Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

~3~

Dua hari kemudian. Saat ini Keito masih berada di atas kasur, membaca buku novel yang di belikan Rei. Manik merah senjanya meneliti kata demi kata yang tertera di buku tersebut.

Mulutnya asik mengunyah sebuah donat yang tentu saja di belikan oleh Rei sebagai cemilan tak lupa susu hangat yang tersedia di meja sebelah kasur lalu satu potong kue stroberi yang sama sekali belum di sentuh oleh sang pemilik.

Di kakinya ada sebuah hewan kecil dengan bulu Orange yang indah. Itu adalah rubah kecil pemberian Haru yang tentu saja adalah permintaan Keito. Hewan itu tampak tertidur di sela kedua kakinya

Tok
Tok
Tok

"Mwaswuk swaja"

Haru yang dikenal sebagai kakak angkatnya pun masuk ke ruangan itu, membawa nampan berisi air dan obat-obatan milik Keito.

"Haru-nii!"

Haru tersenyum tipis lalu berjalan menuju meja yang berada di sebelah kasurnya, menaruh nampan itu disana dan menatap satu kotak donat dan strawberry cake yang belum di sentuh.

"Rei benar-benar membelikan mu ini huh? Ku kira dia tidak akan membelikannya"

"Tentu saja! Jika tidak di belikan aku tidak akan mengajaknya berbicara selama tiga hari"

"Hahaha. Aku yakin dia akan menangis tersedu-sedu jika hal itu terjadi. Baiklah, sekarang waktunya kau minum obat"

"Aku tidak mau~ rasanya pahit"

"Kau harus meminumnya. Kau mau sembuh bukan?"

"Tidaaak~"

"Ayolah rasa pahitnya hanya sebentar dan kau bisa memakan donat mu setelah itu"

"Gak!"

"Ayo~ nanti ku belikan kau sesuatu yang kau minta"

"Ck. Baiklah. Tapi belikan eskrim! Rasa vanilla!"

"Iya. Nah sekarang buka mulut mu"

Keito membuka mulutnya, ekspresinya seakan tak senang dengan obat itu. Obat adalah hal yang paling tidak ia sukai pertama sebelum rumah sakit.

Dia sedikit berjengit kala rasa pahit dari obat menyentuh Indra pengecap miliknya lalu masuk ke tenggorokan.

"Pahit~ wlee~ air Haru-nii... Aku butuh air"

"Iya. Ini-ini. Minumnya pelan-pelan!"

Keito langsung menyambar gelas yang masih berada di tangan Haru lalu meminumnya dengan sangat terburu-buru.

"Huaah~ lega tapi masih pahit"

"Makan saja donat mu itu. Siapa tahu hilang"

Keito mengambil donat miliknya dan memakannya, benar saja rasa pahitnya langsung hilang dan tergantikan rasa manis dari adonan manis tersebut.

"Sekarang kau berbaring lah. Lanjutkan membaca mu itu"

Keito mengangguk dan kembali melanjutkan membaca buku novel. Itu bukanlah lagi buku yang Rei berikan tapi novel miliknya yang entah kenapa ada di tumpukan novel barunya.

Suasana menjadi hening, Keito sibuk membaca sementara Haru sibuk bermain ponsel.

Keito sibuk membaca lalu membuka lembaran halaman selanjutnya, tanpa ia duga ada sebuah foto jatuh dari halaman tersebut. Dia mengambil foto yang terbang menuju ke tumpukan buku di sebelahnya.

"Foto apa ini?"

Atensi Haru teralihkan karena suara Keito, dia menaruh ponselnya sejenak dan sedikit mencondongkan tubuh ke Keito.

"Foto apa yang kau maksud?"

Keito menunjukkan foto itu.

"Ini"

"Apa yang kau bicarakan? Itu foto teman mu, masa kau lupa dengan temanmu sendiri"

Keito tampak kebingungan dan memiringkan kepalanya lalu memandang foto itu.

"Teman? Aku tidak punya teman Haru-nii"

Haru sontak terkejut, manik ungunya melebar kala mendengar penuturan Keito itu.

'ti-tidak mungkin dia--'

"A-apa maksud mu? Mereka teman mu yang berada di Jepang. Apa kau lupa dengan teman seperjuangan mu saat menjadi idol sebelum bertemu kami? Orang yang telah menjadi keluarga kedua mu?"

"Teman seperjuangan? Jepang? Haru-nii melantur ya? Aku tidak pernah ke Jepang dan apa itu teman seperjuangan? Aku kan dari kecil bersama kalian dan kita debut menjadi idol bersama-sama, mana mungkin aku bergabung dengan grup idol lain"

'apa dia lupa ingatan lagi sama seperti waktu itu?!'

"Keito! Siapa namamu?"

"Huh? Namaku Keito lah. Kenapa bertanya?"

"Apa kau tidak ingat namamu yang lain?"

"Memangnya aku mempunyai nama lain selain Takeda Keito?"

'bagaimana ini?! Ingatannya tentang mereka menghilang lagi dari dirinya. Ini sama saja seperti setahun yang lalu!'

Haru tetiba bangkit dari duduknya lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun, bahkan saat Keito bertanya dia tidak menjawabnya.

Keito yang bingung dengan tingkah kakaknya itu pun hanya mengedikkan bahu acuh lalu kembali memandang foto itu.

"Mereka siapa? Kenapa aku merasa tak asing dengan foto ini? Terlebih lagi pada pemuda yang berdiri tepat di sebelah ku ini"

"Ayah"

"Ah. Haru. Ada apa?"

"Bisa kah aku bicara dengan Ayah. Berdua saja"

"Baiklah. Kalian boleh keluar dari sini"

Orang-orang yang tadi bertemu dan berbincang dengan Yukio pergi meninggalkan mereka berdua di ruangan tersebut. Haru berjalan maju menuju meja ayahnyaz Yukio heran dengan tingkah anak angkatnya itu, dia terlihat sedikit takut.

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Ini tentang Keito"

"Kenapa dengan dia? Apa dia sakit lagi?"

"Bukan. Ini--"

Haru menelan ludahnya sendiri--ragu-ragu untuk mengucapkan hal yang sedari tadi tidak ia percayai.

"-- sepertinya Keito kembali kehilangan ingatannya"

Hening beberapa saat, Haru semakin takut dengan reaksi sang ayah terlebih lagi ini menyangkut pasal Keito.

"Apa? Bukan kah dia baik-baik saja. Dia masih mengingat kita--"

"--bukan kita yang dia lupakan tapi temannya. Temannya yang berada di Jepang. Idolish7 dan semuanya"

"Haaa~ lalu kita harus bagaimana? Tidak mungkin kita mengajaknya ke Jepang hanya untuk melihat mereka semua. Kondisinya belum stabil sama sekali, dia juga baru sadar dari koma"

"Datangkan saja mereka kesini"

Suara asing terdengar di Indra pendengaran mereka, Yukio dan Haru sama-sama menoleh ke pintu dan menatap pemuda yang berjalan masuk dengan pakaian rapi.

"Seharusnya kau mengajakku juga BakaHaru"

"Mana aku tahu kau sudah pulang. Ku kira kau akan disana sampai besok"

"Tidak. Aku pulang ingin melihat Keito namun aku mendengar pembicaraan kalian dan akhirnya aku masuk ke ruangan ini"

"Apa maksud mu Rei?"

Rei menatap sang ayah dengan tatapan tegas.

"Datangkan saja mereka kesini. Ke Belanda, dengan begitu Keito tidak perlu repot-repot pergi ke Jepang lagi. Suruh agensi mereka mengadakan Tour Concert di negara ini, soal biaya biar aku yang menanggungnya"

"Ide mu bagus juga"

"Baiklah aku setuju dengan ide mu tapi mungkin tidak bisa bulan ini. Bagaimana kalau bulan depan? Aku lihat mereka bulan ini sedikit sibuk"

"Ayah mengawasi mereka?"

"Tentu saja. Terutama untuk Anak Nanase itu. Aku masih belum sepenuhnya percaya pada anak itu"

Rei dan Haru hanya diam, menatap dengan wajah seram kepada ayah mereka.

"Baiklah kalian boleh keluar dari sini"

Mereka berdua mengangguk dan berjalan keluar ruangan kerja milik Yukio. Rei berjalan lebih dulu menuju arah kamar Keito, diikuti oleh Haru di belakangnya.

"Kenapa kau mengikuti ku?"

"Aku tidak mengikuti mu. Aku ingin ke kamar Keito"

"Kau sudah bersamanya tadi. Gantian aku sekarang"

"Mana bisa seperti itu! Bagaimana pun dia juga adikku. Lagipula kenapa kau disini? Bukankah kau masih ada pekerjaan"

"Kan sudah kubilang aku pulang dan ingin melihat Keito"

"Cih. Palingan kau kabur dari pekerjaan mu itu"

"Itu sih kebiasaan mu! Jangan samakan aku dengan mu"

"Ha?! Jadi kau bilang aku tukang bolos begitu?!"

"Memang kau seperti itu!"

"Apa?! Dasar Brocon!"

"Sadar diri lah. Kau juga Brocon!"

"Tapi aku tidak parah dibandingkan dengan mu. Kau bahkan memberikan Keito dua bodyguard sekaligus!"

"Aku hanya ingin melindunginya apa itu salah?!"

"Tentu saja salah! Kau malah mengekangnya. Apa itu sikap seorang kakak-- ADUH!"

"AW AW AW!!"

Perdebatan mereka terhenti dan mereka melihat ke arah bawah, kaki mereka digigit oleh seekor rubah yang mereka tahu siapa pemiliknya.

"JIKA INGIN BERDEBAT JANGAN DI DEPAN KAMAR KU!! KALIAN MENGANGGU KU TAHU! DASAR BAKA NII-SAN!!"

Suara teriakan protes itu adalah milik Keito yang berasal dari dalam kamar. Haru dan Rei seketika terdiam dengan teriakan sang adik yang terdengar sangat kesal.

'habislah... Bisa-bisa dia ngambek selama beberapa hari dan tidak akan berbicara pada kami'

Mereka berdua langsung masuk kedalam, kebetulan pintu itu sudah sedikit terbuka. Mereka melihat Keito yang sedang duduk dengan wajah kesal namun terlihat imut, di temani dengan sang rubah yang ia beri nama You yang berarti Matahari.

"Maaf..... Janji tidak akan di ulangi"

"Bohong! Sudah beribu kali kalian berbicara seperti itu tapi tetap saja terulang lagi, tidak bisa kah kalian akur satu hari saja?!"

Mereka berdua menunduk, merasa bersalah walau sebenarnya mereka hanya sedikit menyadari kesalahan tersebut. Hanya sedikit. Sisanya mereka masih ingin saling debat tapi tidak bisa.

"Sudahlah. Kalian keluar sana, aku disini saja bersama You dan kalian di larang masuk ke kamar ku!"

"Eh?! Mana bisa seperti itu?!!"

"Bisa Saja. Ini kan kamar ku"

Mereka terdiam seketika, memang benar ini adalah kamar Keito dan pemilik kamar lebih berhak untuk mengizinkan siapa yang boleh masuk ke dalam kamarnya atau tidak.

"Sekarang kalian keluar"

Rei berjalan keluar lebih dulu, Haru masih diam di tempat.

"Kenapa? Mau di lempar buku?"

"Itu.... Ponsel ku masih ada di meja mu. Boleh ku ambil?"

Keito menoleh ke arah meja, mengambil ponsel milik Hari tersebut lalu melemparnya ke arah Haru.

"AAAA PONSEL KU!!"

"makan tuh ponsel. Keluar sana!"

Dengan wajah tidak rela dia pun keluar, menatap sedih kepada sang ponsel yang layarnya retak itu. Ayolah itu ponselnya yang kedua dalam bulan ini, masa dia harus ganti lagi. Buang- buang uang jika seperti ini terus.

"Pfft- rasain. Emang enak ponselnya di banting? Hancur dah tuh"

Dia menatap sinis ke sosok pemuda yang ternyata masih belum pergi sejak tadi.

"Berisik!"

Rei hanya tertawa melihat nasib rivalnya tersebut namun tak sengaja tangannya menyenggol tangan Haru dan menyebabkan ponsel yang di genggam Haru jatuh.

Kini bertambah sudah retak pada layarnya. Mungkin Haru harus mengganti ponsel lagi.

Haru menatap nasib ponselnya, setengah wajah tertutup oleh poni yang sedikit panjang. Rei sudah keringat dingin dengan apa yang terjadi.

"A-ah. Maaf ya. Aku tak sengaja. Beneran deh"

Haru menengok patah-patah ke arah Rei, manik ungu itu terlihat sangat marah dan kesal.

"REIII BODOHH!!!! ITU PONSEL KU YANG KEDUA BULAN INI!! DISANA ADA BANYAK INFORMASI PENTING DAN KAU MALAH MERUSAKNYA!!"

Haru berlari mengejar Rei, si pelaku sudah berlari lebih dulu guna menghindari amukan rivalnya tersebut.

"TA-TAPI SISANYA DI RUSAK OLEH KEITO. JADI BUKAN AKU!!"

"MASA BODOH! KAU GANTIKAN PONSEL KU SEKARANG!!"

"TIDAK MAU! UANG KU HABIS BUAT BELI GITAR KEITO DAN NOVEL SERTA DONATNYA!!"

"GANTI CEPAT!!"

"TIDAK!"

"REII!!!!"

Mereka berlari menuruni tangga, para maid yang ada disana hanya terkekeh pelan melihat tingkah laku tuan muda mereka yang sepertinya tidak ingat usia.

Disisi Keito. Dia masih terlihat kesal dengan tingkah kedua kakaknya yang selalu membuat gaduh seisi rumah. Sekarang dia tengah berkutat dengan laptop miliknya, berselancar di dunia internet, mencari film atau sesuatu yang unik untuk ia tonton atau lihat.

Dia mencari secara acak lalu menemukan sebuah video yang tampak sedikit tak asing baginya.

"Video apa ini?"

Dia menekan tombol play pada video itu.

Shaking your heart

Shaking your beat

Jidai wo kaketeku

Jump! High! Jump! High!

Asenai!

Generation wo~ Kimi to~

"A-ah..... La-lagu ini..... Kenapa.... Kenapa aku ada di video ini?.... Kenapa aku menyanyikan lagu ini?.. dan siapa mereka?...."



-----------------------------------

Waw. Hampir dua ribu kata. Pegel jariku.

Idolish7: hueee~ kita di lupain. Riku hidoi(〒﹏〒)

Yuki: udah. Jangan nambahin word lagi.

Gaku: oke Minna. Jika suka bisa tolong like dan share--

Tenn: ini bukan yutub gobl*k! *Tabok pala Gaku*

Ryu: maksud Gaku jika suka tolong vote dan komen.

Momo: jadi segitu aja dan--

All: sampai jumpa👋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro