Cold Husband [7] End
Sore itu langkah Daru terhenti tepat di depan gerbang rumah orang tua Sasi. Ia ragu untuk menemui dan memberi penjelasan pada istrinya itu, Daru terlalu takut bahwa Sasi tak akan mau mendengar penjelasannya. Ia pun terlalu takut untuk mengakui perasaannya yang sebenarnya. Entah kenapa di menit berikutnya Daru malah memutar langkahnya dan kembali ke mobil lalu pergi berlalu.
" Ihhh si bodoh malah pergi!" Seru Tania di dalam mobilnya yang terparkir tak jauh dari rumah Sasi.
Yup Tania memang sengaja mengikuti Daru dari kantornya tadi hingga ke sini setelah sebelumnya sengaja datang dan memberi wejangan pada laki-laki tampan itu agar segera menyelesaikan masalahnya dengan Sasi tapi sepertinya nyali Daru tak sesuai perkiraan Tania.
" Stupid!!, You really stupid Daru!!" Lagi-lagi Tania memaki kelakuan cemen mantan kekasihnya itu. Tak lama Tania pun keluar dari mobilnya.
" Masa kudu gue yang turun tangan gini sih!" Gerutunya sambil berjalan ke rumah Sasi. Tanpa berlama-lama ia pun segera menekan bell yang ada di depan pagar, semenit kemudian seorang wanita paruh baya membukakan pintu dan menanyakan perihal kehadirannya. Setelah Tania menjelaskan bahwa ia adalah teman Sasi, wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga tersebut segera mempersilahkan Tania masuk.
Setelah beberapa saat menunggu di ruang tamu, sang empu rumah pun turun dari lantai atas. Sasi nampak terkejut dengan kehadiran Tania namun ia berusaha untuk menyambut teman semasa SMAnya itu sebaik mungkin, berusaha menampilkan bahwa dirinya baik-baik saja.
" Hai Sas, are you suprised?" sapa Tania sambil tersenyum. Sasi membalas senyum itu singkat lalu mulai mengambil duduk di kursi yang tak jauh dari Tania.
" Apa yang bikin kamu ke sini?" tanya Sasi tanpa basa basi. Sejenak Tania tak menjawab, ia hanya memperhatikan wajah lesu dan mata bengkak Sasi. Ia tahu benar bahwa wanita itu pasti banyak menangis.
Setelah mengela napas pelan, Tania segera meraih tangan Sasi. Ia menggenggam jemari temannya itu lalu berkata " gue minta maaf soal kabar yang beredar akhir-akhir ini. Sungguh baik gue dan Daru gak ada hubungan apapun lagi. Kami hanya berteman dan itu gak lebih. Gue tau lu gak akan percaya sama omongan gue tapi lu perlu tau Sas kalau Daru benar-benar cinta sama lu. Dia cuma bodoh dalam mengungkapkan perasaannya ke lu tapi gue jamin kalau seluruh hatinya itu cuma untuk lu."
Sasi mengeryit, ia bingung sekaligus tak percaya dengan ucapan Tania yang tiba-tiba ini.
💦💦💦
Setelah mendengar seluruh rangkaian cerita dari Tania tentang Daru, malam itu Sasi sama sekali tak bisa tidur. Ia ingin segera bertemu dengan suaminya dan menanyakan langsung tentang semuanya. Perasaan haru biru kini tengah menyelimuti seluruh hati Sasi. Ia tak menyangka bahwa Daru selama ini begitu berbeda dengan yang ia kenal.
Keesokan harinya setelah pulang dari kantornya Sasi segera melesat pergi. Tentu hari ini ia akan pulang ke rumahnya dan ingin segera membuktikan tentang kebenaran ucapan Tania kemarin.
Sesampainya di rumah, bik Sum nampak bahagia karena kepulangan Sasi, wanita yang usianya lebih tua dari ibunya itu bahkan memeluknya dengan erat.
" Ya ampun non Sasi akhirnya pulang juga, jangan pergi-pergi lagi ya Non kasian Den Daru tiap malam tidur di ruang tamu cuma karena nunggu Non pulang," ucap bik Sum membuat Sasi tersentak.
" Tidur di ruang tamu?"
" Iya non soalnya kata den Daru ,kalau dia tidur di kamarnya sendiri malah sedih karena gak ada non. Non Sasi jangan pergi lagi ya,kalau ada masalah diselesaikan baik-baik, kasian den Daru tiap hari bengong terus, bahkan sampai melewatkan jam makannya. Semenjak non pergi, den Daru jadi kayak orang bingung non, kasian bibi liatnya!" cerita bik Sum dengan wajah sungguh-sungguh. Seketika itupun hati Sasi seperti dicubit, ada rasa nyeri dan juga sesal yang merundunginya.
" Iya bik, Sasi gak akan pergi lagi kok," ucap Sasi pada bik Sum sambil tersenyum lembut.
" Syukurlah non! Non Sasi sama Den Daru harus baik-baik jangan berantem lagi kayak kemarin, bibi sedih liatnya. Gak tega liat den Daru murung setiap hari."
Sasi mengangguk mengerti. Tentu bik Sum merasa sedih melihat Daru seperti itu karena bik Sum lah yang sejak kecil mengurus Daru jadi tentu dia telah mengenal bagaimana Daru sebenarnya.
Setelah berbincang sebentar bersama bik Sum, Sasi pun pamit untuk naik ke kamarnya di lantai atas. Tapi tujuan sebenarnya bukanlah ke kamar tidur namun ke ruang kerja milik suaminya yang berada tepat di samping kamar tidur mereka. Sasi segera mencari buku coklat usang yang dikatakan Tania kemarin sebagai bukti perasaan Daru padanya selama ini.
Setelah mendapatkan buku tersebut. Sasi pun mulai duduk dan membukanya. Buku yang pernah Daru sembunyikan itu tak lain adalah sebuah buku sketsa.
Lembaran demi lembaran dibukanya perlahan. Di sana Sasi bisa melihat bagaimana gambar dirinya sendiri terpampang jelas dalam bentuk ukiran pensil.
Sasi ingat benar bahwa gambar di lembar pertama adalah gambar dirinya saat duduk di bangku SMP. Daru menggambarnya secara diam-diam saat Sasi tengah tertawa di kantin sekolah. Yang membuat hati Sasi menghangat adalah tulisan yang ada di bagian bawah gambar tersebut bertuliskan ' tawa itulah yang membuat mataku ingin terus melihatnya' .
Di lembar berikutnya ada gambar Sasi tengah fokus menulis, entah kapan dan di mana Daru menggambarnya, Sasi pun tak tahu dan bahkan tak bisa mengingatnya. Bergulir ke lembaran demi lembaran lain, ternyata tak hanya gambar dirinya saat SMP saja, Daru pun diam-diam menggambar wajahnya saat duduk di bangku SMA. Ada beberapa gambar dirinya tersenyum ceria namun ada satu gambar yang membuat dirinya terkejut. Daru bahkan pernah menggambar dirinya yang tengah duduk berdua bersama pacar masa SMAnya dulu. Di bawah gambar tersebut tertulis ' kuharap kalian segera putus!, Aku tidak suka gadisku tersenyum untuk orang lain!'
Sasi terkekeh sejenak, ternyata si dingin itu bisa merasakan cemburu juga bahkan sampai berdoa jelek pada hubungan Sasi dan mantan kekasihnya dulu padahal saat itu ia juga tengah berpacaran dengan Tania! Benar-benar gila alien menyebalkan itu !
Setelah secara perlahan menikmati gambar-gambar dirinya,kini tibalah di lembaran akhir buku tersebut. Di bagian belakang buku, Sasi tak lagi menemukan gambar hasil karya Daru namun ada tulisan yang membuat Sasi tertarik untuk membacanya.
Sasi Sakya nama yang membuatku bergetar saat menyebutnya
Nama yang membuatku tersenyum saat membayangkannya dan nama yang membuat tanganku ingin selalu menggambar wajahnya.
Ya dia adalah Sasiku
Sasi yang kini belum bisa kumiliki namun mampu membuatku bertekad untuk memilikinya di masa depan.
💦💦💦
Di lantai bawah,Daru melangkah masuk dengan lesu seperti biasanya. Ia sama sekali tak mengetahui akan kepulangan istrinya jikalau bik Sum tak memberitahukannya. Setelah bik Sum memberitahu, Daru pun segera melangkah ke lantai atas dengan penuh semangat dan langkahnya pun terhenti tepat di ambang pintu ruang kerjanya yang telah setengah terbuka.
Daru melanjutkan langkahnya perlahan lalu mulai memperhatikan Sasi yang tengah membaca buku usang akan masa lalunya.
" Oh shit!!" seru Daru pelan sambil menepuk keningnya, ia pun kemudian melangkah mendekat ke arah Sasi dengan ragu.
Sasi yang sadar akan langkah seseorang itu pun langsung mengalihkan netranya. Maniknya menatap tepat ke manik mata Daru.
" Kamu udah lihat semuanya?" tanya Daru sambil melirik buku yang masih dipegang erat oleh Sasi. Sasi pun tersenyum sambil mengangguk sekali, kontan Daru pun langsung mengusap wajahnya kasar. Ia benar-benar malu karena kini Sasi telah mengetahui semuanya, terutama perasaan sukanya sejak ia duduk di bangku SMP.
" Jadi kamu udah lama naksir aku ya?" Goda Sasi sambil tersenyum lebar.
" Kenapa gak pernah bilang?" sambung Sasi yang hanya disambut tatapan polos dari Daru.
" Selama 6 tahun kamu diam-diam ngegambar aku lho Daru, bahkan saat kamu pacaran sama Tania pun kamu gambar aku. Kenapa kamu gak nyoba untuk gambar Tania?" pancing Sasi
" Karena cuma kamu yang mampu aku gambar. Tanganku gak bisa menggambar apapun selain kamu."
Jawaban Daru sukses membuat kedua pipi Sasi memanas. Hatinya pun menghangat disusul dengan letupan-letupan kecil yang membuatnya salah tingkah.
" Trus kenapa dulu kamu pacaran sama Tania?"
" Itu karena kamu pacaran sama kakak kelas kita makanya waktu Tania minta aku jadi pacarnya aku terima!"
Sasi tersenyum tipis, semuanya sama persis seperti apa yang dikatakan Tania kemarin. Daru memang menerima ajakan pacaran dari Tania hanya karena ia kesal Sasi berpacaran dengan kakak kelas mereka. Meski begitu entah kenapa Tania tak masalah. Tania bahkan tak pernah membenci Sasi meski dirinya selalu dijadikan nomer dua oleh Daru. Hingga akhirnya mereka pun putus saat mereka masuk kuliah, sedangkan hubungan Sasi dengan si kakak kelas masih berjalan langgeng.
Meski Tania dan Daru sudah tak memiliki hubungan lagi namun keduanya memang masih saling bertemu tentu saja untuk saling bercerita satu sama lain. Di saat itulah Tania tahu bahwa Daru masih menanti Sasi. Laki-laki itu bahkan diam-diam selalu mengikuti perkembangan diri Sasi dari sosmed maupun gosip dari teman lainnya termasuk Tania yang selalu melaporkan hal sekecil apapun tentang Sasi pada Daru. Sikapnya itu benar-benar menunjukkan bukan Daru si dingin yang menyebalkan.
Hingga tibalah saat Sasi putus dengan si kakak kelas itu, Tania pun mencoba memberi masukan pada Daru untuk segera menyatakan perasaannya tapi begitulah Daru, ia terlalu cemen untuk mengungkapkan perasaannya. Dan ia pun memilih bertahan hingga mereka semua lulus kuliah dan mulai bekerja.
Dari sumber terpercaya yaitu Tania, Daru tahu bahwa setelah putus dengan si kakak kelas, Sasi tak pernah lagi menjalin hubungan yang serius dengan seorang laki-laki. Tania pun kembali meminta Daru untuk mengungkapkan perasaannya lagi kali ini sebelum Tania menikah dengan Dave dan Daru pun saat itu langsung mengikat Sasi dengan tali pernikahan, ia tak ingin siapapun memiliki Sasi lagi. Hanya dia dan harus dialah yang memiliki Sasi.
" Maaf aku gak pernah bisa mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya ke kamu. Aku terlalu takut kalau kamu---"
" Nolak kamu gitu?" tanya Sasi sambil terkekeh. Si cantik itu pun lalu melangkah perlahan ke arah suaminya, mengulurkan buku sketsa itu sambil tersenyum manis.
" Makasih ya Ru udah jadiin aku objek seni kamu selama bertahun-tahun. Aku gak sangka kalau ada orang yang begitu mengagumiku sebesar ini. Perlu kamu tahu Daru kalau sebenarnya bukan cuma kamu yang memendam rasa suka itu sejak lama, aku pun juga memendam perasaan itu sejak lama. Harus aku akui kalau selama kita satu sekolah, aku selalu curi pandang ke kamu secara diam-diam dan kamu ingat gak soal buku diaryku yang berwarna pink dulu?"
Daru mengangguk " Semuanya berisi tentang kamu, kamu yang dingin dan gak pernah sedikitpun peduli sama tatapan aku, kamu yang cuek dan bahkan gak pernah mau menatapku walau kita lagi berhadapan ngerjain tugas,semua isi buku itu tentang kamu dan cuma kamu!"
Daru tersentak kaget, ia tak menyangka bahwa perasaan Sasi selama ini sama sepertinya.
" Jadi selama ini kita saling suka," respon Daru tak percaya sambil terkekeh sendiri
" Iya, saling punya perasaan tapi gak ada yang berani mengungkapkan!" Sasi memperjelas.
Di menit berikutnya Daru dan Sasi pun saling tatap,ada rasa bahagia memenuhi relung hati mereka. Tak hanya itu rasa syukur pun terucap di hati masing-masing.
" Maafin aku ya Sas, udah bikin kamu kecewa dan nunggu selama ini hanya untuk sebuah ungkapan perasaanku. Maaf kalau aku gak seberani laki-laki lain yang dengan mudah mengungkapkan perasaannya ke kamu," ucap Daru sambil menangkup wajah Sasi dengan kedua tangannya.
" I love you Sas and i want you forever with me."
Pertanyaan cinta Daru membuat Sasi meleleh seketika, hatinya menghangat bersamaan dengan butiran kristal yang makin memenuhi kelopak matanya. Ia sungguh terharu dengan ungkapan perasaan suaminya, baginya tak ada hal yang lebih indah dari ungkapan cinta dari sepasang kekasih yang telah lama memendam rasa dan hari ini semua telah jelas terungkap seluruh isi hati keduanya.
" I love you too Daru," balas Sasi yang kemudian memeluk suaminya dengan erat.
Perasaan menyenangkan ini tak lagi bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Cukup seperti ini saja! ya cukup dengan pelukan seperti ini mereka mengutarakan isi hati, karena bagi Sasi dan Daru pelukan adalah ungkapan cinta yang bisa mengurai ribuan kata tanpa berucap.
THE END
❤️❤️❤️
Thanks you untuk kalian yang udah baca cerita ini, semoga kalian suka 😊
Jangan lupa vote dan komen ya
Bagikan cerita ini untuk teman kalian juga ya hehe
Biar bisa kenal sama Daru dan Sasi
😊😊😊
8 Agustus 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro