Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

:: berakhir ::

Hari ini rencanaku hanyalah bertemu Cheonsa dan meminta penjelasan padanya. Semalam aku tak dapat menjawab pertanyaan Yoongi. Ia sendiri hanya tertawa pelan melihat reaksiku. Tak lama setelahnya ia membawaku dalam pelukannya dan berkata, "Biarkanlah seperti ini, sekali saja sebelum aku benar-benar kehilanganmu."

Sebut saja aku sudah mulai gila saat ini. Aku datang ke sekolah Cheonsa meskipun ini hari libur. Sekolah Cheonsa dan adikku sebenarnya menerapkan sistem asrama, tapi adikku dan mungkin juga Cheonsa tidak ingin menggunakan fasilitas itu. Bukan sebuah kewajiban juga lagipula.

Berdasarkan informasi yang kudapat dari Jungkook, Cheonsa berada di sekolahmya untuk mengurus klub musiknya. Acara awal tahun baru yang sebentar lagi diselenggarakan katanya.

Dan di sinilah aku, di hadapan Cheonsa yang bertanya-tanya tentang kehadiranku. Aku membawakannya sushi untuk makan siang. Aku telah mengambil waktu makan siangnya jadi tak mungkin aku membiarkan ia menghabiskan waktu berbicara denganku tanpa makanan.

"Makanlah."

"Eh? Ada apa denganmu Eonni? Kau ingin bertemu Taehyung?"  Ia tampak kebingungan karena sikapku. Aku sendiri bahkan bingung kenapa bisa-bisanya melakukan ini.

"Tidak, aku tidak ingin bertemu Taehyung. Aku ingin bertemu denganmu. Makanlah, kau pasti lapar."

Aku menghela napas lega ketika Cheonsa mau memakan makanan yang kubawakan tanpa bertanya apa-apa lagi.

"Apakah Taehyung sudah mengingat semuanya?" Aku mulai membuka suara. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin kutanyakan, tapi aku tak mungkin langsung menembaknya dengan pertanyaan Yoongi itu siapa.

Aku masih waras.

Cheonsa tampak menghela napas sebelum menjawab. Senyuman masam tercetak di wajahnya. Ada yang tidak beres dengan mereka? Apa salah satu di antara mereka merelakan sesuatu?

"Belum." Hanya itu. Cheonsa mengucapkannya dengan pelan.

Aku yakin ada yang aneh. Kim Taehyung berhutang penjelasan padaku.

Aku tak tahu harus mulai darimana. Seharusnya aku menanyakan hal lain, bukannya mengorek-ngorek masalah pribadi Cheonsa dan adikku. Yah aku sedikit penasaran sih.

Jadi aku malah diam. Memerhatikan Cheonsa yang mulai mengambil potongan sushi ketiganya. Anak itu makannya cepat sekali.

"Eonni? Kenapa kau ingin bertemuku?"

Ah, apa yang harus aku katakan? Siapa itu Yoongi? Tidak tidak. Itu aneh. Atau, "Aku hanya senang sekali akhirnya bisa bertemu denganmu," kataku pada akhirnya.

Benar, aku bahkan sampai meminta pada Paman Jeon untuk mencari Cheonsa. Siapa tahu gadis itu ada di Busan. Karena setahuku keluarga Jimin berada di sana.

Yah nyatanya mereka justru sudah pindah ke Seoul. Aku rasa takdir baik berpihak pada Taehyung. Namun entah kenapa aku rasa aku tidak dapat mencapai takdir yang kuinginkan. Yoongi? Aish kenapa sih aku masih memikirkannya?

"Ngomong-ngomong kau tinggal dimana sekarang, Cheonsa? Waktu aku bertanya Taehyung dia bilang kau pulang bersama temanmu." Aku mulai membuka suara. Cheonsa menatapku sebentar sambil mengunyah makanan di mulutnya.

Setelah habis, ia membalasku dengan segera. "Di rumah kakakku!" katanya dengan cengiran lebar menghias wajah mungilnya.

"Kakak?"

"Iya. Saat kecelakaan itu kami dibawa ke rumah sakit terdekat. Yoongi Oppa yang membawa kami ke sana. Katanya sih begitu. Lagipula bukannya itu hal bagus? Aku tidak harus menyusahkan Paman Park lagi. Keluarga Jimin sudah banyak memberikanku ini itu."

Bagaimana bisa? Yoongi bahkan tidak ada hubungan darah sedikitpun dengannya!

"Bagaimana bisa? Maksudku..."

"Ayah adalah seorang dokter di sana, dia yang menyelamatkanku dan Jimin." Cheonsa mulai bercerita. Wajahnya berseri-seri seakan dia baru saja mendapatkan harta karun. Ya, harta karun itu sebuah keluarga yang Cheonsa dambakan.

"Kalau diingat rasanya memalukan sekali. Kau tahu? Aku merengek ketika Ayah bertanya apakah aku dan Jimin adalah saudara. Ia pikir Paman Park adalah Ayahku. Lalu dengan tak tahu malunya aku berkata, 'Apakah dokter memiliki anak laki-laki dan Ibu yang sangat penyayang?'"

Cheonsa tertawa. Entah kenapa mendengar ceritanya ada perasaan lega di dadaku. Cheonsa begitu bahagia.

"Maksudmu Yoongi itu kakak angkatmu?"

Cheonsa mengangguk. Kemudian senyumnya kembali mengembang. "Tapi bagiku dia lebih dari itu. Dia juga waliku, berhubung Ayah dan Ibu berada di Eropa. Makanya aku pindah ke Seoul."

"Kau tidak ikut ke Eropa?"

Cheonsa menggeleng. Raut wajahnya berubah seketika. Aku bertaruh banyak hal yang ia sembunyikan. Meskipun Yoongi dan Cheonsa bukanlah saudara kandung, kenapa aku melihat begitu banyak kesamaan pada keduanya? Pertama kali aku melihat Yoongi, aku seperti melihat duplikasi Cheonsa yang dulu aku kenal.

"Aku tidak ingin membebani Paman Park. Itu alasannya aku meninggalkan rumah dan meminta tinggal dengan orang yang baru kukenal. Kalau aku pergi ke Eropa mungkin aku akan membebani Paman Park lebih banyak lagi. Kecelakaan itu pasti sangat menyakitkan untuk keluargamu. Iya kan, Eonni?"

Kim Taehyung. Anak itu benar-benar memikul banyak beban dan aku dengan egoisnya merasa paling tersakiti karena hubunganku dan Yoongi hancur tanpa alasan yang jelas.

Namun kenapa harus Paman Park yang Cheonsa sebut? Kenapa masih ada rasa simpati Cheonsa pada laki-laki yang mencelakakan dirinya dan adikku? Jimin juga, dia bisa saja membunuh Jimin saat itu. Jimin anaknya dan itu gila! Dia laki-laki gila aku tidak mengerti lagi.

"Aku sudah tahu semuanya. Taehyung dibawa ke rumah sakit yang berbeda dengan kami. Aku dan Jimin dipaksa untuk melupakan dia. Tapi aku tidak boleh egois. Taehyung justru dipaksa untuk melupakan hidup yang sebelumnya ia miliki."

Ya Tuhan. Seberapa banyak tangis yang harus Taehyung tahan sementara ia masih memelukku ketika aku jatuh? Aku bahkan bukan kakak yang pantas untuk dia. Seharusnya dulu aku tidak mengizinkan Taehyung pergi. Seharusnya aku bisa mencegah kecelakaan itu. Seharusnya aku sudah tahu kalau semuanya akan berjalan buruk.

Tapi aku bukan peramal. Dan aku tidak pernah tahu bagaimana hati manusia bisa berubah sejahat itu.

"Eonni, kau seharusnya jangan biarkan Yoongi Oppa pergi. Dia hanya terlalu bodoh karena merasa bersalah dengan keluargamu. Padahal ini salahku. Maafkan aku, Eonni."

Aku hanya diam. Wajah Cheonsa mulai memerah dan anak itu sudah menahan tangisnya sejak tadi. Aku yakin sekali karena suaranya terdengar bergetar.

Ini bukan salahnya. Aku dengan segera memeluk tubuh mungil Cheonsa. Gadis itu menangis tertahan.

"Ini bukan salahmu. Jangan menangis, Cheonsa."

"Tapi Eonni, Paman Park sangat menyayangi Taehyung. Kau harus percaya itu."

Aku sangat mempercayai ucapan Cheonsa, tapi tidak dengan laki-laki yang mencelakakan adikku.

"Sudah jangan menangis lagi, Cheonsa-ya."

Menghentikan adiknya menangis sama susahnya seperti membuat Yoongi menitikkan air matanya setelah membaca novelku.

"Sudahlah Cheonsa, aigoo baby tiger ini cepatlah tumbuh besar."

Aku menepuk-nepuk lengan kecilnya yang tiba-tiba melingkar di pinggangku. Dia sejenis Jungkook, hanya saja bedanya aku menanggil dia baby tiger kalau Jungkook baby bunny.

"Baby elephant-mu sangat menyebalkan, Eonni."

Ya Tuhan dia masih mengingatnya. Apa Taehyung sudah mengingatnya juga?

Cheonsa terkekeh pelan dan aku hanya bisa tertawa mendengar ucapannya. Tiga bocah yang dulu aku tangisi sekarang menangis di pelukanku.

"Bagaimana dengan baby pig-mu?"

Aku ingin terlempar kembali pada masa laluku. Aku tidak pernah berhubungan dengan Jimin lagi. Banyak kenangan yang harus aku kubur dalam-dalam. Mungkin aku sudah menyakiti orang di sekitarku.

"Jimin menanggung banyak beban."

Aku tidak mengerti apa maksud kalimat terkahir Cheonsa, tapi keluarga Jimin sudah melukai adikku. Aku tidak akan pernah memaafkan mereka.

**

Baru nyadar ini chapter terpanjang hwhw

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro