Tertanda, Min Yoongi
Seoul menjengkelkan. Seoul menyebalkan. Basah kuyup, seperti gelandangan, berteriak nama, dan ditegur.
Sudah dua puluh kali aku memanggil namanya dan Hanna tidak juga menjawabku. Aku tahu dia di dalam. Aku bertemu Taehyung saat di lift tadi. Sialnya password apartemen mereka dirubah.
Aku berhenti mengetuk pintu ketika pintu sebelah mengetuk dengan keras ke arah apartemen Hanna. Gadis itu tidak menyahut.
Ketakutanku semakin bertambah namun egoku juga semakin tinggi. Aku tidak mau melepaskan Hanna begitu saja.
Aku buru-buru menghubungi nomor ponselnya, tapi tidak ada jawaban. Sampai panggilan ketiga aku bisa merasakan pintu yang kusandari dengan punggungku bergerak, membuatku terperanjat dan hampir jatuh.
Tanpa ba bi bu aku berdiri dan membuka pintu itu lebar-lebar. Aku tidak peduli Hanna mau bereaksi seperti apa yang jelas detik berikutnya aku sudah menariknya dalam pelukanku dengan erat.
Tidak ada penolakan. Senyuman kecil refleks mengembang di wajahku. Apa Hanna menerimaku kembali?
"Yoongi, maafkan aku."
"Dan maafkan aku, Hanna-ya."
Ada kalanya sebuah pernyataan cinta tidak harus kau ungkapkan dengan satu kalimat sakral itu. Pagi ini, ketika Seoul dibungkus dengan hujan lebat dan tubuhku diserang hawa dingin karena kehujanan selama mengendarai sepeda dari rumahku sampai apartemen Hanna, aku merasakan setitik kehangatan yang menguar dari tubuh gadis yang ada dalam dekapanku saat ini.
Ajaibnya sebuah kata maaf yang saat ini mengutarakan seluruh isi hati kami.
Pria menganggap wanita itu egois. Dan wanita menganggap pria itu egois. Kau tahu? Semua orang sama egoisnya.
"Yoongi, kau membuat bajuku basah."
Pertama, aku ingin menjadi rumahnya untuk kembali. Kedua, aku ingin menjadi pelindungnya. Dan ini alasan ketiga yang membuatku terus berlari ke arahnya, Hanna yang meragukanku tapi terus berharap padaku. Aku ingin mendapat perlakuan seperti itu sepanjang hidupku.
Aku, Min Yoongi, bersumpah untuk tidak membuatnya ragu ataupun terlalu berharap padaku. Karena aku hanya miliknya, dan dia hanya milikku. Rasa egoku hanya untuk mendapatkan dirinya seutuhnya, bukan untuk saling melukai perasaan kami.
"Ini balasanmu telah meninggalkanku. Tetap begini aku tidak mau melepaskanmu."
Aku bisa mendengar suara tawanya lagi. Itu sudah lebih dari cukup bagiku. Aku tidak mau menceritakan apa yang terjadi setelah aku memeluknya sambil berjalan masuk ke dalam apartemen dan Hanna membantuku menutup pintu. Aku juga tidak mau memberi tahu apa yang kulakukan padanya pagi itu, yang jelas sejak saat itu aku tidak mau melepaskannya lagi.
Tidak akan.
Kukatakan padamu sekali lagi, jangan salahkan dia yang egois ingin diperhatikan. Itu sudah hukum alam. Setiap gadis pasti ingin diperhatikan.
Dan jangan salahkan dirimu atas ego yang tinggi untuk mendapatkan hatinya. Kau tahu, kau jelas tahu kalau kita memang terlahir untuk memperjuangkan.
Dan cara mereka memperjuangkan, melakukan segala cara untuk diperhatikan.
Cinta itu rumit. Tapi lebih rumit jika kau berhenti di tengah jalan hanya karena mendengar keraguan tersiratnya. Harusnya kau meyakinkannya agar tidak ada keraguan yang tercipta.
Kau bisa mudah jatuh cinta, kau bisa mudah melupakan ketika kau ingin berhenti berjuang. Lalu kalau begitu selamanya, apa yang kau dapatkan? Mengubur semua keraguan dan mengikis jarak sampai penyesalan? Yang kutahu, jangan berhenti karena egomu. Ia akan menertawakanmu jika kau menyerah.
Tertanda, Min Yoongi
--END--
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro