🔓-1
"HELLLOOOO BIG SISSTERRR!"
Jakarta is such a real sluth, hari ini begitu menyengat sinar mataharinya, entah mengapa rasanya seperti terpanggang hidup hidup, bunyi bising yang terus masuk melintas cepat di telingaku, hingga tenggorokan yang sudah terasa kering begitu saja ketika mataku memandang ratusan rektar sirkuit formula E di jakarta yang begitu panas menampung cahaya matahari. Pakaianku sudah cukup terbuka sehingga tidak perlu lagi kulitku pengap terjerembab pada lapisan baju tebalku, walau begitu tetap saja membiarkan kulitku langsung terkena sinar matahari rasanya sangat nyeri, panas sekali hingga rasanya sakit terbakar.
Satu satunya hal yang menurutku akalnya sudah hilang adalah Kalangga, Adik laki lakiku yang baru saja keluar dari mobil formula bewarna merah yang bentuknya seperti mengingatkanku pada mainan kecil Kalangga, Tamia, sangat mirip bahkan dari suaranya, yang membedakan hanya ukuranya saja. Mobil merah yang ia kendarai di sirkuit baru saja terparkir di bawah atap garasi setelah memberhentikan sesi latihanya untuk sementara, terparkir rapih, lalu Kala keluar dengan pakaian paling gila yang pernah aku lihat.
Pertama, aku tahu bahwa setiap mulai rancing pasti setiap pembalap wajib memakai pakaian khusus yang menutupi seluruh anggota tubuh, bertujuan untuk membantu tubuh manusia beradaptasi pada kecepatan tinggi saat mulai melajukan mobil yang di kendarai, juga meninimalisir luka pasa tubuh saat kejadian yang tidak di inginkan terjadi. Tapi yang membuatku melangga adalah, itu terlihat saat panas! Melekap hingga aku yang melihatnya sekilas sudah risih sendiri membayangkan jika aku yang memakainya. Sangat gila melakukan latihan di tengah siang panas jakarta seperti ini.
"Lo gak ngerasa panas gitu, Kala?" Pertanyaanku terlontar bingung ketika Kala sendiri melepas helm super panasnya juga, bulir bulir keringat mendadak jatuh dari wajahnya yang terlihat kepanasan hingga rambutnya menjadi basah.
"London hold u fine huh? Disana juga summer kan? Biasa aja kali." ujarnya santai, merapihkan rambutnya dengan sela sela jarinya, di lanjut ia yang mulai membuka resleting overall seragamnya setengah dengan satu tarikan, membuat kaos hitam di dalamnya nampak yang sudah di banjiri keringat olehnya. "Santai, mbak. Udah biasa." lanjutnya
"looks terrible, kaya kepanggang di mobil." Cibirku tidak suka, Kalangga terlihat benar benar di banjiri keringat, apakah dirinya tidak dehirasi selama latihan? Melihat keringat keluar sebanyak itu membuatku yakin akan bahaya dari dehirasi, takutnya efek samping dari dehidrasi malah membuatnya oleng dalam fokus menyetirnya.
tapi untungnya, ucapanku barusan harus terendam oleh suara bising mobil lainya yang melaju cepat melewati kami, menenggelamkan suaraku.
"So, kabar baik?" Tanyanya setelah selesai berusan dengan keringatnya, helemnya ia taruh di pingangnya, tubuhnya berdiri dengan santai hingga ia melempariku dengan senyuman lebarnya, deretan gigi putihnya jadi terkesan sombong kepadaku. terakhir aku melihatnya bulan lalu, sebelum ku tinggalkan untuk holiday di london bersama teman kuliahku selama satu bulan, seingatku kulitnya lebih cerah dari pada warna skin tonenya saat ini. yang pulang dari liburan itu aku tapi malah terlihat ia yang mengalani penaikan skintone nya.
"baikk lo gimana? Latihan aman kan?" tanyaku memastikan
Kala menganguk seraya tanganya merangkul pundaku untuk masuk ke dalam stand ruang khusus yang telah ia tempati, tidak jauh dari posisi kami saling bertegur sapa saat tadi. Garasi terlalu ramai orang lalu lalang dengan urusanya masing masing, serta suara bising mobil yang melintas membuat kupingku sakit harus berusaha mendengar lawan bicaraku berbicara. Di standpun terlihat lebih bersahabat, walau tetap tidak ada pendingin ruangan namun setidaknya ada kipas angin besar disana yang terus di nyalakan, ada banyak baju serta alat alat bengkel disana, semuanya bercirikhas bewarna merah, tanda khusus akademi naungan tim konstruktornya yaitu Ferrari, berlambang dua kuda jingkrak dengan latar kuning menyala.
Aku duduk di salah satu bangku berderet yang sedikit terlihat kosong, minim dari barang bawaan berceceran milik teman teman kala lainya. "Kayaknya lo harus usul naruh ruangan Ac buat ruang tunggu deh." saranku,
Kala berjalan ke narkas pojok stand, membuka satu box pendingin dan mengambil sebotol besar air mineral dan ia buka segelnya dengan cepat. "Di atas ada ruangan Ac, tapi males ah, banyak manager disana yang ada gue di ceramahin." Usai ia berbicara sebotol minuman itu langsung ia tumpahkan pada atas tubuhnya, membanjur dirinya sendiri tampa berfikir panjang, tanganya mulai menggosok wajahnya pelan ketika air itu membasuh wajahnya dengan cepat.
"Haduh, segerr."
Tak habis pikir, aku hanya tercengang melihatnya seperti itu. Lihat saja, pasti badanya panuan kalau esok esok ia masih melakukan hal seperti ini.
Tidak sampai situ, kala mengambil sebagian kain kaosnya untuk ia remas, membuang air air yang terserap dalam kaosnya. sejujurnya ini mengingatkanku saat masih kanak kanak, aku gemar sekali bermain hujan hujanan bersama kala dan cezka di taman samping rumah kami, hujan saat itu bukanlah hujan dari langit, melainkan dari selang yang kami arahkan ke atas untuk membuat hujan buatan kami.
"Sorry ya mbak, sebenernya udah gua bilang ke Mamah buat gausah di temenin, tapi dia gak tau kenapa ngotot banget tiap latihan gue harus di tungguin? Emang anak kecil apa."keluhnya merasa bersalah
Kecemasan mamah menurutku berdasar sih, awal awal Kala masuk ke dunia Mobil formula memang di beri kepercayaan untuk setiap melakukan latihanya sendiri, tapi satu kejadian Kala mengalami kecelakaan yang parah hingga di haruskan di bawa ke rumah sakit, karena tidak ada yang menunggu Kala latihan saat itu akhirnya keluarga baru mengetahui 12 jam setelahnya bahwa Kala mengalami insiden saat latihan dan di larikan kerumah sakit. Sejak saat itulah mamah memantau latihan Kala, kadang bergantian denganku jika dirinya tidak bisa. Padahal Kala sudah mendapat manager yang bisa menjadi walinya selama di sirkuit, tapi mamah tetap ingin ada anggota keluarga yang ikut memantau kala.
malam ini aku baru saja landing di indonesia ketika mamah sudah memintaku untuk menengoki kala latihan hari ini, bentrok dengan jadwal pertemuan bisnis milik mamah katanya. Karena tidak ada jadwal rekaman ataupun pekerjaan jadi yasudah, sampailah diriku di sirkuit formula E di jakarta yang panas gersang ini.
"Iya gak papa. omong omong mana Kak Rio? Tumben Gak keliatan" Mataku mencari kak rio atau manager kala seluruh penjuru stand, biasanya kak rio tidak pernah jauh dari kala, mereka sudah seperti tom and jerry yang terpaksa bekerja dalam satu tim. Kak rio sama bawelnya seperti Mamah, manusia seperti mamah dan kak rio ini memang paling gemas berurusan dengan Kala yang serampangan, sepertinya Kala terlihat mudah sekali untuk di ceramahi.
Kala duduk di sampingku, meraih tas selempangnya untuk mengambil ponselnya hanya untuk sekedar membuka camera depan dan merapihkan rambutnya. "Kak rio gak dateng, hari ini gue di latih sama orang hebat. Oh iya, omong omong mbak, lo lagi deket sama siapa?"
Melihat senyum jahilnya, alisku menukik. Dari jaman aku bersekolah memulai hubunganku yang pertama, hingga yang terakhir bersama pemain basket NBA, kalau di pikir-pikir itu 3 tahun lalu? aku berhenti menjalin hubungan karena padatnya kegiatan sekolah tinggiku serta acara syuting dan karier yang bersamaan. Tidak pernah satupun Kala bertanya dan terlihat ingin tahu tentang hal ini, aneh sekali tiba tiba ia bertanya tentang statusku, "Kenapa peduli banget sama urusan itu?"
Kala kembali menyengir. Menepuk nepuk pundaku seolah menjadi manusia bijak yang akan menceramahiku, "Mbak umurnya sudah tua kan? Masa belum ada gandengan? Women who stand for speak ab feminism di depan ribuan orang? Aktriss internasional? u kidding me? Kenapa gak pacaran? Apa jangan jangan..." kala menggantungkan kalimat nya.
"..ure lesbian?" sambutnya dengan mimik muka paling di lebih lebihkan, tentu saja dengan telapak tanganya yang menutup mulutnya yang terbuka selebar gagang gayung.
"Kala, sekali lagi kamu ngomong kaya gitu beneran mbak getok kamu pake batu!" kakiku bangkit untuk mengambil langkah mendekatinya yang memang mulai ancang ancang menjauh dariku. tanganku sudah terkepal naik untuk memukul dirinya jika benar benar melanjutkan ucapanya. Anak ini aku tinggal sebulan mendadak jadi tidak tahu diri.
Kala kini tampak antusias dengan ledekanya, sangat sangat antusias bahkan untuk melanjutkan perkataanya yang membuatku naik darah. Ia bahkan sudah berdiri siap siaga menjauh dariku, "So why u still single? Ada rumor tuh kalau lo kaum pelangi, lagian bodoh si Rafael Panatra malah di tolak. Jangan jangan emang beneran kaum rainbow ya?"
Tidak menyerah begitu saja, aku ikut berdiri dengan geram. "Shut ur mouth Kala! its a bullshitt!" ancam ku galak
Kala malah tampak tertawa lepas disana. "For real?" ledeknya
"SURE?!"
"Okay okay, calm down my sister super superrr straight. Makanya cari pacar sana!"
rasa geramku benar benar memuncak, kakiku melangkah lebih jauh untuk menarik kerah bajunya dan ku cekik kerahnya kencang-kencang, benar benar ingin ku beri pukulan agar anak itu tidak bicara macam macam di ruang terbuka seperti ini, gossip mudah sekali menyebar dan sulit sekali di bersihkan, aku sudah bilang padanya untuk menjaga bicaranya saat di publik tapi ia malah semakin sering mengerjaiku dengan mengatakan hal yang macam macam seperti ini. Bagaimana jika ada seseorang yang lewat lalu menyebarkan hasil pendengaranya sekilas ke twitter? Aku sedang hiatus dari dunia hiburan, bisa bisa namaku trending disana.
Kala berhasil menghindari dari cengkramanku, tubuhnya lincah menjauh dariku dan berlari kencang ke arah pintu masuk di belakang pungungku. Anak itu keahlian nomer satunya adalah kabur, jika ada lomba kabur internasional maka Kala akan mengambil piala nomer 1 nya di atas sana.
"KALA!"
tubuhku membalik dengan tergesa gesa ketika sadar bahwa di belakang sana Kala sudah berlindung di balik tubuh milik seseorang yang membuatku cangung, dirinya lebih cangung lagi karena harus tercemplung dalam pertengkaran kami.
mataku membelak pada kala untuk memberikanya kode agar tidak berbicara sesuka hati, untuk menutup mulutnya atau cubitan mematikan akan mempelintir kulit perutnya.
"kala?" si pria yang menjadi tameng Kala mulai bertanya cangung.
"Hehehe, Nah Kala bawa solusinya nih mbak!" Ujar kala padaku dengan sangat antusias.
Solusi dari permasalahaan apa? Alisku menukik semakin tajam hingga helaan nafas kesalku bersuara dengan jelas, pria asing ini kini malah mengambil satu langkah mundur dariku dengan ekpresi takut takut. "guys, can we just sit quietly and talk about whatever it is in peace and frendly?"
"no, u shtup up. Kala, today is the day of your death!" pekik ku dengan api membara untuk memukulinya.
Cenkraman tangan Kala pada pria itu mulai terlepas, kini adiku yang sangat menyebalkan berdiri di sebelah pria itu sambil memamerkan senyumnya kepadaku, kedua tanganya terangkat untuk mengajukan perdamaian kepadaku.
"Sis, let me introduce mr handsomely, greatly, sopanly and baikhatily dan jangan lupa super berbakatly, pada mu, mbak!. Ini pelatih Kala seminggu kedepan sekaligus senior Kala di sini. Kanemoto Jayden Aryasatya, Bang jayden."
"SOOOO?!"
"YOURE STUPID! CANT YOU SEE? LOOK AT HIS FACE? "
mataku sekilas melirik pria ini, lalu kembali menatap kala dengan bingung. "ANDDDD?"
"god, gue gak tau kak setelah lulus s2 lo malah jadi bego gini"
Kala menghela nafasnya panjang, ekpresinya menjadi sangat menyebalkan memandangku lelah seperti itu, merendahkanku secara terang-terangan. lagi pula apa hubunganya tentang ledekanya tentang tuduhanya pada arah ketertarikan seksualku dengan pelatihanya ini? who doesnt care?? Alasanku untuk tidak memiliki hubungan adalah memang sibuk pekerjaan, walau kini sudah mulai sengang tapi tidak semudah itu mencaari pasangan dengan cepat!
oh?
OH?
"ar u trying to....?" mata ku menyipit, menyelidiki niat tersembunyi kala yang saat ini hanya aku duga-duga. baru kusadari Kala hendak menjodohkanku dengan pria ini.
senyum kala melebar, ia menghentakan kakinya dengan senang tahu aku telah menangkap kode gerakanya. "YESSS! YESSS! RIGHHTT! IM TRYING TO HELP U, SIS!" ujarnya
okay! kini ku busungkan dadaku sambil merapihkan rambutku dengan sekilas. baiklah aku akan terima bantuan dari kala. perkataan Kala ini memang tidak di lebih lebihkan. Fakta bahwa pria ini mempunyai paras yang tampan dengan aura biru hangat yang menyelimuti dirinya, aku sedikit terkejut barusan. In short, rasa nya aku tidak terlalu yakin tapi sepertinya gabungan jepang dan indonesia, matanya sedikit menyipit jika ia mulai tersenyum. Alisnya tebal seperti ulat bulu, mulu matanya juga lentik hingga dari jarak kami aku bisa tahu. hidungnya mancung runcing seperti hidung Ayah dan Kala, khas mancung indonesia. Bibirnya tipis bewarna merah merona. Kulitnya putih sekali, sama seperti temanku yang berasal dari jepang. Rambutnya hitam legam, lurus berponi belah dua dengan rasio 7-3. Intinya, sangat tampan. Seperti oppa oppa korea yang keponakanku sukai.
Kala kini maju selangkah untuk berdiri diantara kami, wajahnya menoleh ke pria tersebut bergantian hendak mengenalkanku. "ehem. sorry bang atas kegaduhanya, Kala lanjut ya." ujarnya
"Bang Jayden, kenalin" kala menggantungkan kalimatnya, lalu tanganya menunjuku dengan sopan—sok sopan lebih tepatnya.
"My sister, diana."
"Just diana by the way."
FUCK?! JUST DIANA?! mataku melotot ke arahnya, menunggu deskripsian lebih detail tentangku darinya, ada banyak biografi tentangku yang ia bisa paparkan singkat pada perkenalanku, tapi si bodoh Kala ini malah tetap diam tidak berniat melanjutkan perkataanya. bagaimana bisa Kala mengagung agungkan pria ini di bandingkan kakaknya sendiri?!
lagi dan lagi aku menghela nafas panjang dengan keras, memukul pundaknya untuk memberikan pelajaran untuknya. "Kala?! Anggnly, cantikly, pinterly, imutly, dan gorgeously nya manaaaaa?! Kok diana doang?!" Aku mulai memarahinya dengan nada di tahan tahan.
"IDIH NARSISTIK LO!"
"Astaga tuhan, KALANGGA!" ku hentakan kakiku frustasi.
"BANG TOLONGIN BANG!" Kala kembali memasang tameng badan jayden untuk dirinya sendiri, mengintipiku takut takut di balik pundak jayden, padahal tinggi mereka tidak berbeda jauh jadi aku masih bisa menonjok kala saat ini, semua ide cemerlang itu harus kutahan karena tidak tahu apakah pria ini akan menyebarkan gossip tentangku atau tidak—TAPI SEPERTINYA SUDAH TERLAMBAT? aku sudah banyak memaki di depanya. namun sepertinya jayden tidak tahu aku?? melihat reaksinya sepertinya ia tidak tahu.
Kala bergumam dengan menyebalkan dengan posisi masih bersembunyi di balik pungung jayden. "Ada nenek lampir marah-maraahh, seumuran sama bang jayden tapi belum ada pasangan, semua orang di tolak dari yang jelek sampe yang ganteng, dari yang kaya sampe yang miskin. Tau gak bang ini tandanya apa?"
Jayden yang tampak kewalahan dengan sabar menanggapi adiku yang bodoh itu. "Apa?" tanyanya berusaha sabar menanggapi celotehan kala
"Jodohmu kali bang."
ASSDFSHDHHDKDLFLFLSLAKAHSHSJAKALALAKAJSSJSHHASJSKAKAKAKAKALALALALAASGJKLQPWOEUEEUWBXNXNXNZSNANAHSJAKALAOWBXBZ.
_____
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro