Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⚠️🔞 Confinement ⚠️🔞

Tower of God milik SIU

⚠️🔞 WARNING R18 AREA MOHON DIBACA DENGAN BIJAK 🔞⚠️

Alternative Universe dimana Baam hanyalah seorang mahasiswa biasa dan Khun yang bekerja sebagai hacker/informan yang dikenal 'gila' dan psikopat.

Clueless Baam x Psiko+dom!Bottom Khun

.

~o0o~[BaamKhun]~o0o~

.

Ketika dadu itu terlempar.

Jiwa, tubuh dan hatimu dipertaruhkan.

Saat putaran dadu itu berhenti.

Kau tak bisa menolak apa yang terjadi.

Selamat datang di 'neraka'.

.

.

.

Hujan semakin deras membuat jarak pandang semakin pendek. Langit malam yang gelap ditambah angin yang berhembus kencang menambah kesan suram di hari yang mencapai tengah malam ini. Jalanan sepi yang hanya segelintir kendaraan yang lewat membuat sesosok pemuda makin menghela napas berat.

Ia tidak punya waktu untuk terus terjebak dalam hujan seperti ini. Dirinya harus segera pergi untuk mencari seseorang. Seseorang yang akan membantunya dalam masalahnya. Namun karena dia tidak membawa payung, ia terpaksa berteduh di depan sebuah rumah tua yang tak berpenghuni. Ingin ia membeli sebuah payung di toko terdekat namun nihil. Di sini tidak ada minimarket karena daerah sini termasuk daerah yang terisolasi. Bahkan setelah setengah jam sosok itu berdiri di samping jalan utama, tak ada satu pun kendaraan yang lewat.

Sosok itu mengusapkan kedua tangannya mencoba menghilangkan rasa dingin. Dirinya mendengus pelan tentang mengapa orang yang dicarinya harus tinggal di sebuah desa yang tidak berpenghuni seperti ini. Sejauh mata memandang pun yang ada hanya rentetan rumah tua tak terurus. Karena tidak ada waktu lagi, dia pun berlari menerobos hujan deras.

Setelah beberapa menit berlari, ia akhirnya sampai di tempat tujuannya. Sosok itu memandang bangunan yang cukup terlihat baru diantara yang lainnya.

Menguatkan hati, ia membulatkan tekad untuk menemui orang itu. Dirinya menoleh ke belakang sejenak untuk melihat keadaan. Masih seperti tadi, sepi, suram dan tidak ada satu orang pun yang lewat.

Sosok itu kemudian memberanikan diri untuk masuk ke dalam sana. Ia menggigil merasakan hawa dingin yang ada di ruangan itu, mungkin ini disebabkan pakaiannya sedang basah.

Iris amber miliknya memandang ruangan gelap namun bersih tersebut dengan pandangan cemas. Ruangan ini mengingatkannya pada film hantu. Sosok itu berjalan ke arah satu-satunya tangga yang ada di sana. Rasa was-was menyusup ke dalam hatinya. Ia pun tak sadar kalau keringat dingin sudah membasahi dahi dan turun ke leher.

Di depannya kini ada sebuah pintu yang lumayan bagus. Ia berpikir mungkin ini adalah ruangan orang itu. Sosok itu menghela napas lega. Kakinya melangkah dengan riang untuk membuka pintu tersebut. Meskipun dia tahu kalau bayaran untuk meminta bantuan orang ini akan sangat tinggi--ia tak peduli hal itu.

Tangannya menyentuh kenop pintu dan membukanya perlahan. Saat bola matanya memandang isi ruangan, ia terkagum.

Memang ruangan itu gelap, tapi dia bisa melihat sebuah meja yang ukurannya besar beserta beberapa komputer di atasnya di sudut sebelah kanan. Sedangkan di sebelah kiri ada tempat tidur ukuran king size. Anehnya, ia tak melihat ada satu jendela pun di sana. Dirinya hanya melihat pintu kamar mandi. Kenapa ruangannya sangat tertutup seperti ini?

Dia hanya diam di depan pintu. Ia tidak berani masuk karena tak ada seorang pun di sana. Dirinya merasa cukup bersalah karena masuk ke rumah orang sembarangan tanpa izin.

Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka dan menampakan seseorang berambut biru muda yang baru selesai mandi. Ia melihat sosok yang baru keluar dari kamar mandi tersebut hanya menggunakan handuk yang dililitkan dipinggangnya. Kulitnya sangat pucat disertai wajah yang menawan. Apalagi kilatan biru tua di matanya. Membuatnya merona dan gugup sampai dia membanting pintu.

Blam!

Ia menyandarkan punggungnya pada pintu. Betapa tidak sopannya ia saat ini, tujuannya kesini kan untuk meminta bantuannya. Kenapa dirinya harus datang di situasi yang tidak tepat. Meskipun pada dasarnya dia laki-laki tetap saja ia akan merasa malu jika melihat orang lain dengan badan terekspos seperti itu. Terutama jika orang itu memiliki badan yang bagus dan indah. What? Dirinya bicara apa sih. Pasti ini gara-gara kaget. Ya gara-gara kaget bukan kagum.

Ckrek!

Pintu dibuka oleh si pemilik kamar. Sosok tadi yang masih menyandar di pintu otomatis terjatuh dengan tidak elitnya ke belakang. Berterima kasihlah pada si pemilik kamar karena sekarang ia sudah memakai pakaiannya, meski kemejanya tidak terkancingkan semua. Yang penting dirinya tidak perlu ber-blushing lagi.

"Maaf, apakah namamu Khun Aguero Agnis?" tanya sosok tadi pada si pemilik kamar yang masih bereskpresi datar.

"Ya, kau sudah tahu konsekuensinya jika ingin meminta bantuanku kan?" tanya Khun seraya menatap sosok berambut cokelat di depannya. Tatapannya datar namun menyimpan sejuta rahasia yang membuat sosok di depannya merinding.

"Iya aku sudah tahu, aku berani mempertaruhkan nyawaku asalkan Ha Jinsung selamat. Oh iya namaku—"

"25th Baam," potong Khun seraya berbalik dan masuk kedalam kamarnya.

Baam mengedip-ngedipkan matanya heran. Padahal ia sama sekali tak memberitahu apapun atau bahkan janjian sebelum bertemu, lalu kenapa Khun mengetahui namanya? Benar-benar orang yang menakutkan, apalagi dengan tatapannya itu. Baam dibuat merinding dan tak nyaman.

Tapi itu tak akan membuat Baam menyerah untuk meminta bantuannya, ia sudah meneguhkan hatinya. Hal yang dia inginkan hanyalah keselamatan Ha Jinsung yang tidak diketahui keberadaannya semenjak sebulan yang lalu. Ia sudah mencari ke semua tempat bahkan berkeliling, namun tak kunjung mendapat informasi. Lalu temannya menyarankan untuk datang ke tempat ini, Baam pun mencoba dan berhasil. Meski hidupnya dipertaruhkan.

Remaja berambut cokelat itu ikut masuk ke dalam kamar. Ia berjalan menuju Khun yang sudah duduk di depan komputernya. Baam bisa melihat senyuman licik terpatri di bibir Khun. Dirinya tak ambil pusing akan hal itu, ia hanya ingin ayah angkatnya selamat.

"Jadi kau mencari Ayah angkatmu?"

Baam sekali lagi kaget bukan main. Bagaimana Khun mengetahui tujuannya? Padahal dia belum memberitahu apapun pada sang bluenette.

"Jika kau bertanya mengapa aku tahu, jawabannya sangat mudah. Semuanya terlihat jelas di wajahmu," Khun berucap seraya mengutak-atik komputernya dengan gerakan yang sangat cepat. Bahkan Baan sendiri bingung tentang apa yang Khun ketik atau apa yang Khun lihat. Sudahlah, seorang hacker dan informan seperti Khun pasti lebih tahu dari pada klien seperti dirinya.

Menurut teman Baam. Khun itu orang aneh--ada juga yang berpendapat gila. Khun lebih memilih untuk tinggal sendirian di desa tua yang sudah tidak terpakai agar tidak bersosialisasi dengan orang lain.

Khun itu orang yang tidak suka hal merepotkan dan cenderung malas, tapi kemampuan dalam komputer dan perangkat lunaknya sangat luar biasa. Katanya Khun menjual berbagai software buatannya sendiri untuk mendapatkan uang dan bekerja sebagai informan atau hacker sebagai pekerjaan sampingannya dengan berbagai 'harga'.

'Harga' itulah yang menurut orang lain gila. Khun akan meminta hal yang diluar akal manusia sebagai bayarannya. Maka dari itu jarang yang meminta bantuan dari sang jenius informan ini.

"Ayah angkatmu ada di Kyoto, dia baik-baik saja. Dia dirawat di sebuah rumah sakit dan akan dibebaskan dalam 3 hari,"

Mendengar penjelasan Khun. Si kepala cokelat langsung menatap layar komputer yang terdapat daftar identitas beserta fotonya. Lega sekali rasanya. Seumur hidup ini adalah rasa terlega yang pernah Baam rasakan. Tanpa panjang lebar Baam langsung mengambil ponselnya dan menelpon kenalannya tentang keberadaan Jinsung.

"Jadi, apa bayarannya?" tanya Baam hati-hati. Temannya pernah berkata kalau Khun akan menyuruh orang yang meminta informasi agar melakukan hal yang aneh, seperti menusuk dirinya sendiri dengan pisau, merasakan panasnya api, memotong salah satu jari, mencabut kuku, mengambil organ tubuh, dan hal-hal berbau menyakiti diri sendiri lainnya.

Baam sudah siap dengan itu semua. Tangannya yang patah pun tak apa. Yang Baam herankan itu kenapa Khun sangat sadis seperti itu, padahal wajahnya tak menggambarkan demikian. Oh Baam kau hanya belum melihat sisi 'lain' dari sang hacker.

"Kau,"

"Huh? Bisa diulang?" Baam tidak salah dengar kan? Apa itu artinya dia harus mengakhiri hidupnya di sini?

"Kau." Jawabnya sambil menyeringai.

Baam menghela napas panjang, sudah ia duga kalau hal ini akan terjadi. Maka dari itu Baam segera mengambil sebuah pisau dan berniat untuk menusuk jantungnya sampai sebuah tangan menghentikan aksinya seraya merebut pisau itu.

Khun mendorong Baam ke arah tembok terdekat. Baam sedikit meringis karena sakit di punggungnya. Sang brunette mengerti kalau Khun akan melakukannya sendiri. Dia sudah siap untuk mati kali ini.

"Uh," pipi Baam terasa perih akibat goresan pisau itu, darah segar kemudian mengalir. Oke, kali ini Baam tidak mengerti apa yang akan Khun lakukan. Menyiksanya sampai mati?

Sang remaja cokelat lalu merasakan benda hangat dan basah di pipinya. Ia terdiam sejenak. "Uh, kenapa kau menjilati pipiku?" gagapnya. Baam mulai merasakan sensasi aneh lainnya yang bergejolak di dalam hati. Ia juga merasakan tubuh Khun yang terus menekannya ke dinding. Akhirnya Baam hanya bisa menggeliat tak nyaman. Lagipula ini termasuk bayarannya kan?

"Kau pikir bayarannya adalah nyawamu?" bisik Khun dengan nada seduktif. Dia pun menenggelamkan kepalanya di leher Baam seraya mengendusnya. "Sayang sekali, bayarannya adalah jiwa, tubuh, dan hatimu." lanjutnya sambil menjilati telinga Baam.

--bruk!

Tanpa aba-aba Khun membanting Baam ke arah tempat tidur, reflek sang informan yang cepat membuat sang brunette kurang siap sehingga ia tak sadar jika kedua tangannya sudah diborgol di sisi ranjang. Khun saat ini tengah duduk di pangkuan Baam dengan kepala yang tersandar di bahu sang pesulap. Tindakan dari sang bluenette tentunya membuat Baam mengedipkan matanya berkali-kali--tanpa tahu jika Khun saat ini tengah menyeringai lebar merencanakan sesuatu 'menyenangkan'.

“Huh?”

Sebelum Baam memproses apa yang sedang terjadi, bibirnya sudah ditawan dalam sentuhan lembut dan sensual--membuat Baam kaget dan sedikit mengerang karena ciuman tiba-tiba yang Khun berikan.

Khun kemudian mengeluarkan lidahnya untuk menggoda bibir Baam yang masih menutup dengan tak sabaran--seolah dikuasai oleh nafsu. Otak Baam yang akhirnya bisa berjalan dengan lancar mulai mendorong Khun menjauh, ia cukup kebingungan dengan perubahan suasana yang tiba-tiba.

“Khun--ah! Tunggu--“. Baam berusaha menjauhkan wajahnya--yang sudah memerah--dari lumatan yang Khun berikan--ia juga berusaha setengah mati untuk tidak terhanyut ke dalam permainan lidah Khun--karena sungguh! Ini pertama kalinya dia berciuman dan dia tidak tahu kalau hal memalukan ini cukup nikmat untuk dilakukan.

Khun yang merasakan kalau lidah Baam yang mulai aktif mengusir invasinya ke dalam mulut sang brunette--membuatnya lebih bersemangat hingga mengajaknya beradu sampai keduanya mendesah tetahan--akibat mulut mereka yang terus bercumbu tanpa henti.

“Ngghh--“

Oksigen yang sudah habis mengakibatkan tautan mereka terlepas dengan jembatan saliva di antara mulut keduanya. Khun menjilat bibirnya dengan senyuman seduktif. Manik birunya menatap Baam yang masih terengah dengan bola mata emasnya yang berkabut.

Senang akan reaksi Baam yang mulai hanyut dalam permainannya. Khun lalu menggerakan tangannya ke selakangan Baam dan meremasnya.

“Ah!” Baam memekik pelan ketika merasakan lengan Khun yang meremas miliknya dengan gerakan sensual--membuat benda di sana mengeras--Baam terkejut melihat reaksinya sendiri. Tidak ada yang pernah menyentuh bagian itu selain dirinya. Dia tahu jika ia harus 'membayar' sesuatu pada Khun. Baam sudah mempersiapkan nyawa, tapi ia tidak menyangka bahwa 'harga'nya adalah ini.

Baam sangat malu dengan 'reaksi'nya saat ini.

Sementara itu, Khun menyeringai kecil dan memposisikan wajahnya di depan gundukan celana Baam. Ia kemudian menjilat gundukan itu sambil membuka seleting celana Baam--yang tentunya membuat sang empu-nya mengerang halus.

Amber-nya membola ketika melihat Khun yang tengah membuka celananya dan menatap kejantanannya dengan lekat.

Menahan tawa saat melihat Baam yang memandangnya horor namun tetap bersikap patuh, Khun pun mengeluarkan kejantanan milik Baam dan meremasnya dengan gemas. Setelah itu sang informan mulai menciumi benda mengeras itu dengan lembut sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Ia bisa merasakan kejantanan Baam berkedut ketika ia mulai mengulumnya dengan tempo lambat. Tekstur keras namun lembut dengan suhu panas yang berada di dalam mulutnya, membuat Khun sedikit bersenandung karena puas dengan ukurannya.

“Ah--”

Baam kembali mengerang, mulut basah, lembut dan panas itu menyelimuti miliknya dengan gerakan lambat. Ia menutup bola matanya erat. Jilatan; hisapan; ciuman dan remasan yang Khun berikan benar-benar sempurna seolah hal yang sudah biasa ia lakukan.

“Aah--ah!“ Baam melenguh cepat dengan napas memburu, ia bisa merasakan bahwa miliknya telah mengeluarkan cairan pre-cum dan sebentar lagi akan ‘keluar’.

Saat Khun memainkan mulutnya dengan lebih cepat dan erotik. Baam menutup kedua matanya, tangan yang terborgol mengepal erat sampai dia menggelinjang tanda mencapai puncak.

Sang brunette kehabisan napas, ia menundukkan wajahnya sejenak sebelum mendongkak dan menatap Khun yang tengah membersihkan sisa cairan putih di wajahnya. Selama ini Baam selalu menjaga kepolosannya dengan tidak melibatkan diri terhadap gambaran tak senonoh. Namun, dia tidak bisa menahan diri jika pose yang Khun berikan saat ini sangat terlihat mengundang.

Ugh, Baam ingin menenggelamkan diri di dalam laut. Tapi penampilan cantik dari pemuda di depannya terlalu indah, seringaiannya yang seduktif. Manik birunya yang tak berhenti untuk menatapnya lekat. Serta kulit putih pucat yang kini terpampang tanpa pakaian--uh, what?

Khun saat ini tengah telanjang di depannya.

Baam berusaha untuk menenangkan diri, kepalanya serasa meledak karena emosi berlebih. Tidak, ia tidak bisa berpikir jika Khun terlihat cantik di depannya bukan? Dia hanya sedang 'membayar'. Khun hanya--

"Ppft--" Khun menutup mulutnya menahan tawa. Tangannya ia lingkarkan di bahu Baam. Mulutnya mulai menjilati telinga sang brunette. "Aku bilang kalau aku ingin hati, tubuh dan jiwamu bukan?" Bisiknya dengan nada menggoda. Tangan jahilnya mulai meraih celana Baam dan membuangnya ke lantai.

Mendengarnya Baam mengangguk kecil, semenjak ia memutuskan datang kesini. Dirinya sudah menyiapkan diri dengan nyawanya.

"Maka nikmatilah, dear~" Khun mengecup bibir Baam singkat. Azure-nya mengerling dengan obsesi aneh. "Mulai saat ini, kamu milikku."

Karena kau sudah menangkapku dengan matamu yang sangat polos dan murni--tambah Khun dalam hati.

Baam sedikit memekik saat tangan Khun kembali membelai bagian sensitifnya. Mulutnya juga kembali diklaim dalam pagutan panas hingga ia kembali mengeras di bawah sana. Sang brunette merasakan jika Khun menyeringai senang saat ia kembali 'bangun'.

Manik emasnya yang selalu tertutup kala berciuman, terbuka sedikit untuk mengintip ekspresi Khun yang saat ini masih melumat mulutnya dengan agresif. Menuruti kata hati, ia mulai aktif menggerakan lidahnya dan berusaha menahan dominasi Khun di mulutnya.

Merasakan gerakan halus Baam, Khun membiarkan sang brunette mengambil alih invasi dan tertawa dalam hati. Gerakan Baam terasa sangat kaku dan tidak terampil--lucu dan menggemaskan.

Setelah tangan Khun selesai bermain dengan milik Baam yang sudah kembali mengeras. Ia mulai mempersiapkan dirinya dengan satu jari.

Baam berkedip saat ia berhasil mengambil alih ciuman mereka ke dalam ritme yang lebih lambat dan sensual. Bola mata emasnya bergerak dari wajah Khun yang nampak menikmati sesi ciuman mereka, lalu ke bawah dan tak sengaja melihat benda milik Khun yang sama-sama mengeras.

Ia mendapati Khun yang tengah memasukan jarinya ke bagian selatan tubuhnya.

"Penasaran?" Suara serak Khun terdengar parau di telinganya. "Kau akan menyukainya~"

Baam yang masih mencerna perkataan Khun mengerutkan kening. Ia kembali merona saat melihat sang bluenette yang mengerang nikmat dengan kegiatannya. Memalukannya lagi, ia merasa lebih terangsang dengan pemandangan di depannya.

"Kau tahu kalau kau sangat lucu saat menunjukan ekspresi itu?" Khun kembali duduk di perutnya. Tatapannya tak lepas dari Baam yang berkedip kebingungan. "Aku ingin menodainya, mengotori mata polosnmu dengan awan berkabut (nafsu) yang hanya kau tunjukkan padaku."

Dengan itu, Khun mengangkat badannya dan memposisikan diri tepat di atas kemaluan Baam. Ia menyeringai lebar kemudian menekan benda keras itu ke lubang sensitifnya.

Keduanya mengerang akan kontak tersebut. Khun yang berusaha untuk memasukan lebih dalam. Sementara Baam yang melenguh akibat perasaan asing nan hangat yang menyelimuti kejantanannya.

Saat benda milik Baam tertanam seluruhnya, ia menutup matanya erat. Ia tak terlalu bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Hanya saja Baam begitu senang dan nikmat. Kemaluannya seakan diselimuti daging hangat yang sangat ketat dan memuaskan.

"Uh--ah!" Khun dan Baam mengerang saat sang bluenette menggerakan pinggangnya tiba-tiba. Gesekan yang ditimbulkan oleh kedua organ mengakibatkan suara cabul memalukan bergema di ruangan.

Khun terus menggerakkan pinggangnya dengan ritme lebih cepat, wajahnya sudah sangat merah dengan keringat yang mengucur. Menambah kesan erotis di mata Baam yang sedikit frustasi karena gerakan sang bluenette yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Jika saja dia bisa bergerak, Baam ingin mendorong Khun dan menyelam lebih dalam dan cepat. Ia juga ingin menggigit dan menyentuh kulit pucat Khun yang sedari tadi hanya bisa ia tatap. Uh, sejak kapan dia punya pemikiran seperti itu?

Tidak masalah, saat ini Baam benar-benar tidak tahan dengan aktivitas Khun yang memainkan kejantanannya dengan leluasa. Erangan manis di telinganya disertai Khun yang sesekali bergelayut manja di pangkuannya sama sekali tak membantu. Hal itu malah membuatnya lebih mengeras hingga Khun bisa merasakan jika kejantanan Baam tengah berkedut di dalam dirinya.

Khun menyeringai kecil, ia kembali mencium Baam dengan semangat sampai ia mengerang panjang karena telah berhasil 'keluar' hingga cairannya menyembur membasahi kedua perut mereka.

Merasakan jika benda di dalam dirinya masih mengeras. Khun tertawa kecil, ia mengambil kunci borgol dan membukanya.

Baam mengeluarkan ekspresi tanya.

"Hanya satu kali, aku akan memberimu kesempatan untuk bergerak bebas." Khun menyentuh hidung Baam dengan jarinya. "Jika kau menuruti semua perkataanku, mungkin aku akan memberimu kesempatan lain." Lanjutnya licik.

Baam yang sudah mengenal apa itu kenikmatan, mengangguk. Ia sudah menjadi milik Khun. Selama dia bersikap, dirinya bisa melakukan apapun terhadap tubuh cantik sang bluenette. Tanpa sadar dia tersenyum senang. Sepertinya, pilihannya untuk datang kemari bukanlah hal buruk.

Meskipun dia terjerat dan terkurung dalam penjara bernama Khun. Ia sama sekali tidak menyesalinya.

Melirik kedua pergelangan tangannya yang memerah akibat gesekan borgol. Baam menatap Khun yang sedang 'menunggunya'.

Tanpa buang-buang waktu, Baam mendorong Khun dan melanjutkan aktivitas mereka. Ia begitu menikmati erangan Khun di telinganya dan betapa nikmatnya himpitan lubang Khun pada miliknya. Keduanya saling berbagi kenikmatan sampai lupa pada dunia.

Baam tidak menyadari jika saat ini dirinya telah jatuh ke dalam rencana yang Khun buat untuknya.

Khun yang selalu mendominasinya--seolah sedang 'melatihnya'.

Khun yang memberikan beberapa 'hadiah' yang tak bisa ia tolak.

Khun yang telah membuatnya candu pada tubuh sang informan.

Khun yang mengurungnya sepanjang waktu.

Dan Khun yang memilikinya.

Ya, dia adalah milik Khun. Itulah harga yang dia bayar demi Jinsung.

Meski pada awalnya Baam terus mengingatkan diri bahwa tindakannya hanyalah untuk 'membayar'. Seiring berjalannya waktu, Baam sudah tak bisa lagi hidup lagi tanpa Khun.

Baam benar-benar jatuh--

--dalam 'neraka' manis bernama Khun Aguero Agnis.

.

.

.

Jika kau sudah terjatuh ke dalam 'neraka' itu.

Kau takkan pernah bisa lari.

Selamanya kau akan berada dalam—

.

.

.

confinement.

.

.

.

[END]

Ini REMAKE lagi, tapi aslinya gak ada R18 wkwk, skene nganu aku tambah sebagai plus plus~

Niatnya aku di wattpad versi dipotong tapi karena aku terlalu malas memotongnya, jadi dibiarkan saja deh. Aku harap kalian tidak me-report-nya :'))

Aku sudah lama gak bikin skene nganu, jadi maaf jika jelek dan kurang panas :'((

Terima kasih pada kalian yang sudah bersedia untuk membaca mem-vote dan berkomentar~ 😘💕

06 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro