Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 44 : Plan B-erbuat nekad

Bab 44 : Plan B-erbuat nekad

Apakah kalian pernah merasa sendirian?

Seolah seluruh dunia menjauh dari kalian?

Pernahkah kalian diselimuti oleh perasaan; malas untuk melakukan apa saja, antara sedih dan bahagia, tidak tahu apa yang salah, atau bagaimana caranya untuk kembali seperti biasa?

Perasaan kosong, hampa, seperti ada lubang mengangga di tengah-tengah dada. Atau segala hal yang kalian lewati, hanya terasa menembus saja, tanpa meninggalkan jejak yang kuat.

Untuk kasus Ezra, di saat Sabrina merasa dunia mengasingkannya; dia datang sebagai pangeran berkuda besi. Dia tidak lagi merasa sendirian, dia seperti memiliki batu sandaran yang baru, yang tidak akan bisa goyah. Bersama Ezra saat itu, Sabrina yakin hari esok akan lebih baik dari kemarin, meski dia tidak akan pernah tahu hal apakah yang akan terjadi selanjutnya di dalam hidup-miliknya. Pengalaman menyakitkan yang Sabrina rasakan, sempat tergantikan dengan kehadiran Ezra yang bagaikan berkata; "Apapun yang akan kamu lakukan, aku akan bersamamu."

Menggelikan. Saat itu, Sabrina pikir selamanya dia bisa selalu meminta agar Ezra tidak pergi dari sisinya. Namun sekarang, dia yang susah payah menutup semua pintu masuk; agar Ezra tidak bisa menginjakkan kaki lagi di dalam 'dunianya'. Jejak Ezra di dalam hidup Sabrina yang sedikit demi sedikit menutup kehampaan di dalam hati, terlalu sulit dihapus, bahkan sampai detik ini.

"Ya ampun... biar mamah aja yang nyetrika," kata Mira, merebut setrikaan dari tangan Sabrina yang sedang menyetrika sambil memikirkan Ezra terus-menerus.

Sabrina yang terhenyak, hendak merebut setrikaan itu kembali. "Apaan sih, Mah. Ini kan udah tugas Sabrina juga."

Akan tetapi Mira tidak akan menyerahkan setrikaan yang sudah dia matikan tersebut. "Kamu istirahat aja sana. Kan capek tadi sekolah. Biar mamah yang berberes rumah dan sebagainya."

Sabrina menggeleng. "Bosen. Aku bosen. Biarin aku nyetrika...."

Mira menggeleng, menatap Sabrina tegas. Dia memang masih sedih dan bingung tentang bagaimana masa depan anaknya nanti, namun sebagai seorang ibu yang beberapa bulan ke depan akan mendapatkan gelar 'Nenek', Mira tidak akan membiarkan anaknya kelelahan. Biarpun keberadaan ayah anak itu tidak tahu di mana, bagaimanapun seorang cucu tetap seorang cucu, darah dagingnya.

"Mamah bilang enggak ya enggak," balas Mira mencabut colokan setrikaan. "Nanti mamah aja yang nyetrika sekeranjang ini. Kamu ngapain deh, makan, nonton tivi, atau tidur lebih baik."

Bukannya Sabrina tidak tahu, dia jelas merasakan perbedaan sebelum dan sesudah dia mendapatkan aib ini. Dulu, Mira selalu punya cara agar Sabrina tidak leha-leha saja di rumah, tapi sekarang, Sabrina sampai hampir mati bosan karena dia selalu tidur selepas dari sekolahan. Hanya saja, mau bagaimana? Sabrina tidak mau bertengkar lagi dengan ibunya, apalagi karena masalah sekecil ini.

Akhirnya Sabrina mengangguk pelan nan pasrah. "Iya... aku nonton televisi aja."

Mira mengelus perut Sabrina sekilas. "Gitu dong nurut. Biar nanti anak kamu juga nurut sama mamah."

Sabrina tersenyum simpul. Disentuh lembut oleh ibunya, tapi bagaikan disengat listrik ratusan Watt. Mira yang dulu marah besar, kini sudah kembali menjadi ibunya yang seorang penyayang.


~°°~


Malam ini Ezra sujud syukur. Pertama, meski Osa pulang, tidak ada telur sebagai menu makanan mereka satu-satunya. Dia bisa bebas memesan, meski ujung-ujungnya cuma pizza. Ya lebih baik, daripada bisulan. Kedua, selepas maghrib, batang hidung Osa sudah tidak kelihatan lagi. Ajaib bagi Ezra, karena biasanya Osa selalu bilang ke mana dia pergi, bahkan dengan bersama siapa nantinya, bagaikan pasangan yang berkata seolah; 'Jangan cemburu. Aku pergi sebentar saja, nanti aku juga akan segera kembali, membawa telur sebanyak cintaku untukmu.'-Osaku 1999.

Najis. Ezra bergidik ngeri, saat kadang kala orang-orang akan salah paham dengan kedekatan mereka. Oke, memikirkan Osa dirasa sudah cukup bagi Ezra. Kini dia sedang masuk kamar Osa, dan dengan tanpa perlu izin dari yang punya, dia ambil gel rambut milik Osa, sepatu hitam yang biasa untuk pergi pesta, serta kemeja terbaik yang sudah disetrika. Bukan berarti Ezra tidak memiliki semua benda yang dia ambil dari kamar Osa. Dia punya gel rambut, tapi kedaluarsa. Sepatu hitam? Dia tidak punya semirnya. Lalu masalah kemeja? Dia malas untuk menyetrika. Biarlah, kalau Osa protes, tinggal dia buang semua baju Osa sekalian saja.

Tadi siang, saat dia punya rencana B-erbuat nekad, dia tidak terpikir akan segugup ini. Tapi sekarang, bisa dirasa kalau kakinya gemetar. Tangannya dingin, dan jantungnya berdegup kencang tak karuan. Dia bukan hanya akan menghadapi Sabrina dan dengan segala penolakannya. Dia akan menghadapi kedua orang tua Sabrina, dan dengan segala pertanyaan mereka.

Seperti; "Jadi kamu yang menghamili anak kami?!"

"Astaga kalian masih SMA! Apa kalian tidak memikirkan masa depan kalian sendiri?!"

Sejak sekarangpun, Ezra sudah bisa membayangkan, akan sekeras apa suara ayah Sabrina saat memarahinya, tatapan menusuk ibunya, dan sikap dingin Sabrina bercampur aduk dengan keterkejutannya. Ezra sudah terpikir, bahkan kalau dia harus berlutut, maka dia akan melakukannya. Bahkan kalau dia harus menikahi Sabrina sesegera mungkin, dia tidak perlu berpikir dua kali. Bahkan jika kedua orang tuanya sendiri punya kemarahan yang berkali-kali lipat dari kemarahan orang tua Sabrina, lalu juga tentang pandangan sinis saudara tirinya....

Persetan. Ezra tidak akan memusingkannya. Yang dia hanya butuhkan adalah, Sabrina harus ada di sisinya, dan nanti dia akan mendapatkan kebebasannya.

Lain Ezra yang modal nekad mau melamar Sabrina langsung ke rumah. Osa yang tidak akan diajak Ezra kali ini, dia sekarangpun modal ponsel keluaran terbaru, untuk meluluhkan Tasya, agar dia mau dijadikan pacar pura-pura Osa sebentar saja. Kedua cowok itu sama-sama berpakaian rapi, seolah; mereka bukan anak nakal yang tidak asing dengan rokok, alkohol, diskotik, dan skorsing dari guru.

~°°~

Dan saat kedu pintu rumah yanh berbeda diketuk oleh orang yang berbed pula; nanti maharnya pun akan tidak sama.

Di depan Sabrina, Ezra menyodorkan cincin. Sementara di depan Tasya, Osa menyodorkan ponsel baru beserta kartu perdana internet berisi kuota 25GB.

~••~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro