Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 14

Saliran air mengalir jatuh menjunam. Air jernih yang mengalir dari air terjun nampak sedikit deras. Batu-batu besar menjadi tempat punggungnya berlabuh. Kaki dilunjurkan ke dalam air saat kulitnya bertemu cecair dingin itu. Ringisan keluar dari bibir. Beku setiap sendi uratnya. Terketap-ketap giginya. Sejuk!

"You dah selesai solat?"

Jaket miliknya disarung pada tubuh Dya. Tidak membenarkan perempuan itu kedinginan.

"I tak nak." Tolak Dya lembut.

"You demam Dya." Dya berura-ura nak tanggalkan jaket Mr Nao.

"You nak I peluk you atau you nak jaket I melekat dekat tubuh you?" Alis diangkat seksi.

"Thanks."

"Of course."

Mr Nao tatap wajah Dya sekilas. Muka itu nampak muram sejak tadi. Biasanya mereka berdua bergaduh mulut tapi tidak hari ini. Dya nampak lemah dan tidak berdaya. Benar-benar bukan dirinya.

"You okay Dya?"

"Okay" Dya senyum tipis.

Mr Nao mengernyit dahi. Lihat saja, sepatah ayat aje yang keluar dari bibir itu.

"If you need someone to talk to I'm here. I don't care if we've never talked before or talk all the time. If you need an opinion, smile or just someone to listen. My ears and heart are open."

Punggung dilabuh disebelah Dya. Helaan nafas ditarik sesaat. Mr Nao mengerling Dya. Terlihat anak mata itu tidak teralih dari air terjun. Entah kerana mengagumi atau ada sesuatu yang difikirnya.

"Ada perkara yang kita tidak mahu berlaku tetapi kita terpaksa menerima. Ada wajah yang kita tidak mahu berpisah tapi kita terpaksa melepaskannya. Siapa kita untuk menentukan takdirNya?"

Mr Nao bungkam. Titisan air mata yang jatuh pada kedua pipi itu membuktikan keterlukaan yang dirasainya.

"Takdir Allah itu selalu baik. Walaupun terkadang perlu air mata untuk menerimanya." Nafas berat dilepas.

"Jika keterpaksaan itu dapat melatih dan mengajar tentang redha. Maka, berdamailah dengan takdir Allah." Sambung Mr Nao lagi.

Dya kemam rapat bibir.

"Dya,"

Mr Nao tarik dua bahu itu agar bersemuka dengannya. Titisan bulir halus itu kian mengalir tak henti.

"Istirahatlah malam ini dengan fikiran yang tenang, hati yang damai, jiwa yang tenteram dan semoga esok Allah membangunkan dalam keadaan yang sihat."

Mr Nao tepuk bahu Dya tiga kali.

"You can cry, ain't no shame in it."

Dan tidak dapat disangka tubuhnya didakap erat oleh perempuan itu.

"There could come a time when you must forget the one and only man you love. You know its going to be hard, the process will break your heart and soul."

Tap!

Air mata itu tepat jatuh pada baju yang dipakai Mr Nao. Keras kejung tubuh itu menerima pelukan mengejutkan dari Dya.

"Neither one of us wanted our relationship to end, but Dawas said it had to. It's never a good feeling to love someone that doesn't love you back. As well, it never feels good to feel like you're the only one giving in a relationship. Even worse, he said that we could never talk again. He always meant what he said."

Hubungan mereka persis seperti atma yang tak dapat bertaut kembali dan tentang daksa yang tak dapat bersua lagi.

"Falling in love is like holding a candle. Initially it lightens up the world around you. Then it starts melting and hurts you. Finally it goes off and everything is darker than ever and all you are left with is the burn." Tutur Mr Nao.

Dya menangis tanpa suara. Tidak perlu disangkal lagi, apa yang Mr Nao katakan betul.

"It’s amazing how someone can break your heart and you can still love them with all the little pieces. He was a lucky man to be loved by a girl like you. Any man would be lucky have you."

Dya tertawa palsu. Pelukan dileraikan. Muka dah naik kemerahan kerana malu. Tak sedar pun bila tubuh itu didakapnya. Tahu-tahu dah terpeluk. Memalukan!

"I am sorry, i have become really emotional lately." Dya senyum sumbing.

"So in short lately i've been crying a lot of stupid reasons and being angry with myself for being different. I guess, I'm bit of an emotional. Like everything is spiraling out of control for me." Bibir dikemam rapat.

"You don't have to be sorry. I can be your listener. So tell me anything or do anything that could make you feel better. I'm fine." Tegas Mr Nao.

"Actually i feel so stupid for crying over something that doesn't really matter." Dya mengeluh.

Mr Nao mengesan penipuan dari bicara itu. Senyum sinis terkutik.

"If you're crying over it, if it still makes you cry, then that means it's still matter." Mengerling.

"Dawas is still matter for you."

Sedetik, raut wajah itu berubah. Senyum sinis tak luntur dari bibir itu.

"I knew it, Dya."

Nampaknya, Dya tak ada kekuatan untuk berbohong kerana itu adalah kenyataannya. Terlukanya dia adalah kerana Dawas. Lelaki itu.

"Why are you lying to yourself?"

"I've stopped loving him. Why should i go back to someone who had throw me away from his life?" Tona suara itu begitu membara amarah.

Sekali lagi, Mr Nao mengesan bicara bohong dari Dya. Mungkin kerana terlalu marah sehingga semua kesakitan yang dirasa dalam hati dilampiasnya.

"Didn't they tell you is not good lying to people."

"They?" Dahi itu berkerut seribu.

"You mom and your dad."

Dya ketap bibir.

"I really do."

Dya mempertahankan kebohongannya. Meski ada keraguan dari bicaranya. Dialih anak mata pandang ke arah lain.

"Lying isn't good for you, Dya."

Dya angkat punggung sambil mengibas-ngibas pasir yang melekat pada seluarnya. Mengambil keputusan untuk keluar dari suasana yang terasa makin tegang.

"It doesn't even matter to me."

Mr Nao bangun. Lengan Dya ditarik.

"Don't lie, Dya."

Pegangan Mr Nao di lengannya ditepis sebelum dia tolak Mr Nao menjauh.

"Can you honestly tell me right now you don't have any feelings for Dawas?"

Langkah Dya terbantut. Tidak menoleh, malah tegak tubuhnya berdiri. Kakinya bagai digam sekejap. Tak sampai sesaat pun, tubuh sasa Mr Nao telahpun ada depan mata.

"You still love him? And when you said you loved Dawas was just a lie? You lied?" 

"How many times I have to tell you that i don't love him!" Ungkap Dya tanpa pandang Mr Nao.

"Look at me while talking to me." Mr Nao tekup dua pipi Dya.

"I hate you, Mr Nao!"

Kasar ditepis tangan Mr Nao sebelum Dya menghilang masuk ke dalam khemahnya dan Mr Nao tahu Dya akan menangis untuk sekali lagi. Semuanya kerana dia.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro