Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

:: ini ::

"Taehyung, kau ingin makan apa?"

"Apasaja asalkan jangan sup."

"Kenapa? Jungkook menyukai sup buatanku."

"Kenapa kau malah balik bertanya?"

Argh, adikku yang satu ini selalu saja membuatku emosi.

"Yasudah, aku buatkan kare."

"Kare? Aku tidak mau."

Satu lagi. Satu lagi bocah yang mengganggu ketenanganku. Jeon Jungkook.

Sungguh aku tidak mengerti kenapa Paman Jeon menitipkan putranya di keluarga istrinya seperti ini. Padahal hubungan mereka tidak terlalu baik. Kadang aku merasa kasihan pada Jungkook. Ia harus melewati ini semua. Apalagi ia harus terpisah dari kakak kandungnya sendiri.

"Sudahlah. Aku buatkan ramyun. Jangan mengeluh."

"Ramyun di malam natal? Kenapa tidak memesan makanan?"

"Yasudah, pesan saja. Jangan banyak-banyak, besok pagi Ibu akan datang."

"Wah, Ibu bawa makanan kan? Aku ingin makan masakan Ibu, punyamu membosankan."

Terserah. Aku sudah muak malam ini harus berdua dengan Taehyung di apartemen. Kuharap bocah itu punya kegiatan lain selain menggangguku.

"Cepat pesan makanannya selagi aku buatkan ramyun." Aku berteriak selagi tanganku memotong beberapa lembar daging. Ini malam natal dan harus kumasakkan ramyun spesial untuk Taehyung dan Jungkook.

"Noona, mau kubantu?"

Untung saja ada Jungkook yang masih waras. Adikku? Dia sangat menyebalkan.

"Potong sayurannya, Kookie-ya," balasku yang langsung dilakukannya dengan cepat.

"Malam ini aku akan pergi makan malam dengan Ayah."

Aku menoleh dan kegiatanku terhenti, bukankah ini suatu hal yang langka?

"Sungguh? Apa kau akan bertemu kakakmu?"

Ini sangat langka. Jungkook memilih untuk tinggal di Seoul karena dia memiliki alasan. Meninggalkan Busan karena dia tidak ingin tinggal dengan Ibu dan Ayah tirinya.

Jungkook mengangguk dengan semangat, gigi kelincinya terlihat menggemaskan. Refleks tanganku mengacak rambutnya pelan. Kakiku sedikit berjinjit karena tubuhnya yang terlalu tinggi.

Atau tubuhnya yang terlalu besar? Dan... hangat?

Ini yang kedua kalinya Jungkook menarikku dalam pelukannya. Aku hanya tertawa kecil mendapat reaksi seperti ini darinya. Aku menepuk punggungnya pelan. "Aigoo, kau sudah besar ternyata," ucapku seraya melepaskan pelukannya.

Tapi sudah kubilang kan? Tubuhnya terlalu besar, tenagaku tidak kuat untuk menahan tarikannya lagi. Jungkook malah semakin mengeratkan pelukannya. Apa dia akan menangis lagi?

"Kau selalu memperlakukanku seperti anak kecil. Aku tidak seperti itu, Noona. Aku juga pernah mencintai seorang gadis."

"Lalu apa gadis itu menerima cintamu?"

Aku pun pasrah dan tetap diam dalam rengkuhan tubuhnya. Aku bisa merasakan lengkungan senyumnya. Entahlah meskipun aku tidak melihatnya, tapi perasaanku mengatakan kalau ia tersenyum saat ini.

"Aku tidak mengatakannya, kurasa itu sia-sia saja."

"Kenap-"

"Hana-ya jangan lupa pakai daging ya!"

Aish bocah sialan kau Kim Taehyung!

"Hana-ya kau punya kimchi kan?"

Berisik sekali dia.

"Hana-ya ada soda tidak?"

Kalau kau pikir kami masih berpelukan itu salah besar. Karena teriakan Taehyung yang menginterupsi percakapan kami, Jungkook langsung mendorongku dan menjauh dariku.

"Hana-ya bagaimana jika besok pagi kau buatkan aku dan Jungkook nasi goreng?"

Aku tidak bilang aku menikmati pelukan hangat Jungkook, kan? Bocah itu memang selalu bisa menghangatkan hatiku. Mungkin karena Ibu kami satu darah? Mereka kan saudara kandung!

"Hana-ya ramyunnya sudah jadi? Aku lapar."

Aku melihat Jungkook yang sudah kembali memfokuskan dirinya pada tugas yang kuberikan sebelumnya. Dan aku melihat Taehyung yang mulai berjalan ke arah dapur.

Baiklah kali ini Taehyung benar. Aku seharusnya tidak sejauh ini. Mungkin aku harus berterima kasih padanya karena sudah menghentikan momen di antara aku dan Jungkook? Meskipun dia sangat cerewet.

"Hana-ya--"

Terima kasihku dibatalkan. Dia sangat berisik dan itu menggangguku.

"DIAM KAU KIM TAEHYUNG!"

"Aku baru mau bilang kalau ada telepon."

Telepon? Tumben sekali malam natal begini ada yang menelepon.

Dengan cepat aku meraih ponsel yang dipegang Taehyung. Setelah melihat caller ID yang terpampang di layar ponselku, yang pertama kali aku lakukan adalah melepas celemekku dan berlari menuju kamar. Tak peduli Taehyung merengek karena kelaparan dan Jungkook menggerutu karena harus masak sendiri dan terganggu teriakan Taehyung.

Yang meneleponku adalah Min Yoongi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro