07. CLUE(?)
Jane mengoptimalkan indra pendengarannya untuk menyimak baik-baik tiap kata yang keluar dari mulut Tuan Coleman.
"Sebenarnya, Tuan Reed adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Pada usianya yang sangat muda, dia berhasil membangkitkan kembali perusahaan yang hampir collapse sampai bisa seperti sekarang ini" Ujar Tuan Coleman.
"Tentu saja ia akan bertanggung jawab penuh, perusahaan itu 'kan memang miliknya. Semua orang yang berada di posisinya pasti melakukan hal yang sama"
"Tapi kerja keras yang ia lakukan bukanlah semata-mata demi kepentingan perusahaan. Tuan Reed melakukan semua ini karena ia sadar ribuan karyawan menyandarkan diri padanya secara tak langsung."
"Aku sama sekali tidak percaya jika orang seperti Tuan Reed sempat memikirkan karyawannya" Pikir Jane. Wajahnya menunjukan ekspresi meragukan pernyataan Tuan Coleman.
"Nona pasti tidak percaya." Tebak Tuan Coleman tepat.
"Apa Nona tidak heran ketika kejadian kemarin, Tuan Reed mengetahui bahwa nona memiliki phobia terhadap gelap? Itu karena Tuan Reed diam-diam selalu memperhatikan karyawannya." Lanjut Tuan Coleman.
"Benar juga?! Kenapa Tuan Reed bisa mengetahuinya?" Pikir Jane.
"Apa Nona masih ingat mengenai Nyonya Smith dari divisi marketing?" Tanya Tuan Coleman.
"Nyonya Smith yang baru saja melahirkan anak ketiganya kan? Dan kalau tidak salah dia baru saja memenangkan hadiah mahal dari produk susu, kabarnya cukup heboh di kantor." Ujar Jane sambil memastikan.
"Ya. Benar sekali Nona. Sebenarnya hadiah yang Nyonya Smith dapatkan adalah pemberian dari Tuan Reed. Namun Tuan Reed merahasiakannya dengan menyuruh orang mengantarnya dan berpura-pura bahwa itu adalah hadiah dari produk susu kehamilan. Keadaan Nyonya Smith pada saat itu cukup meragukan untuk membeli perlengkapan bayi karena kebutuhan dua anaknya sudah cukup mahal. Karena alasan itulah Tuan Reed membantunya membelikan perlengkapan untuk bayinya. Walaupun terlihat tak peduli, sebenarnya dia memperhatikan karyawannya." Ucap Tuan Coleman sedikit panjang.
"Apa? Tuan Reed melakukan hal seperti itu? Ternyata dia adalah orang yang cukup baik. Waktu itupun ia juga menolongku." Pikir Jane sambil mengulang memorinya ketika kantornya mengalami pemadaman listrik. Jane pun mulai meyakini bahwa Tuan Reed adalah orang yang baik dan tidak suka mengumbar kebaikannya. Jane pun tersenyum mendengarkan kenyataan yang membuatnya kagum terhadap bos besarmya itu.
"Lalu? Apalagi yang Tuan Reed pernah lakukan demi karyawannya?" Jane semakin ingin mendengar cerita mengenai kebaikan yang dilakukan Tuan Reed.
"Beberapa tahun yang lalu, Tuan Reed menyuruh saya untuk pensiun, karena melihat saya sudah terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk melayani perusahaannya. Dia meminta saya pensiun agar dapat memiliki waktu dengan keluarga lebih banyak dibandingkan harus bersusah payah bekerja. Bahkan diam-diam Tuan sudah menyiapkan segala keperluan saya ketika pensiun tanpa pernah memberitahukan pada saya."
"Tidak mungkin... Tuan Reed meminta Tuan Coleman untuk pensiun dengan alasan agar Tuan Coleman bisa memiliki waktu untuk keluarganya? Sulit dipercaya. Padahal orang yang berintegritas dan berpengalaman seperti Tuan Coleman sangat dicari dan dibutuhkan dalam aebuah perusahaan. Pantas saja waktu itu Tuan Coleman berkata bahwa diriku tidak akan bekerja melaluinya lagi." Pikir Jane.
"Walaupun Tuan Reed yang meminta secara langsung. Tetap saja saya belum bisa melepaskan pekerjaan ini, karena saya khawatir siapa nanti yang akan mengurus Tuan Reed." Ujar Tuan Coleman.
"Mengurus? Apa Tuan Reed tidak bisa mengurus dirinya sendiri? Bukankah dia sudah dewasa?" Ucap Jane sembari memainkan sedotan dalam gelas yang separuhnya terisi limun hangat.
Tuan Coleman meneguk kopi hitamnya, terlihat dirinya kehausan setelah berbicara panjang lebar.
"Bukan hanya mengurus. Tapi mendampingi Tuan Reed sebagai istri. Jika Tuan Reed sudah menemukan pasangan, barulah saya akan tenang meninggalkan dunia kerja yang saya bangun bertahun-tahun." Ujar Tuan Coleman.
"Jadi alasan Tuan Reed membuat kontrak pernikahan itu adalah agar ia bisa cepat mendapatkan istri dan supaya Tuan dapat pensiun secepatnya?" Tanya Jane berusaha memastikan kesimpulannya tidak salah.
"Tentu saja tidak Nona. Tuan Reed memiliki alasan lain untuk itu. Di usianya saat ini ia memang merencanakan untuk membangun sebuah keluarga." Ujar Tuan Coleman sambil tersenyum. Mendengar ucapan itu, hati Jane sedikit lega karena alasan Tuan Reed untuk menikah karena ia ingin berkeluarga. Bukan berlandaskan alasan pekerjaan ataupun bisnisnya.
"Lalu, kenapa ia membuat kontrak pernikahan itu?" Akhirnya Jane mempertanyakan hal yang mengganggunya belakangan ini.
"Walaupun Tuan Reed orang yang baik, namun dia sangat sukar mempercayai orang lain. Tuan Reed pernah berkata bahwa di dunia ini yang dipercayainya adalah ibunya dan saya selaku orang yang sudah lama bekerja dengannya. Mungkin karena itulah ia membuat kontrak tersebut dengan alasan kesulitannya dalam mempercayai orang lain."
"Dan, kenapa harus diriku yang mengikat kontrak itu dengannya." Tanya Jane.
"Mungkin Tuan Reed tertarik pada Nona dan mulai mempercayai Nona. Mengingat kenalan wanita Tuan Reed sangatlah sedikit. Karena ia tak memiliki banyak waktu untuk hal lain selain mengurus perusahaannya. Sejak masih kecil ia sudah dibebankan untuk menjadi penerus perusahaan ayahnya, dan itu membuat dirinya tak memiliki banyak waktu untuk bermain dengan teman sepantarannya. Dan itu membuatnya tertekan, ditambah dengan waktu itu terjadi sesuatu pada keluarganya." Ujar Tuan Coleman diakhiri sambil meneguk kopinya.
"Sejak kecil harus menanggung beban untuk memimpin perusahaan?! Pasti sangat tidak mudah. Sampai-sampai tidak memiliki waktu bermain, entah mengapa itu mengingatkanku pada waktu remaja ketika aku harus bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang. Tapi setidaknya karena Tuan Reed orang yang cukup kaya, dia tidak pernah merasakan rasanya kelaparan" Memori Jane mengulang kembali ke masa dirinya bekerja paruh untuk menghidupi dirinya sendiri ketika ia masih sekolah.
"Memang apa yang terjadi dengan keluarga Tuan Reed?" Tanya Jane penasaran dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Tuan Coleman.
"Untuk persoalan itu, sebaiknya Nona tanyakan saja langsung kepada Tuan Reed." Ujar Tuan Coleman, dari bahasa tubuhnya terlihat bahwa hal tang ditanyakan Jane tidak bisa dijawabnya.
Melihat respon dari lawan bicaranya itu, Jane mengerti bahwa hal tersebut adalah hal yang tak boleh diceritakan.
"Bagaimana jika Nona menanyakan langsung pada Tuan Reed sembari mengembalikan pakaian yang dipinjamkannya?" Ujar Tuan Coleman memberi ide.
Jane hanya tersenyum. Terngiang dikepalanya kata-kata Tuan Coleman di bagian 'Mungkin Tuan Reed tertarik pada Nona dan mulai mempercayai Nona'.
"Apa mungkin Tuan Reed tertarik padaku? Bagaimana bisa? Aku saja baru pertama kali bicara dengannya pada saat ia memberikan kontrak itu." Pikir Jane. Di dalam hatinya senang karena merasa beruntungnya ia dapat mengetahui sisi baik hati Tuan Reed.
Tersisa empat hari lagi untuk memutuskan jawaban dari kontrak itu. Sedikit demi sedikit Jane mengetahui hal-hal mengenai Tuan Reed. Dari penjelasan yang ia dengar dari Tuan Coleman membuatnya sedikit kagum terhadap Tuan Reed.
¤ ¤ ¤
Hari ini merupakan tiga hari terakhir untuk menjawab permintaan kontrak dari Tuan Reed. Namun sedari pagi ketika bertemu, ada saja hal yang membuatnya tak bisa berbicara langsung mengenai Tuan Reed. Tuan Reed seperti menghindari Jane.
Padahal hari ini Jane berniat untuk mengembalikan pakaiannya. Ditambah lagi Tuan Coleman, orang yang bisa dimintai bantuan olehnya, hari ini tidak masuk kantor.
Jam sudah menunjukkan waktunya pulang kantor, Tuan Reed terlihat berlalu di koridor menuju ke elevator untuk segera pulang. Jane yang melihatnya pun langsung terburu-buru mengejarnya berniat mengembalikan pakaiannya.
"Tuan Reed... Tuan Reed..." Panggil Jane. Namun pria itu terus berjalan berpura-pura tak mendengar suara Jane.
"Sepertinya ia sengaja menghindariku. Apa dia marah padaku karena aku langsung meninggalkan apartemen nya tanpa pamit?" Gerutu Jane dalam hati.
Tuan Reed tetap berjalan mendekati elevator. Jane pun tak menyerah, ia mempercepat langkahnya.
Namun Tuan Reed sudah terlanjur masuk ke dalam ruang elevator.
Tiba-tiba Jane mengingat perkataan dari Tuan Coleman. 'Terkadang Tuhan memberikan sedikit clue terhadap pengikutnya untuk menentukan pilihan yang akan menjadi takdirnya.'
"Tuhan, berikanlah aku clue. Buatlah aku bisa berbicara padanya hari ini jika kontrak Tuan Reed bisa kupertimbangkan lagi." Doanya dalam hati.
Jane mengerahkan seluruh kekuatannya untuk berusaha masuk dalam elevator yang dinaiki Tuan Reed.
Namun ketika Tuan Reed melihat Jane yang berusaha masuk mengikutinya, ia pun langsung menekan tombol untuk menutup pintu elevator.
"Mungkin memang tidak bisa..." Jane sedikit menyerah, pasrah pintu elevatornya tertutup dihadapannya. Jane berusaha menstabilkan nafasnya yang terengah-engah karena berlari.
"Ya. Sepertinya aku harus menolak kontrak itu." Pikirnya.
Tiba-tiba pintu elevator kembali terbuka. Seseorang wanita yang sedang berdiri mengobrol dengan wanita lain di dekat elevator membantunya menekan tombol elevator agar sedikit tertahan.
Jane pun langsung cepat memasuki elevator itu. Tak lupa ia ucapkan terima kasih kepada wanita itu.
Pintu elevator pun tertutup.
"Huh..." Tuan Reed membuang nafas, kesal Jane berhasil masuk ke elevator yang ia naiki. Dan sekarang mereka hanya berdua di dalam ruang sempit itu.
Jane mengatur nafasnya. Kemudian Jane memandang ke arah Tuan Reed yang kesal memandangnya.
"Tuhan, inikah clueMu"
¤ ¤ ¤
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro