Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Wrong Person | Kim Jungoo

Wrong Person

Cast : Kim Jungoo, Park Jonggun, Ahn Kei
Genre : Romance, Angst
Rate : M
Disclaimer : Lookism by PTJ
Story by Ichirisa

"Maaf, karena cinta ini memang salah ..."

Warning! Cerita ini mengandung unsur kekerasan, darah, self-harm, serta beberapa unsur gejala mental illness lainnya.

===============

Malam itu bagaikan mimpi buruk bagi Kei, ia melihat kekasih yang amat ia cintai itu tergeletak dengan bersimbah darah di dalam apartemen mereka. Kei langsung jatuh terduduk, sesaat tak lama ia membuka pintunya, ia berteriak histeris.

"KYYAAAA .... MINHAE OPPA ....!!!"

Teriakan dari Kei itu sontak membuat beberapa penghuni apartemen yang ada di sekitar menghampirinya. Mereka ikut terkejut melihat seorang pria berusia di awal tiga puluhan itu tergeletak bersimbah darah.

"Panggil Polisi dan ambulans!" seru salah satu penghuni, penghuni lainnya berusaha menenangkan Kei yang masih histeris di depan pintu apartemen mereka.

Tak lama kemudian, beberapa mobil polisi dan satu mobil ambulans datang ke apartemen, tempat di mana Kei bersama pacarnya tinggal. Di sana terlihat terpasang garis polisi di depan pintu unit apartemen Kei dan kekasihnya, beberapa polisi dan tenaga medis datang ke sana untuk mengecek kondisi korban serta lokasi kejadian.

Seorang detektif bernama Song Jinki yang ikut melakukan penyidikan terhadap korban, Jung Minhae, 31 tahun. Pria bersurai cokelat itu berjongkok di sebelah korban, ia mengecek kondisi korban, serta sesekali ia memotret korban melalui ponselnya.

"Detektif Song, korban telah meninggal sejak 2 jam yang lalu." ujar salah satu tenaga medis.

Detektif Song mengangguk singkat. "Hubungi tim forensik untuk menganalisa mayat korban. Saya akan berbicara kepada kekasih korban dulu." ujar Detektif Song

"Baiklah."

Detektif Song berjalan ke tempat gadis bersurai cokelat itu tengah ditenangkan oleh beberapa warga sekitar yang tengah berada di sana, Detektif Song menghampiri Kei, ia menunjukkan lencana kepolisian miliknya kepada Kei. "Halo, Nona. Saya Detektif Song dari Kepolisian Seoul, bisa kita berbicara sebentar ...?"

Kei menatap detektif itu ragu, ia enggan berbicara dengan siapa pun. Ia hanya ingin sosok kekasihnya kembali ke sisinya, ia takut ditinggalkan oleh orang terkasihnya.

Detektif Song hanya membuang nafasnya sejenak, ia menatap gadis dihadapannya dengan iba. "Nona Ahn Kei, saya harap Anda bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian demi mendiang kekasih Anda."

Kei akhirnya mengangguk pasrah, ia pasrah saat Detektif Song itu bertanya-tanya kepada dirinya.

Lalu, ketika Detektif Song memberikan sebuah statement bahwa kekasihnya Jung Minhae telah meninggal dunia akibat luka tusukan serta lebam di tubuhnya. "Maafkan saya, Nona. Tapi ... kekasih Anda telah menjadi korban pembunuhan, dan dia telah tewas sekitar dua jam yang lalu. Sebelum Nona datang ke apartemen Anda."

Kei langsung berteriak histeris setelah mendengarkan penjelasan dari Detektif Song, ia tak bisa menahan kesedihannya. Kekasihnya Jung Minhae telah pergi meninggalkannya, ia tak terima dengan kematian Jung Minhae yang terlalu tiba-tiba. "AN-NDWAE!! Minhae ... Oppa ... Kajima ..."

"Tenanglah, Nona Ahn." Detektif Song mencoba menenangkan gadis yang tengah terguncang jiwanya itu. "SIAPA YANG MEMBUNUH KEKASIHKU, DETEKTIF?!! KENAPA HARUS MINHAE OPPA??!! WAEE?!!" Kei berteriak histeris, ia tak terima kekasihnya telah tiada.

.

.

.

"Hosh ... hosh ..." terdengar nafas tersengal-sengal di malam kesunyian itu, gadis bersurai cokelat itu bangun dari tidurnya, ia duduk di tempat tidurnya. Wajahnya terlihat pucat, ia mencoba mengambil segelas air yang berada di sebelahnya.

Dengan terburu-buru ia meminum air di gelas itu, kemudian ia kembali meletakkan gelas yang telah kosong itu di atas nakas kayu. Ia mengacak-acak surainya pelan, sesekali mencoba mengatur nafasnya pelan. "Lagi-lagi ... mimpi hal itu."

Kei menoleh ke arah nakas yang berada di sebelahnya, ia mengambil sebuah pigura foto yang tertera jelas potret dirinya bersama mendiang kekasihnya. Kei meraba pigura foto itu sambil menatap dengan sendu. "Minhae Oppa ..." lalu, ia memeluk pigura foto itu.

Sudah nyaris 2 tahun semenjak kematian tragis kekasihnya, Ahn Kei menjadi sedikit agak gila, trauma mendalam, serta memiliki ambisi untuk menemukan pembunuh yang membunuh kekasihnya itu.

Ia selalu mengingat jelas ucapan dari Detektif Song, jika kekasihnya meninggal karena dibunuh oleh seseorang yang memiliki pengaruh besar di dunia hitam. Biarpun awalnya Kei tidak mau percaya alasan kematian kekasihnya itu disebabkan oleh mafia, karena ia selalu yakin jika mendiang kekasihnya itu adalah pria yang baik dan memiliki pekerjaan yang biasa saja, tidak ada yang aneh ataupun menimbulkan kecurigaan.

Kei meletakkan kembali pigura foto itu ke atas nakas, ia membuka laci yang ada di dalam nakas itu, lalu mengambil sebuah tabung bening kecil yang berisikan kapsul berwarna-warni. Kei membuka tutup tabung obat itu, mengeluarkan beberapa isi kapsul secara sembarang, lalu menenggak obat itu dengan cepat. Semenjak kematian mendiang kekasihnya, Kei selalu menggunakan obat-obatan untuk menenangkan dirinya serta mempermudah agar ia cepat tidur, jika tidak meminum obat itu pasti ia akan mencoba membunuh dirinya ataupun berteriak-teriak seperti orang gila.

.

.

.

Di sisi lain, Park Jonggun tengah duduk di sofa panjang berwarna cream, ia menaikkan kakinya ke atas meja kayu berwarna hitam sambil memegang sebotol soju.

Terdengar keras suara pintu yang terbuka dari luar, terlihat sosok pria bersurai blonde yang tengah berdiri di sana sambil membawa stick golf.

"Yak, Jonggun-ah!" panggil Kim Jungoo yang baru saja masuk ke markas mereka, pakaian Jungoo yang selalu eksentrik ini sering kali menarik atensi Park Jonggun untuk mengomentarinya.

Park Jonggun menoleh. "Mwo ya, Jungoo-ya?"

Kim Jungoo berjalan ke arah Park Jonggun, lalu ia mendudukan pantatnya di sofa sebelah rekannya itu duduk sambil memegang stick golfnya. Ekspresi wajahnya sengaja ia buat serius, Kim Jungoo ingin sekali mengerjai rekannya kali ini. "Kau tahu ... aku baru saja dikejar oleh polisi, Jonggun-ah."

Park Jonggun menatap tajam. "Hah!? Omong kosong macam itu?"

Kim Jungoo tersenyum lebar. "Tapi ... bohong," ujarnya tanpa dosa.

Sumpah mendengar jawaban dari Kim Jungoo membuat Park Jonggun ingin mematah leher rekan kriminalnya itu. "KAU?!!"

"Hahaha ... itu hanya bercanda kawan, tapi ... ada hal serius yang benar ingin ku bicarakan." Kim Jungoo ikut mengambil botol soju yang berada di atas meja, lalu sesekali meminumnya.

"Apa itu?" tanya Park Jonggun sambil meminum soju.

"Soal pembunuhan pria atas nama Jung Minhae, dua tahun silam ... detektif licik itu sepertinya kembali membuka kasusnya."

Park Jonggun menaruh botol soju itu di meja, lalu ia memperbaiki posisi duduknya sejenak. "Oh ... jadi dia ingin mengungkap kematian dari pengkhianat yang telah kita habisi waktu itu?"

Kim Jungoo mengangguk. "Ya ... begitulah. Jadi, kau mau bagaimana?"

Park Jonggun membuang nafasnya malas. "Seperti biasa, kita akan mengirimkan mayat kepada detektif licik agar ia menutup kasusnya."

"Lalu, siapa yang akan kita kirim mayatnya, Jonggun-ah?"

Park Jonggun menyerigai. "Kita akan mengirim mayat kekasih Jung Minhae agar ia menutup kasusnya."

Kim Jungoo mengangguk. "Baiklah kalau begitu ..." lalu ia mengambil ponsel pintarnya dari dalam jas berwarna emas miliknya itu. "Aku akan menghubungi Seongeun untuk membereskannya."

"Hn."

Kedua mafia kelas atas dari Klan Naga ini sangat terkenal kejam dan paling terkuat seantero Korea Selatan, bahkan nama mereka telah terdengar di penjuru Asia Timur. Mereka berdua adalah pemimpin dari Klan Naga, klan ini memiliki banyak bisnis besar seperti pub-pub atau hiburan malam yang tersebar di Gangnam, selain memiliki bisnis pub, mereka juga bisnis senjata api. Duo J ini sangat membenci adanya pengkhianat di dalam kru yang mereka pimpin, mereka tak segan menghabisinya langsung jika anak buah ataupun rekan bisnisnya berkhianat.

Hanya Detektif Song yang sudah hampir sepuluh tahun ini mengejar dan berambisi untuk menangkap Duo J, tapi upaya penangkapan itu selalu gagal.

.

.

.

Suara alunan musik jazz terdengar di setiap sudut ruangan cafe bergaya klasik itu, aroma pekat kopi tercium samar-samar di antara pengunjung yang silih berganti datang.

Pria bersurai raven dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya itu tengah duduk di sudut cafe, ia membaca sebuah majalah fashion masa kini sambil menyesap sesekali americano yang ia pesan tadi. "Majalah ini membosankan." ujarnya sambil membolak-balikan halaman majalah itu dengan bosan.

"Permisi ..."

Perhatian Park Jonggun teralihkan dengan suara seorang gadis yang ada di depannya sambil memegang segelas java chocochip di tangannya.

"Ada apa?" tanya Jonggun ketus sambil menatap gadis itu.

"Boleh aku duduk di sini, Tuan? Karena tempat duduk di cafe ini banyak yang penuh ... dan hanya bangku yang ada di depan Tuan yang kosong." Ahn Kei menatap harap pria di hadapannya.

Park Jonggun mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, melihat seisi cafe sedang penuh. "Baiklah ..." ia kembali membaca majalahnya, "Dan jangan ganggu aku."

Cih, dasar pria aneh! batin Kei yang baru saja duduk di hadapan Park Jonggun.

Kei meletakkan segelas java chocochip yang penuh dengan whipcream dan saus coklat itu, ia juga meletakkan tab miliknya di atas meja. Kei kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli dengan pria di hadapannya.

Suasana di meja itu sangat tenang, Park Jonggun tidak mempedulikan Kei yang sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan, ia sendiri sibuk memainkan ponselnya dan mencari jejak kekasih Jung Minhae, tanpa tahu jika wanita di hadapannya ini kekasih Jung Minhae.

Hampir dua jam Kei berada di cafe ini dan ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Kei mengambil segelas java chocochip, lalu menyedotnya dengan nikmat. Netra hazel milik Kei menatap aneh pria dihadapannya, ia membatin pelan. Dasar pria aneh! Masa di dalam cafe gini malah pake kacamata hitam?

Park Jonggun merasa terganggu ketika Kei menatapnya dengan tatapan penuh ambigu begitu, ia menatap Kei sejenak, mengalihkan pandangannya dari ponsel pintar miliknya. "Kenapa kau memperhatikanku seperti itu, Nona?"

Kei langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Ani ... aniyo! Aku tidak memperhatikanmu, Tuan. Aku sedang memperhatikan jalanan kota." kilah Kei gugup, gadis itu tak ingin tertangkap basah karena memperhatikan pria berkacamata hitam itu.

"Alasan ..." ujar Park Jonggun sambil menatap Kei tajam.

"Terserah ... Tuan saja." balas Kei kesal.

Diam-diam Park Jonggun ikut memperhatikan gadis di depannya, ia menganggap gadis di hadapannya ini terlihat seperti anak kecil ketika gadis itu kesal.

Bahkan ia sempat terkekeh pelan saat melihat gadis itu kesal. Menurut Park Jonggun, gadis itu cukup menarik untuk mengisi waktu luangnya saat ini.

"Oh ... jadi kau kesal kepadaku, Nona?"

Kei mendelik tajam. "Kata siapa, aku kesal kepadamu, Tuan?!"

"Hanya perkiraanku saja, Nona." ucap Park Jonggun sambil meminum americano-nya.

"Hanya dalam mimpimu, Tuan!" sarkas Kei

Sesaat Park Jonggun melihat jam tangan rollex miliknya, waktu telah menunjukkan pukul 5 sore, ia harus segera pergi ke tempat lain. Lalu, Park Jonggun bangkit dari duduknya dan membuat gadis di hadapannya ini menatap heran.

"Sayang sekali, Nona ... aku harus pergi." Park Jonggun berjalan melewati Kei. "Mungkin ... suatu saat kita akan bertemu lagi, Nona." Lalu, Park Jonggun meninggalkan gadis itu.

Kei menoleh sesaat ketika mendengar ucapan Park Jonggun. "E-eh?" Namun sayangnya, pria berkacamata hitam itu telah menghilang dari cafe itu.

"Dasar pria aneh! Pede sekali dia!" Kei bermisuh-misuh ria sambil menghabiskan minumannya.

.

.

.

Wrong Person - Episode One
To Be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro