Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Yellow Twins


"Kise-kun, bagaimana ulang tahun Keiko-san? Apakah ia menyukai lemon cake yang kamu pesankan?" tanya Aira Miwa pagi itu. Kise hanya tersenyum hampa mendengar hal itu.

"Dia sangat menyukainya. Sangat menyukai kue itu sampai tidak mau memakannya," jawab Kise lirih. Aira merasakan keganjalan pada raut muka Kise.

"Nani? Namun kenapa mukamu bersedih seperti itu?" Aira menekan pipi Kise lembut. Membuat Kise merasakan detak lain.

"Ah, mungkin itu hanya perasaanmu saja. Lebih baik kita segera maju ke depan. Sakabuya-san dan Orega-san sudah memanggil kita," ucap Kise tanpa mempedulikan pertanyaan gadis berambut panjang itu.

Aira hanya mengangguk sedikit. Ia mengikuti langkah Kise walau sebenarnya dia sangat penasaran dengan kejadian tadi malam.

Selama sesi pemotretan itu, Kise sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Dirinya sering melamun sehingga tidak mendengar apa yang manajer mereka perintahkan. Bahkan raut wajahnya sama sekali tidak bisa berubah. Tetap datar dari tadi malam.

"Kise-kun, ogenki desu ka?" tanya Orega-san. Kise menggeleng lemah.

"Okage desu, Orega-san," jawab Kise seraya tersenyum sedikit.

"Tapi kamu terlihat kurang sehat, Kise-kun," tanya Sakabuya-san. Kise kembali menggeleng.

"Apakah aku bisa keluar sebentar?" pinta Kise setelah terdiam lama. Sepasang manajer itu mengizinkannya.

Di luar gedung, Kise tidak mampu menahan air matanya. Matanya menerawang mengingat kejadian tadi malam. Mengapa kamu tega sekali, Zuya-chan? Apa salahku sehingga kamu bermain di belakang dengan Shogo-kun? Pikir Kise.

"Aku sudah menduganya. Kamu mempunyai masalah dengan Keiko-san kan, Kise-kun?" ujar Aira yang tiba-tiba datang entah dari mana.

Mengetahui kedatangan Aira, Kise cepat-cepat menghapus air matanya. Tak mungkin ia membiarkan Aira melihat wajahnya yang sembab.

"Menangislah jika itu menenangkanmu, Kise-kun," ujar Aira yang kini berada di samping Kise. Mendengar itu, malah membuat Kise semakin membersihkan mukanya.

Kemudian hening. Tak ada yang berbicara walau angin sudah merayu mereka berdua. Dan Kise akhirnya memecah keheningan itu.

"Aira-chan, apakah kamu pernah dikhianati oleh seseorang? Oleh pacarmu, misalnya?" tanya Kise tanpa melihat kepada Aira.

Aira memalingkan mukanya ke arah Kise. Merasa bahwa ini ada kaitannya dengan Ruzuya. "Bisa dibilang begitu. Tapi aku tidak pernah berpacaran dengannya. Dia model yang lebih senior daripada aku. Aku menyukainya karena dia lembut dan ramah. Namun sayang. Ketika aku akan mengungkapkan rasaku, dia ternyata sudah mempunyai kekasih," cerita Aira secara jujur.

Kise mendelik melihat Aira. Tak pernah ia sangka bahwa gadis periang seperti Aira ternyata memiliki kisah yang pahit tentang cinta.

"Tadi malam, Zuya-chan memutuskanku secara sepihak. Dia lebih memilih teman SMP-ku, Shogo-kun. A-a-aku... " tanpa diminta, Kise bercerita. Namun suaranya terputus ketika ia kembali terisak saat memorinya mengingat kejadian tadi malam. Luka itu kembali terbuka lebar.

Aira menggenggam tangan Kise tanpa ragu. Mencoba menenangkan partner-nya tersebut. "Jangan bercerita lagi. Itu hanya akan membuatmu semakin tertekan. Aku tak mau melihat kamu sedih, Kise-kun," ucap Aira bijak.

Kise terenyuh mendengar kalimat itu. Entah mengapa, rasanya dia sudah bisa merelakan Ruzuya dengan Haizaki. Luka dan sakit yang ia rasakan kini hilang tak berbekas. Dan perlahan, nama Ruzuya Keiko pun terhapus bersih dari pikiran dan hatinya. Tergantikan oleh sosok yang kini bersamanya.

"Aira, apakah kamu mau menggantikan Ruzuya di hatiku?" pinta Kise tanpa basa-basi. Aira terbelalak mendengarnya. Tak pernah ia sangka bahwa Kise akan menganggapnya lebih dari sekadar partner dunia model.

"Nani? Tapi Keiko-san bagaimana? Bukankah kau masih mencintainya?" tanya Aira tak percaya. Kise menggeleng pasti. Lalu perlahan, ia menggenggam tangan Aira.

"Apa kau tidak ingat kalau dia itu sudah menjadi milik Shogo-kun? Jadi, tak ada gunanya aku mempertahankan cinta yang sudah berpaling dariku itu," jawab Kise dengan tegas.

Ia kemudian menaruh telapak tangan Aira di dadanya. Membiarkan Aira merasakan gemuruh yang terus bergelora itu. "Kau tahu kan apa makna di balik apa yang aku rasakan ini?" tanya Kise. Aira mengiyakannya.

"Jadi, bagaimana?" tanya Kise sekali lagi. Aira masih tak percaya. Namun ia tahu. Bahwa hati Kise lah yang memintanya.

"Jika kau menginginkannya, tak masalah," jawab Aira yakin. Kise tersenyum bahagia mendengar keyakinan Aira.

"Aishiteru, Aira-chan," ucap Kise lembut. Setelah itu, bibir mereka bertautan. Seolah saling menyalurkan rasa kasih sayang dan kepercayaan di antara mereka.

"Kita balik yuk. Orega-san dan Sakabuya-san pasti sedang mencari-cari kita," ucap Aira begitu mereka selesai. Kise hanya mengangguk mendengarnya. Kemudian, Kise menggenggam tangan Aira erat. Seolah tidak ingin melepaskan gadis itu.

"Oh ya, mulai sekarang, panggil aku Ai-chan ya?" pinta Aira. Alis Kise bertautan. Mempertanyakan alasannya.

"Karena, hanya orang tuaku dan orang yang sangat kusayangi berhak memanggilku seperti itu," jawab Aira dengan senyum yang lebar. Kise mengangguk tanpa ragu.

"Kalau begitu, Ai-chan juga harus memanggilku dengan Ryou-chan. Bagaimana?" tawar Kise. Aira pun tersenyum kepada Kise. Membuat Kise mencubit pipi Aira gemas.

"Uh... Yamette, Ryou-chan. Sakit tahu!" Aira cemberut seraya memegang pipinya yang kemerahan. Kise hanya tertawa mendengar hal itu.

"Gomen ne, Ai-chan. Baiklah. Aku akan menyembuhkannya," sembari berkata seperti itu, Kise menunduk dan mengecup pipi Aira dengan lembut. Membuat wajah Aira memerah karena malu. Mereka pun kembali masuk gedung dengan tawa yang berderai.

*****

"Aira-chan, Kise-kun, darimana saja kalian?" tanya Sakabuya-san. Yang ditanya hanya tersenyum simpul.

"Waah, sepertinya ada sesuatu yang sudah terjadi di antara kalian," ujar Orega-san yang melihat tangan mereka yang saling menggenggam erat. Lagi-lagi, sepasang kekasih itu hanya tersenyum malu.

"Baiklah. Aku sepertinya dapat menduga apa yang telah terjadi. Kalian, pacaran bukan?" tebak Orega-san. Mau tidak mau, Kise dan Aira mengangguk bahagia.

"Yosha! Berarti julukan kalian tidak salah," ucap Sakabuya-san tiba-tiba. Kali ini, Kise mengangkat suaranya.

"Julukan apa?" tanya Kise. Giliran Orega-san dan Sakabuya-san yang tersenyum. "The Yellow Twins!" jawab mereka serentak. Aira yang mendengar itu lantas memeluk Kise erat. Membuat Kise hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jadi, tunggu apalagi? Kamera di sana sudah siap, Yellow Twins!" ucap manajer mereka. Mendengar itu, Aira lantas menarik tangan Kise dengan bersemangat menuju para cameraman yang sudah bersiaga.

Setelah sampai di sana, tanpa aba-aba maupun perintah sebelumnya, Kise lantas menarik Aira ke dalam dekapannya. Tangan mereka bertautan satu sama lain. Kise menunduk lalu menyentuhkan hidungnya ke hidung Aira yang juga mendongak. Mereka lantas tersenyum bahagia. Membuat para kru tidak melewatkan kesempatan romantis tersebut.

Ckrek!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: