~8~
Hah~
Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya, ia mengangkat tangan dan memijit kepala yang sedikit berdenyut. Sudah beberapa hari ia tidak tidur dengan nyenyak, setiap malam selalu berkutat dengan laptop dan berkas-berkas tak lupa menghubungi seseorang.
Semua itu sungguh menguras tenaga tapi ia harus tetap melaksanakannya, itu adalah tugasnya sebagai pangeran walau ia juga khawatir dengan adiknya yang sampai sekarang belum di temukan.
Tok
Tok
Tok
Pintu besar terbuat dari jati itu di ketuk, tanpa menunggu di pemilik ruangan mengizinkan, orang itu sudah masuk lebih dulu.
Ia langsung mengenali siapa orang itu.
"Haru..."
"Yo Rei. Kau sibuk?"
Dia menatap orang itu dengan tatapan tajam namun si penanya tahu itu hanya main-main.
"Kau tidak lihat berkas yang menumpuk ini? Kalau mau buat ku tambah stres, lebih baik kau keluar"
"Cih. Siapa yang membuat stres? Kau kan sudah stres dari sananya--"
"Mau ku lempar pake hape hah?!"
Haru terkekeh pelan, Rei yang melihat itu memiringkan kepalanya. Apa manusia itu salah makan? Biasanya jika di gertak seperti itu, Haru akan membalasnya dengan hal yang sama lalu mereka bertengkar dan akan berhenti jika ayahnya marah atau adik--
"Kau melamun? Tumben sekali. Kau sedang memikirkan apa?"
"Tidak... Bukan apa-apa.. apa mau mu--"
"Kau memikirkan Keito lagi ya?"
Rei tersenyum kecil, memang orang ini adalah teman sekaligus rivalnya yang sangat mengerti dirinya.
"Ya. Kau sendiri? Tidak rindu padanya?"
"Aku juga merindukannya bodoh. Dia adikku--"
"Adik kita"
Haru menatap ke manik merah milik Rei. Tumben sekali manusia brocon satu itu mau mengakui jika Keito itu juga adiknya? Kerasukan apa dia?
Ya~ tapi Rei ada benarnya. Keito juga adiknya, seseorang yang harus ia lindungi sampai kapanpun.
"Jadi. Kenapa kau kesini? Tumben sekali"
Haru tersenyum lebar, senyum jahil dan Rei mempunyai firasat buruk akan itu.
"Fufu~ ayo kita jalan!!"
Haru berlari dari tempat ia berdiri, menarik tangan Rei yang masih berada di meja. Tak peduli dengan pemuda itu yang marah-marah.
"Lepaskan bodoh! Kerjaan ku masih banyak!!"
"Ogah! Main dulu, jika sudah puas kita balik lagi. Nanti aku bantu kerjakan tugas mu itu"
Rei langsung bersemangat.
"Benarkah?!"
"Bantu doa"
"SAMA SAJA BOHONG!!"
•
•
•
"Kau salah makan ya?"
"Kenapa? Aku tadi pagi kan sarapan dengan menu yang sama denganmu"
"Kepalamu terbentur? Atas dasar apa kau mengajakku kemari?"
"Jalan-jalan dan bersantai"
"Harus taman kota? Ramai sekali disini.."
Saat ini kedua saudara tak akur itu berada di taman kota Amsterdam yang bernama Vondelpark. Taman ini terletak di bagian barat Leidesplein dan Museumplein (lapangan Museum), di taman tersebut banyak sekali patung-patung penting dan salah satunya adalah patung penyair Belanda bernama Joost van den Vondel.
Taman yang memiliki luas sekitar 45 hektar ini selalu ramai akan pengunjung, taman ini juga terbuka untuk umum dan tidak pungut biaya sama sekali untuk masuk kesana. Taman itu juga terbuka selama 24 jam.
"Memang kapan taman kota tidak pernah sepi? Disini kan selalu ramai"
"Iya sih"
Mereka berjalan menuju bangku taman yang terletak tak jauh dari mereka, duduk di sana seraya menatap hamparan taman yang luas dan ramai. Menikmati semilir angin yang berhembus pelan melewati Surai keduanya dan membelai wajah mereka dengan lembut.
Suasana seperti ini lah yang Rei inginkan, beberapa hari ini ia suntuk karena pekerjaannya yang semakin banyak dan tidak ada habisnya.
"Hah~ akhirnya aku bisa bernafas lega"
"Kau kenapa?"
"Entahlah. Rasanya beberapa hari ini aku merasa sesak"
"Kau bengek kayak Kei?"
"Bukan itu bodoh!!"
Tangan Haru terangkat dan memukul kepala orang yang ada di sebelahnya ini, tak peduli jika dia seorang pangeran atau apapun.
"Itu berbeda! Kalau Kei karena penyakit kalau aku karena hal lain!"
"Karena apa?"
"Dasar tidak peka. Pantas saja sampai sekarang masih sendiri"
"Kalau mau ribut ayo. Tidak usah memancing ku"
Suasana kembali hening, mereka berdua hanya menatap seluruh taman. Terlihat anak kecil bermain, para anak muda berseluncur dengan Skateboard dan ada juga yang berkencan dengan kekasih mereka. Lebih parah salah satu diantara orang berkencan itu lewat di depan mereka dan bertingkah mesra.
'mukul orang ini dosa ga sih? Pacaran kok di depan umum. Belum tahu aja aku pangeran disini'
'sabar Haru..... Sedikit lagi kau pasti akan menemukan pendamping hidup..'
Dengan misuh Rei bangkit dari duduknya, di susul Haru yang juga mulai berjalan menjauh bangku taman. Mereka berdua berjalan beriringan, memilih untuk berkeliling taman saja dibandingkan duduk-duduk saja.
Kedua orang itu pun berkeliling dan berbincang-bincang tentang hal kecil, tak jarang juga membicarakan Keito dan lainnya serta kenangan mereka.
•
•
•
Plak!!
Tamparan keras mengenai pipi mulusnya, darah segar mengalir di ujung bibir, keringat keluar dari pelipis dan dadanya terasa sangat sakit, kakinya pun terasa nyeri.
Dia tak tahu dirinya berada di mana tapi yang ia tahu pasti adalah--
'hidup ku dalam bahaya..'
"JAWAB! DIMANA RUMAH MU?! DIMANA KAU TINGGAL SEKARANG?!! DIMANA AYAHMU ITU?!"
"A-aku.... Aku ti-dak.. tahu...."
"Cih! Kau hanya melupakan mereka bukan keluarga mu. Aku yakin kau pasti mengingat Keluarga mu"
Orang itu keluar dengan perasaan marah, ia melihat itu langsung sedikit bernafas lega. Walau tangan dan kaki masih terikat.
Orang itu tampak mengenalnya bahkan dia mengetahui seluruh anggota keluarga Keito dan Ibunya yang telah tiada. Sampai orang itu pun tahu akan Haru yang merupakan anak angkat keluarga Takeda.
Keito tidak tahu bahkan tidak mengenal siapa orang itu, yang ia ketahui hanyalah nama orang itu. Orang itu bernama--
'apa.... Kujou Takamasa mempunyai masalah dengan Tou-san sehingga sangat membencinya?...'
Dia berpikir keras.
'dan... Kenapa nama Kujou terasa tak asing bagiku?..'
--------------------------------------------
Pendek ya. Lagi sedikit buntu ide jadinya pendek.
Rei:.....
Haru:.....
Yukio:.....
Kalian kenapa?
Rei: enggak. Kita mau bunuh setan.
Haru: ikut.
Gaku: bapak lu meresahkan ya Tenn.
Tenn:........ Bukan bapak gue.
Taman Vondelpark
Oke. Kalau begitu silahkan vote dan komen, kritik atau saran juga boleh^^
Jaa Nee 👋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro