Result: Commission Write(1)
© yappleich, 2023
Commission for Venus from Facebook
Ship: Jane (OC) x Jean (AoT)
Genre: Fluff
Word: 1119
AC di ruangan yang Jane tempati kini dingin tapi karena sang atasan yang menatapnya dengan geram dan memenuhi telinganya dengan kalimat pedas dan nyelekit, tubuhnya jadi berkeringat.
"Yang pertama kamu menghilangkan file proyeknya, kedua kamu hampir membuat proyek ini tak di ACC pimpinan dan sekarang apa lagi ini?"
Jane Ainsley, gadis yang baru menginjak usia awal 20 tahun itu meremat kedua tangannya yang terasa dingin, entah berapa lama dirinya berada dalam ruangan bosnya ini rasanya sedetik saja terasa lama dan Jane ingin pergi dari sana segera.
"Seharusnya kamu tahu yang mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu, bulan depan produk ini akan launching tapi lihat apa yang sudah kamu lakukan?" Jane diam, tak bersuara sedikit pun. Bahkan bernapas saja rasanya Jane takut.
"Kerjamu lambat, tak kompeten dan parah," lanjut sang atasan marahi Jane.
Jane tahu kesalahan yang ia buat sebelum-sebelumnya memang kecerobohannya, tapi kali ini bukan. Salah temannya yang typo menuliskan tenggat waktu jatuh tempo, ia jadi harus begadang menyelesaikan revisian yang harusnya sudah ia selesaikan sehari yang lalu, kemudian datang ke kantor terlambat dan dilanjutkan dengan omelan nyelekit dari atasannya kini.
"Sungguh kamu ini karyawan yang gak berguna."
Hah, Jane merasa tubuhnya menjadi jeli, keadannya rumit sekali saat ini. Kalimat yang membuatnya hina menyakiti hati, Jane tak berani menyangkal sehingga membisu hanya satu-satunya kegiatan yang ia mampu.
Keluar dari ruangan, Jane mengembuskan napasnya dengan berat. Sekarang ia bisa sedikit bernapas walaupun pundaknya masih terasa berat.
Sejenak Jane diam di sana, ia memundurkan diri dan bersandar pada dinding depan ruangan sang atasan.
Jane jadi pengin nangis di atas kasurnya yang nyaman, yang beberapa hari ini tak dapat ia nikmati akibat banyak begadang menyelesaikan revisian.
Dari kejauhan ia melihat kerumunan karyawan kantor keluar dari salah satu ruangan dan di sana ada kekasihnya. Jane tersenyum tipis merasa senang entah karena apa. Mungkin karena melihat wajah sang kekasih yang nampak segar?
Tak terlalu sulit untuk menemukan keberadaan kekasih hati dalam kerumunan karena ia cukup mencolok, pria itu tinggi dengan rambut berwarna lebih terang dari pada orang Asia kebanyakan.
Namanya Jean Kirstein, bagian dari divisi IT yang akan menjadi calon ketua divisi itu dalam waktu dekat.
Ah, hebat sekali bukan? Sedangkan Jane apa? Seseorang yang telah membuat kekacauan tiga kali berturut-turun di beberapa proyek penting. Jika sampai Jane melakukan kesalahan lagi kemungkinan besar Jane akan dipecat. Berikutnya ia akan kesulitan mendapat pekerjaan lagi, kekasihnya akan memutuskannya selanjutnya jadi gelandangan
dan terakhir harus menjual salah satu ginjalnya untuk bertahan hidup.
Tidak!
Itu terlalu mengerikan.
"Jane?" Jean memanggil. Rupanya pria itu sudah ada di depannya, Jane tak sadar sebab terlalu fokus pada overthinking nya tadi.
"Hei, kamu kenapa?" tanya Jean heran. Jane menatap Jean, berkedip beberapa kali karena agak kaget dengan kedatangan kekasih hati.
"Jane ..." Kali ini Jean memanggil Jane dengan lembut sembari memegang bahu gadis itu.
"Eh, Jean ...," lirih Jane menjawab. Ia tersenyum kikuk, berusaha menyembunyikan kesedihannya. Kemudian,
gadis bersurai hitam sebahu itu menunduk melihat ujung sepatunya sendiri, rasanya Jane harus menyembunyikan sisinya yang seperti ini pada kekasihnya itu.
"Kenapa? Kok melamun di sini?" tanya Jean. Ia melihat pintu yang tak jauh dari keberadaan mereka, ruangan HRD. Jean jadi penasaran, apa Jane baru saja dari sana?
"Ga papa kok Jean," jawab Jane.
Jean menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal sebab masih merasa penasaran tapi Jane nampak tak ingin membahasnya.
"Makan yuk, bentar lagi jam makan siang bakal habis," ajak Jean. Jean tahu ia lebih baik tak usah bertanya lagi dan mengalihkan pembicaraan. Ah tumben peka.
Jane mengangguk perutnya tiba-tiba merasa lapar karena ajakan itu.
Kemudian malam, Jean mampir ke apartemen sang kekasih. Karena akhir-akhir ini Jane lembur sampai membawa pekerjaan ke apartemen, tempat itu jadi agak kurang terurus sekarang.
Gadis itu meringis, "maaf agak berantakan," ucapnya tak nyaman.
Jean mengangguk sembari menepuk-nepuk pucuk kepala Jane, mereka lantas jalan beriringan.
"Di dalam lemari ada kornet, mau makan mie nya pakai itu?" Jane menawarkan, dari pembatas antara dapur dan ruang utama ia menampakkan diri, membawa sebuah nampan.
Malam ini mereka makan malam bersama walau hanya dengan mi seduh yang sederhana.
"Boleh," jawab Jean. Ia membuka bungkus bumbu dan menuangkannya ke dalam cup mie nya, tak lupa juga ia menuangkan ke dalam cup milik sang kekasih. Bersamaan dengan itu Jane duduk di samping Jean, meletakkan nampan yang berisi gelas penuh air dan beberapa potong kornet.
Keduanya duduk lesehan di ruang utama dengan tv yang dinyalakan agar kesunyian tidak begitu kentara, selain itu mereka juga berencana menonton film. Kehidupan orang dewasa yang menjadikan sibuk dengan pekerjaan membuat mereka jarang sekali mendapat kesempatan berkencan. Jadi, mampirnya Jean malam ini dijadikan kesempatan.
Jane mengambil mie bagiannya kemudian menghirup aromanya. Seketika perut gadis itu bereaksi, berbunyi meminta diisi. Jane lantas menyeruput nya dengan lahap, kalau Jane sadar cara makannya kini mungkin ia akan meruntuk pada kebrutalannya tersebut.
Semua itu tak luput dari pandangan Jean. Ia tersenyum melihat tingkah Jane yang nampak manis. Jean mengulurkan tangannya untuk menjauhkan helaian rambut Jane yang nampak menggangu ke belakang telinga.
"Pelan-pelan makannya," ucap Jean mengingatkan.
Duh, malu. Jane memelankan kunyahannya kemudian menutup mulutnya. "Maaf," ucapnya pelan selanjutnya kembali melanjutkan makannya dengan hati-hati.
"Kamu gak papa?"
Pertanyaan Jean membuat Jane terdiam.
"M-maksud kamu?" Jane berusaha terlihat tidak menyembunyikan apa-apa. Sungguh, Jane gak ingin kekasihnya melihat sisi lemahnya ini.
"Kamu kelihatan murung sejak tadi siang, kamu memang pendiam tapi tidak biasanya kamu sependiam hari ini," ucap Jean.
Pernyataan Jean malah membisukan Jane.
"Tadi siang kamu ada di depan ruangan HRD, jangan-jangan kamu baru dari sana?"
Kemudian pertanyaan Jean membuat Jane makin membisu. Ada rasa tak nyaman dalam dada yang membuat gadis bersurai hitam sebahu itu ingin segera menandaskan sisa mie yang berada dalam cup miliknya.
"Iya ...." Jane menghela napas.
Ia mengambil gelas dan meneguk isinya hingga tersisa setengah.
"Aku tadi dipanggil ke sana, soalnya aku membuat kesalahan lagi ...," ucap Jane dengan nada kecewa. Begitulah, Jane juga merasa kecewa dengan kinerjanya. Padahal ia punya kekasih yang hebat, calon ketua di divisi IT. Jean mendengarkan Jane sembari menghabiskan mie nya.
"Aku takut aku akan dipecat ...," ringis Jane. Kalimat-kalimat yang dilontarkan atasannya tadi siang terus membuatnya kepikiran, kata "tak berguna" yang juga terlontar agak membuat hati Jane teriris.
Gadis itu menunduk, memainkan jemarinya di gelas yang masih ia genggam.
"Stttt ...."
Jean merangkul Jane, membawa kekasih hati dalam pelukan. Suatu tindakan yang membuat Jane merasa dikuatkan dan disayangi.
"Semua akan baik-baik saja." Jean menepuk lembut bahu gadisnya, ucapannya mengalun dengan lirih dan lembut. Tak ada seseorang pun yang pernah mendengar suara lembut Jean yang menenangkan ini selain ibunda pria itu dan Jane sendiri.
"Semua orang selalu membuat kesalahan, tidak terkecuali. Kamu jangan khawatir, kamu luar biasa Jane aku yakin semua akan baik-baik saja kedepannya," ucap Jean.
Jane tersenyum membalas pelukan Jean dengan erat, ia merasa tenang sekarang.
–FIN–
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro