↗ Green
"Kau sudah sadar, Shion?"
Pada detik dimana sekat pandangnya membuka, netra cokelat kemerahan itu diisi dengan ketidakpahaman, ketidakterimaan---namun diantara itu semua, hal paling menyakitinya adalah rasa ketakutannya. Menatap merana, pada sosok pria dengan rambut ungu di dekatnya. Senyuman yang diulaskan kepadanya seolah mengatakan, 'maafkan aku'.
"Berapa lama aku tidak sadarkan diri?"
Pertanyaan itu ada untuk menggali lebih dalam lubang di hati sendiri. Shiraki Shion tahu. Tapi ia tidak sanggup untuk pura-pura tidak menahu.
"Tenang saja, aku dan Sukuna telah mengurus semuanya. Lukamu adalah yang paling parah diantara kami, benar?" Seberkas ingatan menghampiri Shion kala kalimat itu sampai kepadanya. Yukari tidak mengindahkan ekspresinya---atau mungkin, sama sekali tidak ingin memikirkan hal buruk lain semisal gadis di hadapannya tiba-tiba memberontak akibat suatu kesadaran.
Lagipula, apa yang bisa ia lakukan sekarang?
"Nagare…?" Satu panggilan itu, dilayangkan dengan jejak rasa khawatir tersiratkan dari iris kecokelatan yang memandang dalam---oh, Shion berharap Yukari akan memberinya jawaban yang bisa menentramkan pikiran---namun lupakan itu. Tatapan serius dari pria Mishakuji itu jelas sekali telah menolak mentah-mentah harapan yang kini membentuk air matanya.
Tangan mencengkeram pada baju yang membalut tubuh pria cantik di hadapannya. Shion berusaha menahan tangisnya. "Jangan diam saja! Nagare bagaimana?!"
Sekumpulan memori akan kejadian menghampiri kembali---beberapa jam yang lalu? Beberapa hari yang lalu? Atau bahkan … beberapa menit yang lalu? Gadis itu tidak akan pernah tahu mengingat ia bahkan buta akan waktu dimana ia terbangun. Ia ingin menjerit---tapi menahannya. Bersamaan dengan sebuah kesimpulan yang ditarik dari perenungan cepatnya.
Ia bertarung melawan seorang gadis berseragam biru.
Warna hijau yang melindunginya, anehnya tidak sebanding. Seberapa keras ia mencoba menyingkirkan lawan dari hadapannya.
Ya, harusnya detik itu ia segera kembali untuk menyusul Hisui Nagare. Harusnya ia melindungi rajanya---walau sebatas keinginannya sendiri saja tanpa arahan pasti. Namun kenyatanya … ia bahkan tidak berhasil melakukannya?
Telapak dengan jemari lentik menggenggam pada miliknya sendiri; membuat pegangannya pada baju Yukari terlepas. Tetapi bukan sebagai gestur untuk menghindar, karena lantas genggaman itu begitu erat kepadanya---seolah berusaha menenangkan sang gadis yang kecemasannya kian tak terpatahkan.
"Perang telah usai. Kita kalah."
JUNGLE---kita---telah kehilangan sosok-sosok yang begitu berharga.
"Kau bohong … bukan?"
.
.
COLORUARY | Green
Tinggalkan jejak pada jalan setapak tanpa warna, sosok itu memeluk udara di hadapannya. Bebas---warna hijau terang yang mengisi kehidupannya mulai detik itu, dipenuhi dengan aroma kebebasan.
Tapi … kebebasan yang didambakannya ini, sampai kapan bisa menemaninya?
Hisui Nagare x Shiraki Shion (OC)
K series fanfiction © Cordisylum
.
.
Dia melihat pada arah itu lagi; arah dimana semula adalah sebuah kotak kecil yang menjadi rumah sejatinya---tempat yang mana kini tak akan bisa menjadi tujuannya kembali.
Markas utama Klan Hijau di hadapannya---sudah tidak berbentuk lagi.
"Ah … pada akhirnya aku kehilangan rumahku lagi."
Perang antara ketiga klan melawan klannya juga telah berakhir.
Ada jejak sesal, yang mana daripada menelaah terhadap pekerjaan yang pernah diambilnya, kegagalannya melindungi apa yang paling berharga baginya adalah sebuah pukulan telak. Ya, ia telah gagal. Itulah kesimpulannya. Pada dasarnya ia sejak dulu telah menjadi seorang manusia gagal---lantas mengapa Hisui Nagare sempat repot-repot mempertahankannya di tempat itu?
"Apa yang bisa kau dapatkan dari rimbunan kekacauan?"
Pada saat pertanyaan itu tertuju padanya, gadis itu sama sekali tak memikirkan hal yang penting. 'Rimbunan kekacauan'. Yatogami Kuroh mendeskripsikan tempatnya berpijak di dunia ini, seperti itu. Tapi gadis ini mengikuti permainan hanya karena dirinya terlalu bosan. Karena dunia ini terlalu rusak sehingga ia terlalu muak dengan segala hal.
"Aku akan mengubah dunia ini menjadi lebih baik."
Shion selalu berpikir bahwa mimpi yang kekanakan itu, entah mengapa begitu menyilaukan.
Kebebasan. Sosok Sang Raja berbicara tentang hal seperti itu. Kebebasan---terlambangkan sebagai burung yang terbang bebas di angkasa. Kebebasan yang mungkin selama ini gadis itu dambakan; kebebasan atas jiwa lemah yang selalu menjadi mangsa bagi orang-orang busuk, dan sebagainya.
"Tapi bagaimanapun juga … impian tetaplah mimpi, Nagare." Ia pejamkan mata, dan dapat ditangkapnya bayang yang selama ini menjadi angan. Sebuah … pengandaian semata. Pada akhirnya, harapan di depan mata kembali direnggut oleh takdir yang kejam.
"Sebagaimana mimpiku untuk mempertahankan rumah kecil kita."
Cahaya hijau yang selalu ada dalam angannya telah perlahan meredup. Bersama masa dimana sosok Sang Raja---sang pohon besar yang selalu menjadi jantung dari JUNGLE---Hisui Nagare, telah berakhir.
.
.
"Shion? Ayo kita pergi. Sukuna-chan sudah menunggu, lho."
Pada arah baru yang dijejakinya---arah baru yang tidak pernah terkirakan dan terbayangkan olehnya---ia embuskan napas panjang. Menggenggam pada tangan Mishakuji Yukari yang terulur padanya, meninggalkan tempat dimana dua sosok yang begitu berharga baginya terbaring bersama reruntuhan.
"Tahun baru kali ini … apa akan menyenangkan?"
---meski tanpa Sang Raja Hijau di sisi mereka.
.
.
COLORUARY | Green
Tanggal dipublikasi: 10 Januari 2021
Terakhir disunting: 10 Januari 2021
» See next chapter?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro