"
"Ya itu benar. Lagipula kau sudah menandatanganinya kan? Tandanya kau terikat padaku, alasan seperti apapun tidak akan merubah persetujuan yang sudah kita buat." Ucap Tuan Reed dingin.
"Kau lupa pasal pertama, pihak kedua harus menuruti kemauan pihak pertama. Jadi, jika aku bilang tidak mau mengatakannya, maka aku tak akan pernah mengatakannya meskipun kau memaksa" Sambungnya sambil berjalan mendekati Jane dengan tatapan mengintimidasi.
"Hei. Kenapa Tuan Reed seenaknya saja pada saya?" Ujar Jane kesal. Dalam hatinya agak sedikit menyesal dengan keputusannya yang membuat dirinya terikat dengan orang yang super moody itu.
Tiba-tiba Tuan Reed memeluk Jane. Jane berusaha menolaknya tapi tak bisa, tenaga Tuan Reed lebih kuat darinya.
"Tu.. Tuan Reed..." Ujar Jane gugup sambil menahan degupan jantungnya agar tak terdengar Tuan Reed.
"Ketika berdua saja bersamaku kau tak boleh memanggilku dengan Tuan Reed. Panggil aku Julian."
"Ta... Tapi aku tak biasa."
"Biasakanlah. Itu perintah." Ujar Tuan Reed datar sambil mempererat pelukannya.
"Ju... Julian..." Ujar Jane. Mendengar itu Tuan Reed sedikit melonggarkan pelukannya. "Julian..." Sapa Jane mulai mendongak memberanikan diri menatap mata Tuan Reed. Dan Tuan Reed kembali melonggarkan pelukannya.
"Jadi pria ini yang nantinya akan jadi keluargaku" Gumam Jane dalam hati.
"Julian..." Ujar Jane membalas pelukan Tuan Reed dengan agak ragu-ragu. Tuan Reed melepaskan pelukannya dari Jane.
"Kembalilah bekerja. Kita harus tetap professional." Ujar Tuan Reed dengan muka datar. Kemudian Jane pun ikut melepaskan pelukannya.
Tuan Reed tiba-tiba menarik lengan Jane dan mencium pipi kiri Jane.
"Aaaa..." Jane sontak kaget dan mendorong Tuan Reed sekuat tenaganya hingga Tuan Reed tersungkur dilantai.
"Apa yang anda lakukan Tuan Reed?!" Ujar Jane histeris karena ini pertama kalinya seorang pria mencium pipinya. Kemudian Jane mengusap-usap pipinya dengan telapak tangan, seakan sedang membersihkan ciuman Tuan Reed di pipinya yang mulai kemerahan karena malu.
"Hei. Aku kan sudah bilang, kau harus memanggilku dengan nama Julian!" Ujar Tuan Reed dengan nada tinggi sambil beranjak dari lantai. Ia menyepelekan apa yang ia perbuat barusan.
Jane tak menghiraukannya, ia langsung berbalik dan pergi dengan cepat. Tidak lupa ia menutup kembali pintu ruangan Tuan Reed dengan kasar.
¤ ¤ ¤
"Astaga... Apa sih yang dia pikirkan?!" Gumam Jane dalam hatinya kesal. Terlihat dari caranya yang kasar mengetik di keyboardnya penuh emosi.
"Aaaa... Ini mimpi buruk!!" Suara teriakan histeris seorang karyawan wanita yang seruangan dengan Jane. Semua penghuni ruangan itu pun terperangah ke arah wanita itu, Sara namanya.
"Kalian semua lihat sendiri!" Ujar Sara sambil membagikan selembar kertas silver kepada seluruh ruangan satu persatu.
"Ya Tuhan, Sara kau ini terlalu berlebihan sekali. Ini kan hanya sebuah undangan pernikahan dari..." Ujar Beatrice menganggap Sahabatnya itu terlalu berlebihan. Kemudian dengan seksama ia membaca isi dari kertas silver yang ternyata adalah sebuah undangan peenikahan. "Tuan Reed akan menikah?!! Tak mungkin!" Beatrice pun ikut histeris.
Mendengar kehisterisan dari para karyawati di ruangannya, Jane agak sedikit tinggi hati karena ia lah yang akan menjadi istri pria idaman di kantornya itu.
"Tuan Reed merespon dengan cepat sekali, sampai-sampai ia langsung membagikan undangannya hari ini juga. Tapi dia begitu percaya diri sampai mempersiapkan ini, pasti undangannya sudah ia siapkan dari jauh-jauh hari. Sepertinya dia begitu terburu-buru menginginkanku. Pantas tadi pagi sebelum ia tahu aku tak jadi mengambil cuti, ia sangat gelisah. Pasti ia gelisah karena sudah terlanjur mempersiapkan undangan ini" Ujar Jane dalam hati sambil tersenyum-senyum seakan-akan melupakan rasa kesalnya pada Tuan Reed atas kejadian tadi. " Dia orang yang tak bisa diprediksi, mirip dengan surprise box."
"Siapa wanita beruntung yang akan menjadi nyonya di perusahaan ini?" Tanya Tom yang baru saja diberi undangan itu oleh Sara.
Jane pun bersiap-siap untuk dihujat beribu pertanyaan oleh seluruh penghuni ruangan itu ketika mengetahui wanita 'beruntung' itu adalah dirinya.
"Jane ini untukmu." Ucap Sara sambil memberikan undangan itu kepada Jane. Jane memasang wajah sedikit bingung. Ia menatap undangan yang tertulis di halaman depannya 'Untuk Nona Jane Fisher'. Jane pun membuka undangan itu dan tak ada namanya yang ia dapati di kertas itu.
"Apa ini? Nona F?" Gumam Tom.
"Siapa Nona F? Kenapa nama calon istrinya hanya ditulis dengan satu huruf" Beberapa orang di ruangan itu mulai bertanya-tanya. Kemudian mereka mulai menebak-nebak nama orang-orang ternama yang memiliki nama dengan huruf depan 'F' yang kiranya menurut mereka selevel dengan Tuan Reed.
"Fransesca? Model yang cantik itu?"
"Fabianne? News Anchor di Channel 8?"
"Nona Fae? CEO kantor sebelah?"
Semuanya mulai menebak.
"Siapa sebenarnya Nona F ini?" Tanya Jane dalam hati. Ia merasa Tuan Reed mempermainkannya. Hatinya sakit.
"Kenapa dadaku begitu sesak menerima undangan ini?"
¤ ¤ ¤
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro