A Short Journey | Kuroo Tetsuro
A Short Journey
Cast : Kuroo Tetsuro x OC
Genre : Romance, Angst
Rate : M
Disclaimer : Haikyuu by Haruichi Furudate
Story by Ichirisa
"Sakura isn't spring but you are my everything ..."
Commission for Angela (IG)
==================
Kuroo POV
Aku masih mengingat jelas bagaimana pertemuan pertamaku dengan sosok gadis ceria itu. Pada tahun kedua kuliahku, aku bertemu dengannya di depan rumah Ku-chan saat liburan musim panas kala itu.
Senyumnya manis dan sosoknya berbeda seratus delapan puluh derajat dari Ku-chan, dia terlihat feminin dengan button up knotted dress dengan motif garis-garis, sedangkan Ku-chan malah berpakaian serampangan seperti anak laki-laki. Ia hanya memakai kaos oblong berwarna putih serta celana jogger berwana navy.
Sekilas aku bisa menilai, kalau gadis yang ada di hadapanku ini adalah anak yang ceria, humble, serta murah senyum, dan jujur saja aku heran kenapa Ku-chan bisa mempunyai teman sepertinya? Mengingat Ku-chan itu orangnya judes dan galak pula.
Surainya coklat bergelombang yang tergerai, tubuhnya yang ramping dan juga seksi. Jujur saja, gadis itu masuk dalam kategori tipeku. Aku tidak munafik 'kan? Semua pria pasti melihat fisiknya dulu sebelum dia akan melanjutkan pedekate dengan si gebetan.
"Hoi, Kuroo! Ngapain diem aja?!" seruan dari Ku-chan membuyarkan lamunanku. Aku hanya bisa menyengir untuk menanggapi Ku-chan.
"Tsukasa! Jangan gitu, ih!" gadis bersurai cokelat itu menegur Ku-chan.
Ku-chan mengerit sejenak, "Habisnya dia kayak orang sawan gitu, Sakura! Kebiasaan tiap lihat cewek cakep suka salting!" sarkas Ku-chan sambil menunjukku.
'Oh, namanya Sakura. Cantik seperti namanya.' batinku saat melihat Ku-chan dan gadis itu bertengkar kecil karenaku.
"Oya, oya, Ku-chan hidoi ne!" protesku sambil berpura-pura memasang mimik sedih.
"Najis, Garong!" umpat Ku-chan sambil memajukan bibirnya.
Gadis bersurai cokelat itu terkekah pelan melihat tingkah Ku-chan. "Mou~ Tsukasa!" lalu Sakura menatap wajahku sambil tersenyum. "Doumo, Kuroo-san. Ohisashiburi da ne ..."
'E-eh? Ohisashiburi da ne? Gue pernah ketemu sama Sakura? Kapan? Gue kok gak inget?!' aku bertanya-tanya kapan aku pernah bertemu dengannya.
"Eh? Kita pernah bertemu sebelumnya, Sakura-san?" tanyaku untuk memastikannya.
Ku-chan menatapku tajam. "Cih, benar-benar si Garong ini! Lu lupa, ya? Ini Oreki Sakura, sahabat gue sejak SMA. Lu 'kan pernah ketemu dia pas jaman lu masih SMA!"
"HAH!? PRASAAN DULU TEMEN LU SI OREKI ITU TOMBOY DAH?! KOK JADI FEMINIM GINI?!" refleks aku mengeluarkan semuanya.
Ku-chan memukul jidatnya sendiri, "ASTAGA, GARONG! Ya namanya orang 'kan bisa berubah! Bisa glowing gitu, lho! Hadeuh!" Ku-chan membuang nafasnya malas.
"Gomen, gue kagak inget." Aku menatap Sakura, "Gomen ne, Sakura-san, aku gak ingat jika kita pernah bertemu sebelumnya."
"Najong! Ngomongnya pake aku-kamu ke Sakura, idih, dasar Garong!" Ku-chan meledekku dengan sinis.
Sakura hanya tersenyum, "Iie, iie, daijoubu yo, Kuroo-san."
Gadis ini benar-benar malaikat. Aku ikut tersenyum dan lega, ketika gadis di hadapanku ini tidak sakit hati atas ucapanku.
Kesan pertamaku kepada Sakura, dia gadis yang santai. Sumpah, santai banget padahal si Ku-chan lagi mencak-mencak gegara dia kesel sama aku, tapi berkat Ku-chan, aku bisa mengenal Sakura lebih jauh dan menjadi kekasihnya.
Awalnya Ku-chan sedikit marah ketika ia mengetahui kalau aku berpacaran dengan Sakura, aku rasa dia marah karena baik Sakura ataupun aku tidak pernah menceritakan apa pun tentang kedekatan kami, selain saat kita bertiga bertemu dan main bareng. Toh, waktu itu saat aku dekat dengan Sakura rasanya, ya, mengalir begitu saja.
Aku cukup terkejut ketika mengenal pribadi Sakura lebih dalam lagi, selain dia orangnya santai, dia bisa menjadi teman minum sekaligus teman nongkrong. Sakura itu gadis perokok, biarpun kesannya seperti anak nakal, tapi dia tidak seperti itu. Wawasannya luas, saat diajak ngobrol nyambung, dan dia bisa diajak ngerandom hal apa pun. Intinya Sakura berbeda dari Ku-chan ataupun si bungsu Ushijima, dunia Sakura berbeda dengan dunia keduanya.
Tidak ada kesan-kesan seperti orang jadian pada umumnya, tidak ada pernyataan cinta dan tidak ada pula ada embel-embel kata; 'Jika sekarang kita jadian.' yah, karena kami sudah nyaman, dan terus melanjutkan hubungan kami lebih jauh lagi. Ditambah kami LDR pula, jadinya yah kesannya biasa saja, tidak ada spesial-spesialnya sama sekali. Aku juga jarang bertemu dengan Sakura karena ia tinggal di Akita, sedangkan aku berada di Tokyo. Paling, aku hanya bisa bertemu dengannya saat liburan semester ataupun saat aku ada waktu luang untuk berkunjung ke Akita, atau bisa juga Sakura yang datang ke Tokyo saat ia sedang libur bekerja.
Namun, aku beruntung memiliki Sakura, dia bukan tipekal pencemburu, dan satu lagi dia juga tidak pernah bertengkar dengan Ku-chan gara-gara kedekatan kami. Beberapa mantanku yang lalu-lalu sering kali bertengkar dengan Ku-chan, entah perihal seperti apa? Padahal menurutku, masalahnya cuma sepele seperti; di mana ada saatnya aku harus mengantar Ku-chan pulang ke rumahnya karena pms atau saat tiba-tiba Ku-chan dengan randomnya mengajakku jalan-jalan.
Semua mantan-mantanku cemburu, sampai sering bilang seperti ini, "Yang pacarmu itu aku atau Kujo?"
Padahal sudah jelas-jelas aku sering bilang kepada para mantanku. "Pacarku itu kamu, Sayang!" namun, si para mantan malah tambah drama queen bilang kalau Ku-chan ini adalah pacarku. Hello! Siapa yang demen sama Kujo Tsukasa? Dia itu gak ada manis-manisnya, muka judes, mulutnya pedes, ditambah dia itu cuma bisa ngomongin tentang dunianya aja. Ku-chan mana bisa menjalin percintaan sama seseorang? Jelas-jelas dia itu tipekal apa-apa bisa sendiri, macam anak bujang.
Tapi tetap saja para mantanku itu tidak mau mengerti, mereka pahamnya Ku-chan itu selalu menempel denganku. Padahal sudah beratus kali aku bilang jika Ku-chan itu hanya sahabatku dan kami dekat karena rumah kami cuma berseberangan, serta ditambah Ku-chan adalah sepupu dari Kenma. Otomatis itu semua membuatku dan Ku-chan makin dekat macam orang pacaran karena sering kali terlihat bersama, padahal nyatanya kami sama sekali bukan sepasang kekasih, kami ini murni cuma sahabatan tanpa ada rasa sedikit pun.
Hanya Sakura yang paham semuanya, memahami tentang kedekatanku dengan Ku-chan, memahami rasa sayangku ke Ku-chan itu sebagai rasa sayang antara saudara. Sungguh, aku bersyukur telah memilikinya, aku berharap hubungan kami yang telah berjalan lewat satu tahun ini bisa terus berjalan, mungkin hingga ke jenjang pernikahan.
.
.
.
Normal POV
Kuroo Tetsuro dan Oreki Sakura, dua pasangan sedang dimabuk asmara ini tengah berlibur ke Sendai untuk menghabiskan liburan musim panas, biarpun sangat telat dikatakan liburan musim panas karena sebentar lagi musim panas akan segera berakhir.
Entah mengapa liburan kedua sejoli ini memilih liburan ke Sendai? Apa karena rumah keluarga Sakura ada di Sendai? Atau karena Kuroo ingin bertemu dengan salah satu anggota Karasuno? Yah, intinya mereka ingin menghabiskan liburan di sana.
Mereka menginap di penginapan tradisional khas Jepang di dekat Prefektur Tohoku. Penginapan tradisional itu memiliki fasilitas onsen terbuka untuk privat, kebanyakan para pasutri akan menginap di sini untuk menghabiskan waktu berdua, begitu pula dengan Kuroo dan Sakura yang baru saja tiba di kamar penginapan mereka.
Sakura meletakkan koper kecil miliknya di sudut ruangan, sedangkan Kuroo menaruh asal tas ransel besar miliknya, lalu ia berjalan ke arah jendela. Dengan santainya ia malah membuka jendela kamar mereka dan melihat panorama keindahan alam sekitar.
"Hmm ... lumayan okelah, ya, pemandangannya," pria bersurai raven itu menoleh ke arah Sakura sejenak. "Iya 'kan, Sayang?"
Sakura yang baru saja menaruh koper kecil miliknya menatap Kuroo bingung, sekilas ia langsung melihat ke arah jendela. "Hn." ia mengangguk kecil. "Bukannya kau sudah dua kali ke Sendai?"
Kuroo berbalik badan, ia menyenderkan bahunya ke sisi pilar yang ada di dekat jendela, sambil melipatkan tangan di dada. "Memang ... tapi setiap ke sini biasanya aku hanya tidur di penginapan kecil yang dekat fasilitas lapangan voli, Sakura."
Sakura yang baru saja duduk di kursi lesehan itu menatap Kuroo heran. "Ya ... terus?" gadis bersurai coklat dengan ombre abu-abu dibawahnya itu tengah mengambil gelas kecil, lalu ia membuat segelas ocha di atas meja. "Aku harus respon apa, Tetsuro?"
Lalu Kuroo berjalan ke arah meja kotatsu, ia mendudukan pantatnya di kursi lesehan. "Kamu harusnya tuh bikin respon apa kek gitu?! Biar akunya seneng." ucap Kuroo dengan wajah sok imut.
Sakura langsung memasang wajah datar ke Kuroo. "Males ah ... lagi gak mood."
Kuroo masih memasang muka merajuk. "Mou~ Sakura ..." bahkan ia juga memasang pose kiyowo agar Sakura luluh.
Sakura terkekeh pelan saat melihat tingkah Kuroo. "Kekeke ... astaga kamu ini, Tetsuro!"
"Kenapa kamu malah tertawa, Sakura? Aku gak lucu gitu?" tanya Kuroo dengan mimik sok sedih.
"Hn." Sakura mengangguk cepat ketika memberikan respon untuk Kuroo, sesekali ia ingin mengerjai kekasihnya yang duduk di hadapannya ini.
"Hidoi ne~ Oreki-sama ..." ucap Kuroo sambil menompang dagunya dengan kedua tangannya yang ada di atas meja kotatsu.
"Memang aku jahat." timpal Sakura yang memberikan segelas ocha kepada Kuroo. "Tapi biarpun begitu ... kamu 'kan cinta sama aku?"
"Ya ... kamu menang, Sakura!" Kuroo meminum ochanya sejenak, lalu meletakkan gelas itu di atas meja kotatsu. "Ternyata aku malah gagal merajuk. Cih, gak asik!"
Sakura mengambil sebungkus rokok dari bajunya, ia mengambil sebatang rokok itu, dan memasukan rokok itu ke dalam mulutnya. "Syukurin!" Sakura mengambil korek gas miliknya, lalu menyalakan rokoknya.
Ffiiuuhh ... ffiiuuhh ...
Suara hembusan serta kepulan asap rokok mulai mengisi ruangan kamar penginapan mereka, Kuroo sejak awal berpacaran dengan Sakura tahu jika kekasihnya adalah seorang perokok biarpun kadang Kuroo juga suka memarahi kekasihnya.
"Lalu bagaimana kuliahmu, Tetsurou? Ku dengar dari Tsukasa, kuliahmu sedang pusing, ya?" tanya Sakura sambil merokok.
"Yah ... begitulah. Namanya juga mahasiswa tingkat akhir, aku sering pusing sama tesis dan dosen yang suka ngeghosting tiba-tiba pas lagi bimbingan." jawab Kuroo sambil memakan cemilan kecil yang tersaji -termasuk salah satu room service- di atas meja kotatsu.
"Hmm ... lalu bagaimana dengan klub volimu? Kamu masih bermain voli 'kan?" tanya Sakura lagi, ia sangat antusias jika berbicara soal kegiatan Kuroo di kampusnya.
"Yah, aku masih main, sih ... cuman kayaknya bakal berhenti, sih. Soalnya aku harus mulai cari-cari intership atau kerja yang sesuai passion aku juga."
"Hmmm begitu, ya? Jadi kayaknya kamu bakal mau fokus ke karirmu dulu? Udah ada rencanakah? Kayak mau ngelamar ke mana dulu, gitu?"
"Udah ada, sih, Sayang. Aku udah coba daftar ke JVBA, tapi gak tau deh bakal lolos apa enggak? 'Kan tahu sendirilah yang daftar mau ke sana banyak banget!" Kuroo bermisuh ria kepada sang kekasih.
Sakura mematikan rokoknya ke asbak, lalu ia memegang kedua tangan Kuroo.
"Aku yakin, kok. Kamu pasti bisa lolos buat ke JVBA karena aku tahu kamu tuh orangnya hebat dan bisa masuk ke sana. Kamu harus optimis, Sayang!"
Kuroo membuang nafasnya malas. "Iya, sih ... aku harus optimis, tapi tetep aja kadang malah insecure juga."
Sakura menatap wajah Kuroo lekat-lekat. "Wajar aja, sih, kalau kamu insecure. Aku juga kadang insecure, kok. Bahkan aku suka insecure sama prestasi kamu yang luar biasa keren banget. Aku aja malah pengen bisa kuliah kayak kamu, Sayang."
Kuroo mencoba untuk tersenyum. "Sankyu ... Sakura." lalu Kuroo membuang nafas dengan mengeluarkan suaranya. "HOSH!"
"Sudahlah lebih baik lupakan saja tesis, intership, dan sebagainya itu! Toh, kita ke sini 'kan mau liburan. Ya 'kan, Sayang?" Kuroo menatap kekasihnya sambil tersenyum mesum.
Tangan kanan Sakura langsung menutupi wajah Kuroo yang sedang tersenyum mesum itu. "HENTAI!!" seru Sakura dengan wajah memerah.
Kuroo menahan tangan Sakura, pria bersurai raven itu mendekatkan wajahnya kepada kekasihnya.
"Mau apa kamu, Tetsuro?!" tanya Sakura waspada, ia tahu gelagat mesum kekasihnya.
Kuroo mencium kekasihnya. Awalnya ciuman itu terasa lembut dengan rasa perpaduan ocha serta nikotin bersatu. Namun, kelama-lamaan ciumannya menjadi liar, keduanya saling bertukar saliva.
"Ngghh ... Tetsuro ... ngghh ..." ucap Sakura di sela-sela ciuman mereka.
Kuroo mengakhiri ciumannya. "Sepertinya, ciuman terhalang meja begini kurang nikmat, ya?"
Wajah Sakura memerah ketika Kuroo menggodanya. "Uruse na ..."
Kuroo merentangkan kedua tangannya. "Kemarilah, Sayang ..." goda Kuroo
Biarpun wajah Sakura memerah bak kepiting rebus, ia bangkit dari duduknya. Lalu berpindah ke pangkuan Kuroo.
Kuroo menepuk pelan kepala kekasihnya. "Nah, begini 'kan lebih nyaman?" lalu tangan kanan Kuroo memegang dagu Sakura, sedangkan tangan satunya mulai sibuk masuk ke dalam kaos turtle cream muda yang dipakai oleh Sakura.
"Ngghh ... geli ... ih ... Baka!" ujar Sakura sambil memajukan bibirnya.
"Jangan manyun gitu, Sakura. Aku jadi gak sabar ingin memakanmu." Kuroo menggoda kekasihnya dengan nakal.
Ciuman panas itu kembali berlangsung, Sakura mengalungkan kedua tangannya di leher kekasihnya, sedangkan tangan nakal Kuroo mulai menyelurusi bagian sensitif lainnya.
Mereka pun bercinta, ruangan kamar tempat mereka menginap dipenuhi suara desahan mesum keduanya.
Dan liburan musim panas pertama mereka pun akhirnya dimulai.
.
.
.
Liburan Sakura dan Kuroo sangat menyenangkan, mereka berjalan-jalan mengelilingi Kota Sendai, bahkan mereka sempat mampir ke taman bermain maupun waterpark. Hingga tak terasa waktu liburan mereka sebentar lagi habis, mereka hanya bisa berlibur selama 4 hari di Kota Sendai, karena Sakura mesti kembali bekerja di Akita.
Hari terakhir mereka berlibur di Miyagi, Kuroo dan Sakura memutuskan berkencan ala anak SMA. Mereka pergi ke gedung bioskop, Sakura bilang ia ingin menonton film horor Amerika yang lagi booming.
Kuroo awalnya menolak ajakan Sakura menonton film horor, jujur saja biarpun Kuroo perawakan metal begini, tapi kalau disuruh nonton horor dia bakal mundur alon-alon.
Sakura menunjuk poster film horor yang terpajang di dinding gedung bioskop. "Tetsuro, kita nonton ini, ya, please ..." pinta Sakura sambil mengapit lengan Kuroo erat.
Kuroo menatap horor kekasihnya. "Sakura ... yang lain aja, ya? Film action atau romance gak apa-apa dah, asal bukan horor."
Sakura menggembungkan kedua pipinya. "Payah! Masa takut nonton film horor sih? Aku yang takut aja penasaran sama film horornya. Toh, katanya Tsukasa filmnya gak serem."
Kuroo membuang nafasnya pelan, ia mengelus kepala kekasihnya dengan sayang. "Ku-chan ngomong, kok, didengerin, sih, Sakura. Dia itu kalau review film suka gak jelas, bikin jebakan betmen mulu kerja!"
Wajah Sakura memerah karena kesal. "Tapi ... aku udah lihat teaser-nya di utube! Itu seru filmnya bukam sekedar horor, tapi ada unsur thriller-nya juga!" Sakura masih memajukan bibirnya. "Pokoknya, aku mau nonton itu!"
Kuroo menyerah. "Baiklah, ayo kita tonton!"
"YEAY!" seru Sakura kegirangan, ia langsung berjinjit dan mencium pipi Kuroo cepat. "Sankyu, Tetsuro."
Wajah Kuroo sedikit memerah saat kekasihnya tiba-tiba menciumnya dengan cepat, bahkan ia sempat memegang pipinya yang baru saja dicium Sakura. Ia menoleh ke arah Sakura, menatapnya sejenak. "Dasar kamu ini, ya!" Kuroo langsung meletakkan tangannya di puncak kepala milik Sakura, lalu mengacak surai milik Sakura dengan cepat.
"MOU~!! Jangan acak-acak rambutku, Tetsu!" seru Sakura kesal.
"Hahaha ..." pria mantan kapten Nekoma itu hanya tertawa melihat tingkah lucu Sakura yang sedang kesal.
Mereka akhirnya mengantri untuk membeli tiket bioskop film horor itu. Ketika mereka mengantri, Sakura tahu jika kekasihnya ini dibicarakan oleh sekumpulan gadis-gadis yang juga pengunjung bioskop hari ini. Kurang lebih mereka semua berkomentar begini;
"Hei, cowok itu ganteng banget, ya?"
"Sayang banget ... si ganteng udah ada pawangnya."
"Pacarnya biasa banget. Gak cakep! Kok bisa, sih, itu cowok jadi pacarnya?!"
Begitulah kira-kira isi percakapan sampah di antara sekumpulan remaja. Sakura yang mendengarnya merasa risih dengan ucapan gadis-gadis yang sedang mengantri dibelakangnya. Sakura menoleh ke belakang, ia menatap tajam gadis-gadis itu, bahkan dengan sengaja ia menjulurkan lidahnya dan memberi pose jari tengah ke gadis-gadis itu. Tentu saja, sekumpulan gadis-gadis itu kesal dengan tingkah laku Sakura.
Bahkan Kuroo sampai bertanya ada apa dengan kekasihnya?
"Kamu kenapa, Sakura?" tanya Kuroo dengan kedua tangannya yang memegang dua gelas cola ukuran besar.
Sakura yang tengah mengemil pop corn ukuran besar di tangannya, melirik Kuroo sejenak. "Tadi biasa, ada kecoak yang harus kubersihkan."
"Kamu cemburu?"
Sakura menoleh dan menatap kekasihnya tajam. "HAH? Enggaklah! Ngapain cemburu sama gadis-gadis kecoak itu?! GAK LEVEL!!"
Kuroo hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban kekasihnya. "Hai ... hai ..."
Kuroo jadi teringat dengan Tsukasa jika melihat respon Sakura yang seperti tadi, ternyata mereka ini satu jenis kalau soal kecemburuan, dasar tsundere! Begitu pikir Kuroo.
Keduanya akhirnya masuk ke ruang teater itu, mereka memilih duduk di deret barisan bangku nomer empat dari atas, tidak terlalu pojok, dan tidak terlalu jauh. Cocok untuk Sakura yang memiliki mata minus, ia bisa menonton dengan jelas dari arah itu.
Pasangan bucin ini duduk bersebelahan di bangku itu, tangan Kuroo memegang tangan Sakura yang berpangku di sisi pinggiran kursi yang berada di antara Kuroo dan Sakura. Lampu teater di dalam bioskop mulai padam, keduanya pun mulai terlarut dan fokus ke dalam film yang sedang berputar di layar proyeksi, tentu dengan tangan yang saling mengambil pop corn untuk menemani selama film itu tayang nanti.
.
.
.
Kuroo dan Sakura mulai tidak nyaman dengan suara musik film horor yang menggema di area teater bioskop, bahkan setiap adegan jump scare itu muncul, baik Kuroo ataupun Sakura pun ikut menjerit.
"KKYAAA!! ITU SETANNYA NONGOL, TETSURO!!" seru Sakura pelan sambil memeluk lengan Kuroo secara refleks.
"Please ... kagak lihat, gue kagak lihat setannya!" ujar Kuroo sambil menutupi wajahnya dengan tangan kirinya.
Kedua pasangan ini sebenarnya sama-sama takut dengan film horor, tapi entah apa yang merasuki Sakura ingin menonton film horor besutan hollywood ini.
BAM!!
Suara efek visual yang keluar dari speaker di dalam teater membuat penonton kaget, termasuk Kuroo yang refleks langsung latah saat adegan jump scare itu muncul.
"ANJ*NG!! APAAN TUH YANG NONGOL?!! BAB*K SEREM NGEPET!!"
Refleks semua penonton yang ada di dalam teater itu menoleh ke arah pasangan sejoli ini dan menatap tajam mereka. Kuroo langsung memberi isyarat meminta maaf pada penonton lainnya.
"Sumimasen ..."
Lalu para penonton lainnya kembali fokus ke layar proyeksi itu. Film horor yang sedang tayang di layar proyeksi itu akhirnya selesai dalam waktu seratus dua puluh menit, Kuroo dan Sakura pun ikut keluar dari pintu teater. Wajah keduanya tampak pucat seperti orang yang baru saja habis lari marathon ke Hakone.
"Edan! Serem banget filmnya tadi, Tetsuro." komentar Sakura
"Aku 'kan udah bilang kalau Ku-chan yang rekomendasiin pasti serem, Sakura." timpal Kuroo kesal.
Sakura menatap Kuroo yang tengah merangkulnya. "Tapi 'kan aku penasaran, Sayang!"
"Penasaran, sih, penasaran, tapi kamu malah gak mau lihat filmnya sama sekali dan malah peluk aku kenceng banget."
Sakura menggembungkan pipinya. "Jadi kamu gak suka aku peluk?"
"Bukan begitu ..." Kuroo mengelak, pria kucing itu menatap kekasihnya. "Tapi kalau kita nonton film lain 'kan kamu bisa enjoy nontonnya." Kuroo mengelus kepala Sakura dengan sayang.
"Tapi aku enjoy, kok, nontonnya. Kamu aja yang penakut." ujar Sakura
"Yee ... nih anak! Gak ngaca!" Kuroo mengacak-acak surai milik Sakura.
"Iihhh~ jangan acak-acak rambutku dong, Tetsu! Berantakan!" protes Sakura kesal.
Kuroo tertawa renyah, "Hahaha ... biarinlah aku suka."
Keduanya pun akhirnya berjalan meninggalkan gedung bioskop itu, mereka melanjutkan kencan terakhir mereka di Sendai, sebelum akhirnya besok pagi mereka pulang ke Tokyo dan Akita.
.
.
.
Stasiun Sendai, Miyagi.
Kuroo dan Sakura telah tiba di Stasiun Sendai, keduanya pun memasuki area peron stasiun. Mereka akan berpisah sebentar lagi, Kuroo memilih kereta yang berangkatnya lebih lama 1 jam dari kekasihnya.
Kuroo dengan sengaja menunggu lebih lama agar ia bisa mengantar Sakura terlebih dahulu naik shinkansen ke Akita.
"Nee ... Tetsuro." panggil Sakura
Kuroo menoleh. "Hn?"
"Kenapa menungguku?" tanya Sakura sambil memakan sandwich isi keju daging miliknya.
Keduanya saat ini sedang duduk di area peron. Kuroo membuang nafas malas. "Karena aku ingin melihatmu naik shinkansen dengan selamat."
Sakura mengigit sandwichnya dan menelannya. Lalu, ia menatap kekasihnya. "Padahal tinggal naik sama-sama juga tidak apa-apa." Sakura menunjuk peron sebrang. "Toh, lagian peron shinkansen ke Tokyo hanya beda dua jalur dengan shinkansen ke Akita."
Kuroo menyenderkan kepalanya ke bahu Sakura. "Aku ingin lebih lama mengobrol denganmu."
"E-eh?" Sakura terkejut mendengar ucapan kekasihnya.
"Kenapa kamu terkejut?" tanya Kuroo sambil melirik kekasihnya.
"Enggak ... bukan apa-apa. Aku hanya merasa kamu tidak seperti biasanya." jawab Sakura datar, gadis itu masih melanjutkan memakan sandwich yang ia beli bersama Kuroo di dekat stasiun Sendai tadi.
"Memangnya biasanya aku seperti apa, Sakura?"
"Jahil, mesum, dan yang terakhir kadang kamu nyebelin." Sakura menjabarkan sifat Kuroo yang selama ini ia kenal.
"Dari dulu aku memang seperti ini, Prunus Serrulata." Kuroo membetulkan posisi duduknya, sekarang ia menatap wajah Sakura. "Aku paling suka melakukan deep talk dengan orang yang kusayangi."
"Aku tahu itu, tapi ..." Sakura melipat bungkus bening sandwich miliknya. "Jangan memanggil namaku dengan nama latin bunga sakura! Memangnya aku ini bunga apa?!" ujar Sakura kesal sambil menyimpannya di dalam tas tangan miliknya.
"Hahaha ... wari na, Sakura." Kuroo mencium cepat pipi kekasihnya.
Sakura memerah. "Mou~ Teteuro ... jangan melakukan PDA, sih!!" protes Sakura kesal.
Kuroo hanya tertawa renyah. Kuroo dan Sakura mengobrol banyak hal sambil menunggu shinkansen menuju Akita datang. Mereka membicarakan tentang keluarganya masing-masing, termasuk keluarga Kuroo yang telah perpisah. Kuroo menceritakan bahwa ia bertemu dengan kakak perempuannya tiga bulan lalu di tempat kerjanya secara tidak sengaja, jujur ia canggung karena nyaris hampir satu dekade orangtua Kuroo memutus komunikasi antar keduanya.
"Yah, intinya aku bertemu dengan Sana Nee-chan tiga bulan lalu, Sakura."
"Lalu, kalian bertukar nomer ponsel? Atau sosial media?" tanya Sakura sambil memegang tangan Kuroo.
Kuroo mengangguk. "Hai, kami bertukar nomer ponsel. Mungkin ... dalam waktu dekat kami akan bertemu lagi. Entahlah ..."
"Souka. Aku harap hubunganmu dengan Sana-san akan berjalan lancar." Sakura tersenyum.
"Hn. Aku harap juga begitu." Kuroo menatap peron itu dengan tatapan kosong.
"Tapi ... apakah Tsukasa sudah tahu tentang kamu bertemu dengan Sana-san, Tetsuro?" tanya Sakura penasaran.
Kuroo menggeleng pelan. "Aku belum sempat menceritakannya. Karena setiap bertemu dengannya yang dibahas voli terus."
Sakura mengangguk cepat, ia menyetujui ucapan Kuroo tentang sahabat mereka itu. "Lalu, Tsukasa udah pulang 'kan ya dari Brazil?"
"Seingatku, belum, sih. Emang kenapa?"
"Mau minta oleh-oleh!" ucap Sakura cepat.
Kuroo tertawa sambil mengacak-acak surai milik Sakura. "Hahaha ... dasar kau ini!"
"Sudah kubilang, ih ... jangan acak-acak rambutku, Tetsuro!" protes Sakura kesal.
Tak lama kemudian, Shinkansen menuju Akita akhirnya datang.
"Ah, itu dia shinkansennya datang!" Sakura menunjuk shinkansen jurusan Akita yang baru datang.
Kuroo mengangguk cepat. "Un, shinkansen-nya sudah datang."
Keduanya bangun dari duduknya dan berjalan ke sisi peron. Sudah waktunya mengucapkan selamat tinggal kepada kekasihnya.
"Nee ... Tetsuro. Aku pulang dulu, ya?" Sakura pamit kepada Kuroo.
Kuroo mengangguk pelan, ia memeluk kekasihnya. "Hati-hati di jalan, ya, Sayang? Kabari aku setiap shinkansen-mu melewati stasiun."
"Hn. Kamu juga hati-hati, ya?" Sakura mendonggak, menatap wajah kekasihnya. "Jangan lupa kabari aku!"
Kuroo mencium bibir Sakura singkat.
"Suki da yo, Sakura." bisik Kuroo pelan di telinga Sakura.
Sakura memerah. "Watashi mo." lalu Sakura menarik koper kecilnya menuju shinkansen.
Sakura menoleh sejenak, saat ia telah masuk ke dalam shinkansen. "Jaa, ittekimasu ... Tetsuro. Sampaikan salammu untuk keluargamu, ya!" Sakura melambaikan tangannya kepada kekasihnya.
"Itterasshai, Sakura." Kuroo membalas lambaian tangan dari Sakura, lalu pintu shinkansen jurusan Akita pun tertutup.
Shinkansen itu telah melaju menuju Akita dan meninggalkan Kuroo yang masih berada di sana. Ia berpindah ke dua peron seberang tempat ia berdiri saat ini, karena shinkansen menuju Tokyo ada di seberang sana.
.
.
.
Dua bulan kemudian ...
Hubungan Kuroo dan Sakura berakhir.
Kuroo dengan terpaksa mengambil keputusan yang berat untuk mengakhiri hubungannya dengan Sakura, ia harus melindungi Tsukasa, sahabatnya.
Kuroo akan menikah dengan Tsukasa pada akhir tahun nanti.
Kuroo masih memandangi foto dirinya dengan Sakura saat liburan musim panas beberapa waktu lalu di dalam ponsel pintarnya.
"Sakura isn't spring ... but you are my everything ... Sakura ..." gumam Kuroo pelan sambil mencium layar ponselnya.
"Maafkan aku, Sakura. Maaf ... karena keputusanku, aku harus mengorbankan hubungan kita. Aku harap kamu bahagia di sana."
.
.
.
Kuroo Tetsuro | A Short Journey
END
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro