Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. FLOWER

Tuan Reed terdiam. Ditutupnya kembali pintu mobil yang baru saja ia buka. Kemudian ia mendekat ke tempat Jane berdiri.

"Aku memilihmu karena..."

Jane menyimak serius kata-kata yang selanjutnya akan keluar dari mulut Tuan Reed.

"Karena apa?"

"Karena aku yakin kau akan menyetujui kontraknya"

"Hah?!" Jane sangat terkejut mendengar alasan Tuan Reed. "Alasan macam apa itu?!"

Dalam hatinya kecewa karena hal yang diucapkan Tuan Reed tidak seseuai harapannya yang menyangka Tuan Reed menyukainya. Ia memutar bola matanya, kemudian membalikkan badannya, beranjak pergi dari tempat itu untuk kembali ke ruang kerjanya.

"Tunggu..." Panggil Tuan Reed.

Jane hanya menghentikan langkahnya, ia tak mau membalikan badannya kembali untuk berhadapan dengan Tuan Reed. Ia tak ingin raut wajahnya yang kecewa diketahui oleh Tuan Reed.

"Ada alasan lain aku memilihmu. Tapi akan kuberitahu ketika kita kau sudah memutuskannya" Lanjut Tuan Reed.

"Alasan lain? Jangan-jangan alasan yang lain itu adalah karena dia menyukaiku.... Tapi dia sangat percaya diri sekali jika aku akan menyetujuinya" Jane merubah raut wajahnya dengan menghiasinya dengan senyum kecil. Ia berharap alasan lain Tuan Reed adalah karena Tuan Reed menyukainya.

Jane kemudian membalikkan badannya dan maju beberapa langkah mendekat ke arah Tuan Reed.

"Apa Tuan berharap saya menyetujuinya?" Tanya Jane dengan percaya diri, gayanya agak sedikit 'menantang' Tuan Reed.

Tuan Reed pun membalasnya dengan senyum tidak simetris diakhiri dengan tawa kecil meremehkan.

"Menurutmu?" Tanya Tuan Reed dengan wajah menyebalkan.

Jane hanya tersenyum sambil menaikkan sebelah alisnya.

"I have no idea, Sir." Ujar Jane berlagak 'jual mahal' kepada bossnya yang misterius itu. Rasanya ia ingin sedikit mengerjai Tuan Reed yang suka bersikap seenaknya.

"Apa maumu?"

"Saya ingin mengajukan cuti selama dua hari."

"Baiklah. Jika itu maumu."

Mendengar hal itu Jane langsung mengembangkan dan membalikkan badannya kembali. Lalu dengan berlari kecil ia menuju tangga darurat untuk kembali ke ruangannya. Untuk hari ini ia tak mau menggunakan elevator, karena takut terjadi insiden seperti sebelumnya.

Tuan Reed membuka pintu mobilnya kemudian masuk dan duduk tepat di depan kemudinya. Sedangkan Jane mempercepat langkahnya sebelum Tuan Reed menyadari sesuatu.

Tuan Reed terdiam, berpikir sejenak.

"Shit!" Maki Tuan Reed, tangannya memukul kemudi mobilnya. Ia mengingat suatu hal. "Dua hari kemudian adalah batas akhir Nona Fisher untuk memutuskan kontrak itu. Bagaimana ia bisa menjawabnya langsung kepadaku ketika ia sedang mengambil cuti?!" Kali ini Tuan Reed benar-benar kesal kepada dirinya sendiri karena telah memberikan jawaban yang spontan kepada Jane. Ia pun berniat mengejar Jane, namun wanita berambut merah itu sudah terlanjur menghilang dari pandangannya.

Sedangkan Jane, hatinya sangat senang bisa mengerjai Tuan Reed. Jane yakin Tuan Reed pasti akan sangat penasaran dengan keputusan yang akan ia buat. Ia melakukan sedikit 'balas dendam' kepada Tuan Reed yang sering membuatnya penasaran.

Namun permintaannya untuk cuti bukanlah semata-mata hanya akal-akalannya untuk membohongi Tuan Reed. Melainkan esok hari ia harus segera melakukan perjalanan ke suatu tempat yang agak jauh dari kotanya.

¤ ¤ ¤

Angin sepoi-sepoi mereduksi rasa panas yang disebabkan oleh matahari terik siang ini. Membuat rambut merah Jane yang dibiarkan digerai sedikit melambai-lambai mengikuti tarian angin.

Ditangan Jane terdapat dua buah bouquet bunga mawar putih, sewarna dengan terusan yang ia pakai hari ini.

"Halo Ayah, Mama." Ujarnya menunduk mengusap sepasang nisan dihadapannya secara bergantian. Kemudian ditaruhnya bunga yang dibawanya di depan dua nisan itu.

"Kalian pasti senang aku sudah menjenguk kalian kembali, padahal seharusnya aku akan kesini tiga bulan lagi." Ujar Jane menyapa kedua orang tuanya yang terkubur jauh di dalam tanah, seakan mereka ada di hadapan Jane.

Dalam enam bulan sekali, Jane biasanya mengunjungi makam kedua orang tuanya yang berjarak dua jam menggunakan kereta lokal dari kota tempatnya tinggal sekarang.

"Apa kalian masih ingat cita-citaku ketika waktu aku kecil? Waktu itu aku bilang ingin menjadi seorang pengantin. Sungguh cita-cita yang aneh bukan? Pasti jika Ayah dan Mama masih hidup, kalian pasti akan menjadikan hal itu lelucon sekarang." Ujar Jane sambil terkekeh pelan.

"Seminggu yang lalu ada seorang pria yang memberikanku sebuah kontrak pernikahan.Yah, kedengarannya pasti aneh. Tapi mungkin secara tak langsung bisa dibilang dia melamarku." Sambungnya dengan pipi merona.

"Setelah aku mengenalnya lebih jauh. Hmm... kupikir ia adalah pria yang baik" Ujarnya. "Tapi ia sedikit mellow" sambungnya sedikit berbisik.

"Dan dia bilang alasannya menikah adalah untuk membentuk sebuah keluarga. Dia adalah pria yang sangat menyayangi ibunya. Kupikir itu adalah hal yang sangat baik untuk seorang yang bisa dijadikan suami. Lalu, kupikir aku sedikit terpikat padanya. Tapi untuk sekarang aku hanya sebatas menyukainya saja."

"Aku sebenarnya tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa kepadanya. Aku harus bagaimana? Dia memberiku waktu yang sangat singkat. Tapi di sisi lain aku juga sangat ingin memiliki keluarga seperti dulu ketika kalian masih ada."

Tiba-tiba hembusan angin sedikit mengencang, merontokkan sebagian kelopak bunga mawar putih yang Jane bawa kemudian menerbangkannya. Beberapa diantaranya tersangkut dirambut Jane, seakan menjadi hiasan cantik di rambut merahnya.

Kemudian ia merapikan rambutnya yang berantakan terkena angin dan membersihkannya dari kelopak bunga yang menempel.

"Apa kalian juga berpikiran yang sama denganku?" Ujar Jane, ia menganggap angin kencang barusan adalah tanda restu dari kedua orang tuanya.

"Kalau begitu aku pergi dulu. Dikesempatan berikutnya aku akan membawanya kesini untuk mengenalkannya kepada kalian."
Jane tersenyum, kemudian ia berdiri meninggalkan tempat itu. Ia akan langsung kembali ke kota tempatnya tinggal untuk memberikan jawaban kepada pria yang 'melamar'nya.

¤ ¤ ¤

Hari ini Jane berdandan cantik untuk momen yang mungkin akan menjadi momen berarti dalam hidupnya. Dengan percaya diri ia memasuki ruang kerjanya dan mendaratkan diri di kursi kerja hitamnya.

Beberapa karyawan di ruangan itu sedikit terpukau melihat penampilan Jane yang tak seperti biasanya. Tentu saja Jane tampil begitu cantik karena ia menghabiskan cukup banyak waktu untuk berdandan dan memilih pakaian pagi ini.

"Hei Jane, bukankah kau mengajukan cuti sampai hari ini?" Tanya Tom.

"Yah. Aku berubah pikiran, Tom."

Tom kemudian melihat tubuh Jane dari bawah sampai atas.

"Apa Tuan Reed sudah datang?" Tanya Jane. "Hei! Apa yang kau lihat?!" Jane merasa risih debgan cara rekan kerjanya itu memperhatikannya.

"Ah! Tidak ada." Ujar Tom gugup, ia langsung memalingkan pandangannya ke arah layar komputernya. "E... maksudku, Tadi kulihat Tuan Reed sudah datang pagi sekali." Ujar Tom salah tingkah.

Jane pun langsung bergegas menuju ke ruangan Tuan Reed sambil membawa amplop coklat yang berisi lembaran persetujuan kontrak pernikahan.

Tok.. tok.. tok..

Jane mengetuk pintu ruangan Tuan Coleman.

"Ya. Masuk" terdengar suara Tuan Coleman dari balik pintu.

Ketika Tuan Coleman melihat ke arah pintu kaca ruangannya ia sedikit terkejut melihat Jane lah yang mengetuk pintu itu. Tuan Coleman bangkit dari tempatnya kemudian bergegas membukakan pintu untuk Jane.

Jane menjadi sangat tak enak hati karena atasannya membantunya membukakan pintu.

"Ah... Syukurlah ternyata Nona Fisher datang hari ini. Bukankah Nona sedang mengambil cuti hari ini?"

"Ada banyak hal yang harus saya urus di sini, jadi saya putuskan untuk kembali lebih awal. Umm... Apa saya bisa menemui Tuan Reed?" Jane sedikit berbohong kepada Tuan Coleman. Alasannya untuk membatalkan cutinya selama dua hari adalah karena sejak awal ia hanya ingin memohon cuti sehari saja untuk menengok makam kedua orang tuanya. Sedangkan ketika Jane meminta izin cuti sebanyak dua hari kepada Tuan Reed adalah karena ia ingin sedikit mengerjai pria sok misterius itu.

"Nona bisa langsung menemuinya di ruangannya." Ujar Tuan Coleman mempersilahkan Jane. "Sepertinya moodnya sedikit jelek" Bisik Tuan Coleman seperti memperingatkan Jane untuk berhati-hati.

Jane berjalan mendekati pintu ruangan tuan Reed, kemudian menarik nafasnya dalam-dalam ketika ia mendorong pintu besar tersebut. Ketika pintu itu terbuka, matanya langsung tertuju kepada Tuan Reed yang sedang berjalan berputar-putar mengelilingi meja kerjanya. Wajahnya terlihat seperti orang yang sedang tertekan.

"Selamat pagi Tuan Reed." Sapa Jane sambil menutup pintu ruangan Tuan Reed.

Tuan Reed langsung menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi berjalan memutari mejanya. Ia menoleh ke sumber suara itu berasal.

"Nona Fisher?!" Ujarnya agak kaget melihat wanita cantik yang berada di ruangannya. "Bukankah kau...? Ah sudahlah itu tak penting..." Wajah gelisahnya memudar, tergantikan oleh mimik wajah yang sumringah.

"Sepertinya aku berhasil mengerjainya." Ujar Jane dalam hati, puas melihat tingkah laku bossnya yang gelisah. Ia yakin Tuan Reed pasti amat gusar menunggu keputusan kontrak dari dirinya.

Kemudian Jane dipersilahkan duduk oleh Tuan Reed. Dan seperti biasa Tuan Reed duduk di egg chair favoritnya.

"Tujuanmu datang ke tempatku pasti untuk mengkonfirmasi mengenai kontrak itu kan? Jadi apa jawabanmu?" Tanya Tuan Reed to the point.

"Saya bersedia melaksanakan kontrak itu." Ujar Jane tegas.

Tuan Reed kemudian beranjak dari egg chairnya. Lagi-lagi senyum tak simetris khasnya berkembang dibibirnya. "Sudah kuduga..." Gumamnya.

Tuan Reed kemudian duduk tepat disamping Jane. Ia menatap wanita yang bersedia untuk dikontrak menjadi istrinya itu, dalam diam ia memuji dandanan Jane hari ini.

Kemudian ia sedikit mendekat ke arah Jane, sedangkan Jane sedikit menyingkir ke sudut sofa. Tangan kanan Tuan Reed menarik lengan kiri Jane agar membuat Jane tetap berada di dekatnya. Tangan kirinya menyentuh pundak Jane, kemudian menjalar ke tengkuk wanita berambut merah itu.

Jantung Jane sangat berdebar, nafasnya menjadi sedikit berat. Bulu kuduknya berdiri ketika Tuan Reed menyentuhnya.

Jane mulai panik. Ia paham pria di depannya itu akan melakukan 'sesuatu' padanya. Jane menjadi sangat ketakutan, itu karena ia tak terbiasa disentuh oleh seorang pria. Dimatanya mulai mengambang sedikit air mata.

"Tenanglah, ini hanya permulaan. Nanti lama-kelamaan kau pun akan terbiasa." Sambil menarik Jane agar lebih mendekat kepadanya.

¤ ¤ ¤


Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro