Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ーAsh; lonely

🌹
.
.
.

Debu-debu mulai berserakan, aku terbatuk akibat Ace yang membersihkan secara serampangan. Deathglare sontak saja kulayangkan pada pemuda dengan tato hearts di pipinya tersebut. Libur akhir semester tak lama lagi akan tiba, membuatku harus membersihkan penjuru Ramshackle Dorm. Beruntung, Ace dan Deuce menawarkan diri dengan imbalan makanan Jepang yang akan kumasak, tentunya.

Cater akan hadir sebentar lagi, namun Riddle menyempatkan diri lebih awal bersama Trey untuk ikut serta dalam acara bersih-bersih. Siapa sangka ketua itu juga mahir akan hal ini? Ya, aku memang sudah menduganya.

Grim pergi bersama Cater, membeli bahan makananーtoh, Cater ahlinya dalam gourmet. Merasa sudah cukup bersih pada tangga, aku pindah ke lantai bawah. Menepuk-nepuk pelan sofa dengan menggunakan raket kayu yang kubuat saat senggang.

"Uhuk! Uhuk!"

Sekali lagi aku terbatuk. Aku bersumpah bukan karena debu dari sofa yang kutepuk melainkan kerjaan Ace, lagi.

"Kau tidak apa-apa, [Name]?" tanya Riddle. Entah dari mana dan sejak kapan, ia telah berada tepat di belakangku sembari membawakan sebotol air dingin.

Aku mengangguk, memberikan jawaban atas pertanyaannya. Lantas dengan sopan, menerima pemberian Riddle. Sosok berambut merah tersebut melontarkan tatapan maut pada sang pelaku. Yang hanya dibalas acuh oleh gendikan bahu dari Ace.

Setelah meminum air dingin tersebut, lirikanku terpaku pada Deuce. Walau kaku, ia sepertinya berusaha dengan baik dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Tanpa sadar, senyum kecil terulas jelas di wajahku, "Deuce, anak baik, ya."

Semua yang berada di ruangan ini terbatuk, bahkan Cater yang baru saja masuk, kecuali aku dan Grim. Alisku terangkat, menatap miring mereka.

"Apa dorm ini terlalu berdebu hingga kalian semua ikut batuk, juga?"

"Ya! Dorm ini seperti neraka debunya. Aku tidak menyangka kalau tempat berdebu layaknya neraka ini bakal ada anak baik yang membersihkannya seperti Deuce, heh," balas Ace remeh. Deuce mengerling sebal, "Ace! Apa maksudmu, hah?!"

Mereka berdua mulai adu mulut.

Sedangkan Riddle diam. Meskipun begitu, perhatiannya tetap terfokus padaku dan aku sadar akan tingkah pemuda tersebut. Lucu sekali, apa mungkin dia ingin dipuji anak baik, juga? Tapi kan, dia itu senpai-ku. Bisa saja aku malah menyinggungnya nanti.

"[Name]." Riddle mulai memanggilku.

Aku tersigap, "y-ya?"

"Mari lanjutkan pekerjaan ini sebelum matahari terbenam. Kau pasti butuh istirahat," ujar pemuda itu serius, lalu kembali pada kegiatannya tanpa menatapku sama sekali.

Meskipun merasa risih akan sikap Riddle yang seperti itu secara tiba-tiba, aku tetap menuruti titahnya. Cater ikut membantu, begitu pula dengan Grim. Walau mereka berdua ikut nimbrung bersama Trey, bukannya padaku. Benar-benar, aku merasa kesepian karena suasana ruangan yang menjadi canggung. Padahal, saat pertama kali datang ke sini, aku tak peduli sama sekali pada siswa lain, kecuali Grim karena kami se-dorm.

Helaan napas tanpa sadar ke luar dari mulutku seraya bergumam, "yah, kalaupun aku kembali ke dunia asalku dan dorm ini kembali berdebu. Toh, tak ada yang peduli jugaー"

Sontak, tanganku ditarik oleh Riddle. Ekspresinya terlihat terluka. Ia menggenggamーatau mungkin lebih tepatnya, mencengkram tanganku dengan sangat erat. Sepertinya, ia merasa terganggu atas apa yang aku ucapkan tadi.

"Jangan."

Aku mengerjapkan mata, "eh?"

"Bukankah di sini sudah sangat menyenangkan, [Name]?" tanya Riddle dengan serius. Dari balik iris abu-abu miliknya, ia menatapku secara intens. Aku tak mengerti, mengapa ia bersikap tiba-tiba seperti ini.

Aku menegak saliva, lalu mengulas senyum. Senyum yang kuperlihatkan kepada mereka seperti biasa. Lalu membalas, "ya, Riddle-san! Di sini sangat menyenangkan. Tapi, bukankah aneh ... kalau aku tidak kembali ke dunia asalku?"

Pemuda itu melonggarkan cengkramannya padaku. Ia menunduk, nampaknya merasa kecewa akan balasan yang kuberikan. Mau bagaimana lagi, tak mungkin aku menetap di sini terus-menerus. Lihat saja nanti, aku akan memarahi kepala sekolah karena belum menemukan cara untuk pulang sehingga membuat Riddle menjadi sedih seperti ini.

Tanpa kusadari, semuanya telah mendekat. Entah apa yang merasuki mereka.

"[Name], kalau kau pergi, Riddle pasti akan merasa kesepian," sahut Trey sembari mengulas senyuman khasnya.

Cater mengangguk cepat, memberikan kedipan kecil, lalu berpose peace, "lagian, kami juga akan merasa kesepian kalau kau tak ada."

"Yoi, tidak ada yang bakal membereskan kekacauan kami lagi," Ace membalas. Deuce melotot padanya, "apa-apaan kau ini pada Kantoku-sei, sih?"

Grim loncat lalu memelukku, ia ikut mengomel, "benar, [Name]!"

Mereka semua melihat ke arah Riddle yang masih terdiam, termasuk aku. Sang korban hanya membulatkan irisnya, wajah putih itu mulai memerah, sehingga harus membuat ia memalingkan wajah. Dugaanku, mereka pasti menikmati waktu untuk menggoda leader dorm Heartslabyul ini.

Aku tertawa kecil. Lagi-lagi, apa yang kupikirkan? Di sini, sudah banyak orang yang menerimaku. Seharusnya, aku bersyukur dan tak meminta lebih, "baiklah! Baiklah! Riddle-san, mari kembali bekerja," ujarku penuh tawa seraya mengambil kembali raket kayu.

Riddle mengerjap, lalu mengangguk, mengabaikan mereka yang menggodanya. Dalam hati, ia akan memberikan mereka hukuman saat kembali ke dorm Heartslabyulーtak di hadapanku tentunya.

Irisku melirik ke arahnya, gumaman kecil kuutarakan, "aku berterima kasih pada Riddle-san yang selalu mewarnai hariku di sini."

Ia tersentak, menutupi pipinya yang seakan sudah sewarna dengan helaian rambut yang ia miliki. Riddle mencoba menetralisir perasaannya sembari berdehem pelan, kemudian mengulas senyum tipis.

"Aku juga, terima kasih, [Name]."

.
.
.
🌹
[END]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro