Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 10; Welcome to My Life

Suara pintu terbuka terdengar. Tampilkan ruangan gelap seolah tak berujung. Perlahan, aku memasukinya. Rabaan pada dinding kulakukan, sebelum akhirnya menekan sakelar lampu.

Dan ruangan berukuran 3x2,5 meter itu pun memperlihatkan jati diri. Beserta bantal dan baju yang berserakan di atas kasur. Beberapa buku yang bertumpuk tak karuan di atas meja usang. Oh, tak lupa juga sekumpulan bungkus camilan terinjak oleh kakiku.

Kuhela napas seraya meletakkan tas punggung pada bantalan kursi dekat meja. Lantas langsung menjatuhkan diri ke atas kasur berwarna navy itu. Tak peduli bahwa apeknya baju kotor menghinggapi hidung, aku tetap membumikan bagian depan tubuh.

Hanya bertahan hingga sepuluh menit, tubuhku mengganti posisi. Kini telentang menghadap lelangit kamar yang berupa anyaman bambu. Lampu putih bertengger di sana, mematenkan diri sebagai satu-satunya sumber cahaya.

Kupejamkan mata. Mencoba merelaksasikan diri setelah kehidupan sekolah yang begitu melelahkan. Setidaknya, aku harus memiliki energi untuk aktifitas selanjutnya.

Otakku yang sedang ditimpa beban tampaknya tak butuh waktu lama untuk mengisi daya. Sejam kemudian, aku membuka mata. Tangan segera bergerilya menjamahi sekitar. Dengan akhir ponsel dengan case emas metalik tergenggam.

Mataku menatap sebentar gambar yang menjadi kunci layar. Sosok perempuan yang menelungkupkan wajah di antara lengan, dengan kaki yang menekuk sebagai penopang. Kesan dark yang kudapati semakin menjadi dengan tulisan melengkung membentuk kata "(Hell)o (Die)cember" di atasnya.

Kekehan kecil terdengar kala aku mengetikkan pin pembuka. Hasil editan itu benar-benar menjadi kesukaanku dari sekian karyaku yang lainnya. Sekaligus menjadi sindiran halus karena judulnya yang sudah menunjukkan kemauanku selama beberapa bulan terakhir ini.

Memilih menyalakan data, aku pun segera membuka media sosial beserta game yang ada. Bergilir ganti keduanya kudatangi. Hingga akhirnya kebosanan itu pun semakin menjadi.

Hal yang terakhir kulakukan sebelum menghempaskan ponsel itu ke sembarang arah adalah membuka playlist lagu yang ada. Lantas membiarkan nada berbagai rupa menjalin diri memenuhi pendengaranku.

Sementara pikiranku sendiri memilih melayang. Memikirkan tugas sekolah yang sempat dikirimi seorang teman dari pesan. Juga beberapa naskah berdebu di akun menulisku. Aku mengembuskan napas. Merasa malas untuk memilih mana yang harus kukerjakan.

Lebih baik melupakan keduanya dan segera terlelap. Benar kan?

Sayangnya otakku menolak. Ia yang saat ini membutuhkan euforia tertentu akhirnya membuatku mengambil lagi ponsel yang tergeletak agak jauh. Lagu mellow yang terputar kuubah menuju yang lebih semangat. Selanjutnya, aku pun membuka aplikasi untuk menulis.

Netra cokelatku sama sekali tidak berkedip pada pergerakan jemariku yang lincah di atas keypad. Merangkai kata demi kata untuk melanjutkan yang sebelumnya. Ah, sesekali aku ikut berdendang menikmati hentakan simfoni yang mengerubungi.

Sayangnya, itu tak bertahan lama. Baru mendapatkan kurang dari 500 kata, aku segera menyimpannya dan keluar. Rasa jenuh kembali pada titik tertingginya.

Pikiranku secara otomatis melayang kepada tugas yang meminta perhatian. Sayangnya di saat yang bersamaan hati enggan untuk memberikan. Membuatku bersikap masa bodo dan segera membalik badan.

Dada bertumpu pada bantal, sementara jemari menautkan diri di depan wajah. Tindakan yang tiada guna hanya karena aku sudah tidak tahu lagi mau berbuat apa.

Dan karenanya, seluruh kejadian selama nyaris sebulan ini terputar secara otomatis. Membuatku memasang berbagai macam rupa walau tidak ada melihatnya.

Dan akhirnya, aku menyimpulkan. Tahun ini jauh lebih buruk dadi yang sebelumnya. Di mana kenangan buruk lebih bernostalgia daripada yang seharusnya. Sepertinya otakku sudah lelah mengais kenangan bahagia yang memang sangat jarang ada belakangan ini.

Tanpa diduga, sebulir cairan bening bergulir begitu saja. Mulus menuruni pipi dari ujung sebelah kiri. Walau melengket, aku sama sekali tidak berniat untuk menghapusnya.

Karena aku tahu, bahwa tahun ini memang harus kuakhiri dengan tangisan.

.

Pancor, 10 November 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro