Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Wrong Person | Kim Jungoo (2)


Wrong Person - Episode 2

Cast : Kim Jungoo, Park Jonggun, Ahn Kei
Genre : Romance, Angst
Rate : M
Disclaimer : Lookism by PTJ
Story by Ichirisa

"Maaf, karena cinta ini memang salah ..."

Warning! Cerita ini mengandung unsur kekerasan, darah, self-harm, serta beberapa unsur gejala mental illness lainnya.

===============

Seperti biasa Kota Seoul selalu sibuk, terutama masyarakat yang beraktivitas di Distrik Gangnam-gu, si pusat jantung perekonomian Korea Selatan.  Begitu pula Kei yang juga sedang berlari-lari keluar pintu stasiun, sepertinya ia akan terlambat bekerja.

"Ah ... sial! Aku sepertinya terlambat!" panik Kei saat melihat jam tangan fossil miliknya. "Aku harap BM Lee tidak memecatku."

Saat ia tengah berlari terburu-buru untuk menuju kantornya yang letaknya hanya lima ratus meter dari stasiun, tiba-tiba saja ia menabrak seseorang yang berjalan berlawan dari arahnya.

Brukk!!

Prakk!!

Sebuah gelas kopi yang ada ditangan pria bersurai raven itu jatuh ke tanah, beruntung kopi yang ada ditangannya itu bukanlah kopi panas, melainkan hanya segelas cup iced-americano.

"Aa ... josonghamnida." Kei refleks langsung membungkuk untuk meminta maaf kepada seorang pria yang baru saja ia tabrak.

Pria bersurai raven yang baru saja ditabrak oleh Kei itu langsung menatapnya tajam. "Kau?!"

"E-eh?!" Kei mendonggakkan kepalanya dan menatap pria yang baru saja ia tabrak.

Bisa terlihat air muka pria yang baru ditabrak Kei itu memerah karena menahan amarah. "Yakk, Agassi! Matamu ditaruh di mana, huh?!"

"Josonghamnida ..." Kei refleks membungkuk sekali lagi untuk meminta maaf.

Pria bersurai raven itu membuang nafasnya malas. "Hei, lihat ini! Kopiku tumpah, mana kena jasku lagi!"

Kei langsung mendongkak, menatap pria itu. "Ah ... Tuan yang waktu itu di cafe." Kei langsung mengeluarkan kartu nama dari dalam kantong blazer hitamnya. "Tuan, aku minta maaf. Aku sedang buru-buru ..."

Kei memberikan kartu namanya kepada pria di hadapannya. "Jadi terima ini, nanti ongkos binatu dan kopinya akan aku ganti di lain waktu."

Pria bersurai raven itu menerima kartu milik Kei dengan sangsi, ia bahkan enggan membaca kartu nama itu. Netra hazel milik Kei berkaca-kaca saat menatap pria berbalut jas brand ternama itu. "Terima kasih, Tuan. Aku pamit undur diri dulu." Kei langsung berlari menuju kantornya.

Pria itu berbalik. "Yakk, Agassi!! Jangan kabur!!" serunya sambil memegang jasnya yang basah akibat tertumpah kopi.

Kei berbalik. "Maafkan aku, Tuan! Aku sedang buru-buru! Silahkan hubungi aku melalui kartu namaku!" seru Kei

Lalu, Kei meninggalkan pria bersurai raven itu, ia langsung berlari menuju kantornya.

Sedangkan, pria bersurai raven yang bernama Park Jonggun itu baru saja menerima sebuah kartu nama dari gadis yang menabraknya tadi. Dengan emosi yang belum stabil ia menbaca kartu nama itu.

"Ahn Kei. Oh, nama gadis itu Ahn Kei dan dia kerja di Ilhae Corp." gumam Jonggun pelan.

Park Jonggun berpikir sejenak. "Ilhae ... Ilhae corp? Ah, jadi gadis itu kerja di tempatnya Yoojin. Menarik~!" ia menyerigai ketika mengingat gadis itu bekerja untuk Ilhae.

.

.

.

Setelah satu minggu insiden Park Jonggun ditabrak oleh Kei di stasiun, akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu di cafe yang berada di pusat Distrik Gangnam-gu.

Seperti biasa suasana di dalam coffee shop nampak ramai, alunan musik jazz terdengar menggema di setiap sudut ruangan. Kini Park Jonggun dan Ahn Kei tengah duduk berhadapan dalam keadaan hening, serta ditemani oleh segelas hot americano dan iced-matcha latte.

"T-tuan ..." Kei mencoba memulai percakapan dengan hati-hati.

Jonggun yang sedang meminum americano-nya menatap Kei sejenak. "Hn."

"Untuk uang binatunya?" tanya Kei hati-hati.

"Ah ... soal itu." Jonggun meletakkan cangkirnya ke atas meja. "Jasku rusak parah, nodanya tidak bisa hilang biarpun sudah dicuci di laundry."

Air muka Kei tampak pucat. "Lalu ... bagaimana, Tuan?"

"Yah ... aku harap kau menggantikan jasku." jawab Jonggun sambil meminum kembali kopinya.

"Berapa harga jasnya, Tuan?"

"9.985.000 won, Nona."

Air muka Kei terlihat pucat ketika Jonggun menyebutkan nominal harga jas miliknya. "Se-sembilan juta sembilan ratus delapan puluh lima ribu won?!!"

"Nde, harga jasku segitu, Nona. Apa ada masalah?" Park Jonggun menatap Kei dengan tajam.

"Tentu saja itu masalah, Tuan! Gajiku bahkan tidak ada sepertiga dari harga jasmu, Tuan!" seru Kei panik, bahkan gadis itu sampai melupakan iced-matcha latte miliknya yang ada di meja.

Park Jonggun menaruh cangkir kopinya yang telah habis di atas meja. "Ya ... itu sih urusanmu, Nona. Aku harap Nona bisa menggantikan jas favoritku."

Kei bangun dari duduknya, ia menghampiri Jonggun yang tengah duduk di depannya, mencoba bersimpuh kepada lelaki di hadapannya. Kei memohon agar biaya pergantian jasnya itu dikurangi harganya.

"T-tuan ... aku mohon ... aku tidak bisa mengganti jas Tuan jika nominal segitu." Kei memohon dengan netra yang berkaca-kaca.

Park Jonggun menatap Kei dengan tatapan meremehkan. "Lalu? Kau mau menggantinya dengan apa? Tubuhmu?"

Netra hazel milik Kei terbelalak, dengan cepat ia menggeleng. "Aku akan menggantikan dengan cara apa pun, asal bukan dengan tubuhku, Tuan."

Park Jonggun membetulkan kacamata hitam miliknya. "Ya ... kalau begitu kau harus jadi pelayanku selama 3 bulan, 24 jam non-stop, tapi jika kau tidak mau melakukannya ... terpaksa aku akan menuntutmu di pengadilan."

"Nde ..." Kei hanya bisa mengangguk pasrah ketika mendengar urusan dengan pria di hadapannya itu harus di perpanjang ke dalam kasus hukum. Ia lelah jika harus kembali berurusan dengan pihak kepolisian, sudah cukup dengan kasus kematian kekasihnya dua tahun silam, ia tak mau mimpi buruk itu terulang. Bagi Kei, pihak kepolisian dan kejaksaan tidak akan membantunya, buktinya kasus kematian kekasihnya hilang bagai di telan bumi. Pelaku pembunuhan kekasihnya tidak pernah terungkap.

Park Jonggun mengeluarkan kartu nama dari dalam jasnya. "Ini kartu namaku, Nona." lalu ia menyerahkannya kepada Kei yang masih duduk bersimpuh di depannya. "Mulai besok kau datang ke tempat ini. Aku tidak menerima kata terlambat!"

Kei mengangguk. "Baiklah ..." lalu ia bangkit berdiri, mencoba mengatur nafasnya setelah menerima kartu nama dari Jonggun.

Park Jonggun menatap jam berlapis emas miliknya. "Ah ... sudah waktunya aku pergi," ujar Jonggun

Lalu, ia bangkit berdiri dari duduknya, saat hendak meninggalkan meja. Sekali lagi, ia menatap Ahn Kei yang masih terdiam. "Sampai bertemu besok, Nona. Kalau begitu aku pergi dulu." Park Jonggun berjalan meninggalkan Kei yang masih duduk sendirian di sana.

Setelah kepergian Park Jonggun dari coffee shop itu, Kei hanya bisa menatap kartu nama milik Park Jonggun dengan tatapan pasrah. Mati aku! Bodohnya kau Ahn Kei!! Bisa-bisanya minggu lalu, kau malah menabrak seorang pria yang mempunyai kekayaan seantero Gangnam!! Kei menjerit dalam hatinya.

Kei tak habis pikir, kenapa pula ia selalu bernasib sial seperti ini? Sudah cukup penderitaannya harus kehilangan kekasihnya, bahkan dirinya juga sempat diteror oleh Detektif Song agar mau mengungkap kasus pembunuhan mendiang kekasihnya.

Kei terdiam, netra hazel-nya menatap kosong jalanan Kota Seoul dari dalam kaca coffee shop. Ia mencoba mengatur nafasnya sejenak, menarik dalam-dalam nafasnya, lalu membuangnya nafasnya dengan berat.

"Kenapa hidupku terasa berat sekali?! Oh ... Tuhan."

.

.

.

Sudah nyaris satu bulan Ahn Kei bekerja untuk Park Jonggun di sebuah pub kawasan Distrik Gangnam-gu. Ia bekerja mulai pukul setengah delapan waktu setempat, Kei bekerja sebagai waitress di pub milik Park Jonggun.

Kei masih nampak melayani beberapa pelanggan yang duduk di bar. "Silahkan ... ini pesanannya, Tuan."

Seorang pria paruh baya menatap Kei dengan tatapan mesum, Kei tampak risih, ia berusaha menghiraukan tatapan mesum dari si pria paruh baya itu.

"Kau cantik sekali, Nona." puji pria paruh baya itu, bahkan tangan kanannya mencoba meraih pinggang Kei.

Kei berusaha menepisnya. "Maaf, Tuan."

"Jangan sok jual mahal, Nona! Berapa harga tubuhmu?" ujar pria paruh baya itu.

"Tuan ... saya bukan wanita seperti yang Tuan katakan. Tolong bersikaplah lebih sopan!" Kei mencoba memperingati si pria tua mesum itu.

Pria tua itu tampak menahan amarah, ditambah dengan pengaruh alkohol membuatnya semakin gila. "Jalang satu ini!?!" ia tampak mencoba meraih tangan Kei, memaksa Kei untuk melayaninya.

Tak!

Seorang pria bersurai blonde dengan pakaian eksentriknya itu menahan tangan si pria tua.

"Hei, Tuan! Jangan ganggu dia!"

Si pria tua itu menatap tajam pria bernama Kim Jungoo yang berdiri di samping Kei. "Mau apa kau bocah tengik?!"

Kei masih terdiam sambil memegang nampan di kedua tangannya. Sedangkan, Kim Jungoo dengan santainya masih memegang tangan pria tua itu.

"Nona ini adalah seorang pelayan di sini. Tolong bersikap yang sopan!" Kim Jungoo memperingati pria tua itu.

"BOCAH KEPARAT, JANGAN IKUT CAMPUR!!"

Karena kesal Kim Jungoo langsung menghantarkan bogem mentahnya kepada si pria tua itu.

Bbukk!!

Ahn Kei terkejut melihat salah satu pelanggan di pub itu jatuh tersungkur dihajar oleh Kim Jungoo.

"T-tuan ...?!"

Pria tua itu bangkit dari jatuhnya, ia siap membalas pukulan dari Kim Jungoo. "KEPARAT!!"

Kim Jungoo menghindari serangan dari si tua bangka itu, dengan cepat ia menghindar, dan langsung memukul tengkuk belakang pria tua itu. Sontak pria tua itu langsung pingsan di tempat, Kim Jungoo menatap wajah Kei sekilas.

"Nona, kau tidak apa-apa?"

Ahn Kei yang masih bingung dengan pria di hadapannya ini hanya bisa mengangguk pasrah. Kim Jungoo yang melihat Kei kebingungan pun menarik Kei menuju ruangan staff.

"Namamu Ahn Kei 'kan? Kau pegawai baru di sini?" tanya Kim Jungoo

Kei mengangguk pelan. "Nde." lalu ia mendonggak. "Terima kasih telah menolongku, Tuan ...?"

"Jungoo, namaku Kim Jungoo." ujar pria bersurai blonde yang tengah menyenderkan dirinya di sisi pintu.

"Terima kasih, Tuan Jungoo." sekali lagi Kei mengucapkan terima kasih kepada Kim Jungoo.

Kim Jungoo berjalan mendekati Kei, ia memegang bahu Kei sejenak. "Mintalah kepada Jonggun untuk memberikan seragam yang pantas untukmu. Seragamu terlalu pendek, Kei-ssi." Jungoo berjalan melewati Kei yang masih terdiam dengan perkataannya.

.

.

.

Kei langsung jatuh terduduk di ruangan staff, wajahnya tampak pucat.

"Astaga ... oh Tuhan!" Kei mencoba menenangkan dirinya.

"Noona, kau baik-baik saja?" tanya Zin -salah satu pekerja di pub milik Park Jonggun- yang kebetulan lewat.

Kei mengangguk pelan. "Aku baik-baik saja, Zin. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

"Kalau Noona sakit, lebih baik istirahat saja dulu. Nanti aku bilang kepada Manager Kim, jika Noona sedang sakit di belakang." Zin terlihat mengkhawatirkan kondisi Kei yang tidak stabil saat ini.

"Terima kasih, Zin." lalu Zin pergi meninggalkan Kei setelah Kei meresponnya.

Kei mencoba bangkit berdiri, lalu berjalan menuju lokernya. Ia membuka lokernya, terlihat jelas tas hitam miliknya yang berada di dalam loker. Dengan cepat ia membuka reseleting tasnya, mencari obat penenang miliknya. Setelah menemukannya, ia langsung menelan pil warna-warni itu dalam sekali teguk.

Glek,

Setelah berhasil meminum obat, Kei memutuskan untuk beristirahat di sofa yang ada di ruangan staff itu. Dalam pengaruh obat, tanpa sadar Kei terlelap di sofa berwarna abu-abu itu.

Tanpa Kei sadari, ada seorang pria yang berdiri di hadapannya. Kim Jungoo adalah pria yang berdiri di hadapan Kei saat ini, tangannya menyelusuri wajah Kei.

"Gadis ini adalah target kami. Sayang sekali, dia harus mati dalam waktu dekat."

"Eungh~" tanpa sadar Kei mengeliat ketika merasa ada yang menyentuh wajahnya.

Kim Jungoo menarik tangannya, ia menyerigai sejenak. "Aku belum memberi tahu Jonggun, jika wanita ini adalah targetnya." lalu Jungoo meninggalkan Kei seorang diri yang masih tertidur di sofa.

.

.

.

Pelan-pelan Kei membuka netra hazel-nya, netranya mencoba membiasakan cahaya yang masuk ke dalam netranya.

"Ah, gawat ... aku ketiduran." Kei menatap jam dinding yang berada di dinding. "Sial! Aku ketiduran selama satu jam."

Kei langsung mencoba bangun dari duduknya, ia mengambil botol minumnya yang ada di sebelahnya, dan meminumnya perlahan. "Aku harus bergegas kembali bekerja. Pasti Park Jonggun itu mencariku."

Kei keluar dari ruangan staff, saat ia hendak melewati ruangan Manager Kim, langkahnya terhenti sejenak.

"-kasus si pengkhianat Jung Minhae itu harus dibungkam!"

Pintu itu sedikit terbuka sehingga suara yang ada di dalam ruangan itu terdengar jelas, awalnya Kei tidak ingin menguping. Namun, ketika ia mendengar nama mantan kekasihnya disebut di dalam percakapan itu membuat Kei jadi penasaran. Kenapa nama Minhae Oppa disebut? Apa mungkin namanya hanya mirip?

Kei terdiam, ia hanya bisa menahan nafasnya ketika mendengar kenyataan yang ada tentang sosok Park Jonggun.

"Kau mau mengotori tanganmu lagi dengan cara gadis itu, Jonggun-ah?!" seru Jungoo

"Ya, aku harus menghabisinya! Jika kau tak mau anak buah kesayanganmu berakhir di penjara," ujar Jonggun

"Jadi ... kau sudah tahu wanita itu ada di mana?" tanya Jungoo

"Ya ... dia adalah wanita yang aku pekerjakan sebagai pelayan di pub ini. Wanita itu adalah Ahn Kei, kekasih dari si pengkhianat Jung Minhae."

.

.

.

TBC ...
Wrong Person - Episode 2

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro