Prolog
"APA?? Bayiku hilang?" Teriak Alice saat mendengar bayinya hilang.
"Ma maaf.. Bu, ini karena kelalaian kami." Kata bidan gugup karena merasa bersalah.
*FlashBack*
"Ayo... Bu, dorong lagi.. Bayinya mau keluar.." Kata bidan.
"Oee... Oee..." Terdengar suara bayi yang sudah keluar. Tapi sang ibu pingsan sebelum sempat melihat anaknya.
"Bayi yang cantik, dia mengingatkanku pada Rena, anakku yang telah tiada." Ucap bidan itu sambil menggendong bayi tersebut.
"Tidak! Apa mungkin dia adalah reinkarnasi Rena? Iya! Aku yakin bayi ini adalah reinkarnasi Rena. Aku akan membawanya pulang, merawatnya dan memberikannya nama Rena!" Bidan itu baru kehilangan anaknya 6 bulan yang lalu.
*FlashBack Off*
"Saya tidak mau tahu. Bayi saya harus kembali." Ucap Ivy, suami Alice.
"Maaf, tidak banyak yang bisa kami lakukan." Ucap bidan yang biasanya disapa akrab Bidan Eneng.
"Bahkan kami sudah memberinya nama 'Minnie' dan hanya melihatnya sekali" Ucap Alice sambil menangis.
"Saya tidak mau tau.. Saya akan tutup klinik ini." Ucap Ivy sambil berjalan meninggalkan Bidan Eneng bersama Alice.
***
17 tahun kemudian
"Chaki!" Teriak seseorang. Yang merasa dipanggilpun menoleh kearahnya. "Hoi, apa kabar lo? Udah lama gak ketemu! Mau ke pameran buku di taman matcha juga ya?"
"Iya.." Kata Chaki kaku. Yang menyapanya adalah Nana, teman smp-nya.
"Sombong banget sih, lo udah gue add di macem-macem sosmed tapi nggak ada yang ditanggepin!" Ucap Nana nyindir.
"Aaah! Oh iya ya? Haha lupa, lupa! Beneran! Banyak notifikasi sih.." Ucap Chaki gugup.
"Tapi masih inget gue kan?"
"Oh iya dong! Elo... Apa kabar lo? Gimana? Gimana? Sehat kan... elo?" Ucap Chaki sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Nana hanya menatapnya malas. Lalu pandangannya teralihkan ke anak kecil disebelah Chaki.
"Halo dedek cantik, namanya siapa?" Tanya Nana tersenyum.
"Aku Pinki, udah kelas 5 SD." Ucapnya bangga.
"5 SD? Kamu mah lima tahun, dek!" Ucap Nana tak percaya karena tubuh Pinki yang mungil dan wajahnya yang imut.
"Adik ini siapa lo?"
"Dia adik gue!"
Lalu mata Nana melihat teman-teman Chaki disampingnya.
"Cowok culun ini... Elo Noel kan?... Inget gue kan pastinya..."
"Inget kok." Ucap Noel malu-malu.
"Kalo cewek ini Sena kan ya namanya?"
"RENA!" Ucapnya sinis.
"Elo juga inget gue kan?"
"Inget lah." Jawab Rena dengan nada yang agak keras hampir seperti teriak.
'Galak amat jawabnya' ucap Nana dalam hati.
"Berarti cuma elo yang lupa nama gue, chak. Tega banget sih, padahal kita dulu udah ngobrol-ngobrol akrab lho." Kata Nana kecewa. "Dilupakan oleh sesamanya... Itulah hal yang paling tragis yang bisa terjadi pada makhluk sosial seperti kita."
'Siapa ya namanya? Rina? Rona? Nara? Nara?' Pikir Chaki dalam hati.
"Oh ya... Gue bareng ya kita kan searah."
"Bo.. Boleh kok." Kata Noel gugup.
*setelah berjalan beberapa saat, akhirnya jeno dan kawan-kawan tiba juga di pameran buku...*
Mereka, berpencar. Chaki, Noel dan Pinki menuju ke rak buku pelajaran. Sedangkan Rena dan Nana menuju ke rak novel.
"Hai Ren, cari buku apa?" Tanya Nana ramah. Tapi tidak bagi Rena, ia malah berpikir Nana hanya pengganggu.
"Biasa deh, nyari novel..." Sambil menunjukkan novel 'Cindy sang Penyihir'.
"Eh, tunggu, itu kan 'Cindy sang Penyihir' !? Buku yang ketiga?"
"Hah, iya, lumayan lagi diskon. Emang lo baca juga?" Tanya Sena.
"Are you kidding me? 'Cindy' itu novel favorit gue." Kata Nana hampir histeris. "Semua seri novelnya bahkan komiknya udah gue tamatin! Lo tau bagian favorit gue? Di buku kedua, pas Cindy terperangkap di masa depan!"
"Ooh iya, iya! Yang pas sapu terbangnya rusak kan?" Kata Sena mulai tertarik omongan Nana.
"Iya.. Itu adegan tersedih. Cindy menatap ke sapu terbangnya yang rusak, terus ngomong.."
"Engkau adalah sahabat sejatiku. Kau selalu bersamaku. Terima kasih untuk segalanya, maaf aku tidak bisa menjagamu." Ucap Nana dan Rena barengan.
"Wah, emang tuh episode bikin gue hampir nangis." Ucap Nana.
"Iya sama gue juga. Disitu terasa banget perjuangannya." Mereka bercerita sampai tidak menyadari kedatangan Chaki, Noel, dan Pinki.
"Tau juga kan na, pas Cindy ketemu sama pembunuh orang tuanya? Wah... Gak nyangka banget ternyata pamannya sendiri!"
"Tau dong! Keren banget dialognya."
"Cieeee Kompak nih yeeee." Kata Chaki dan Noel, membuat Nana dan Sena malu.
"Kalian udah dapet bukunya?" Kata Chaki sambil berjalan menuju ke tempat duduk."
"Udah. Fyuh! Lumayan, dapet banyak!" Ucap Sena.
"Eh gue cariin minuman yang seger dulu ya!" Ucap Nana sambil pergi meninggalkan Chaki dkk.
"Eh, gue pikir si Nana anak yang songong loh. Ternyata dia anaknya baik."
"Tuh makanya Ren, jangan lihat orang dari luarnya aja." Ucap Chaki menasehati.
"Hai hai hai! Kita minum dulu yuk!" Ucap Nana yang baru datang dengan membawa minuman.
Mereka berbincang- bincang sambil bercanda sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.
"Guys, gue pulang dulu ya.. Takut dicariin nyokap." Ucap Nana sambil berdiri dan mengambil bukunya dan segera berlari.
"Iya.. Hati-hati yaa!" Kata Chaki, Nana hanya menyatukan jari jempol dan telunjuknya tanda OK.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro